webnovel

Apa yang Membuatnya Sedih?

Editor: Wave Literature

Xu Weilai sudah tidak bisa menyembunyikan perasaan bencinya pada pria itu di depan ibunya. Kali ini dengan terjebak di situasi yang seperti ini, ia berani membantah ibunya.

"Kau bilang apa?" Ibunya seketika bertanya dengan suara keras. Melihat anaknya untuk pertama kali membantahnya, tentu membuatnya tidak percaya.

"Aku tidak akan meminta tolong padanya!" Xu Weilai mengeja satu per satu kata dengan jelas tanpa menyentak. 

Selama ini, Xu Weilai tidak pernah membantah kedua orang tuanya. Ia selalu menuruti perintah orang tuanya meski sesulit apapun. Namun, ia bukanlah sekadar putri dari keluarga Xu, dirinya juga seorang manusia yang punya darah dan daging, serta bisa merasakan sakit bila disakiti.

Apakah Xu Weilai tidak mengungkapkan rasa sakit hatinya terhadap Gu Yu pada ibunya itu berarti dirinya tidak sedang kesakitan?

"Katakan sekali lagi!" Ibunya mulai menatapnya dengan tajam. 

"Aku..." Ketika Xu Weilai baru mengucapkan satu kata, ibu Xu langsung mengangkat tanganya. Raut wajahnya tampak merah dan matanya melotot pada putrinya.

Tangan ibu Xu yang terangkat itu tidak membuat putrinya menghindar. Xu Weilai malah semakin tenang dan melanjutkan perkataan, "Ingin menamparku? Tampar saja! Aku tidak akan meminta bantuan pada Gu Yu. Aku akan memikirkan cara untuk perusahaan kita. Aku tidak akan membiarkan perusahaan Xu bangkrut!"

Ibu Xu tidak menurunkan tangannya. Hanya saja, air matanya jatuh. Sebaliknya, mata Xu Weilai pun memerah.

*****

  -

Di sisi lain, ketika ibunya Xu berusaha menelepon Gu Yu. Ternyata saat itu Gu Yu sedang berada di kantor sambil melihat laporannya.

Saat itu ponselnya seketika berdering, Gu Yu pun masih merasa malas untuk melirik ponselnya. Matanya pun samar-samar melihat nama yang ada di layar ponsel itu.

Tapi sekejap, seperti tidak terjadi apa-apa. Dalam durasi dua detik setelahnya, barulah ia meraih ponsel itu dan mengangkat panggilannya, "Halo."

Sayangnya tidak ada suara dari lawan bicaranya. Hal yang terdengar dari ponselnya hanyalah hembusan napas. Belum sempat ia mengenali hembusan itu, panggilan telepon itu langsung terputus.

Kemudian Gu Yu pun meletakkan ponselnya dan kembali melihat laporan.

Satu menit kemudian, Gu Yu pun menutup laporan yang sudah dilihatnya. Ia berdiri memandang langit malam yang luas melalui jendela kantornya.

Ketika sekretarisnya datang, Gu Yu masih tetap berdiri mematung memandangi pemandangan malam, tidak bergerak sedikitpun. Ia dibayangi oleh kesepian dan kesedihan yang sulit untuk dijelaskan. 

Harta, tahta, dan wanita, semua itu sudah dimilikinya. Lantas, apa yang membuatnya sedih?

Ponselnya berdering lagi. Barulah ia berbalik badan dan berjalan beberapa langkah untuk mengambil ponselnya.

Kali ini panggilan itu dari Xu Shuai, "Gu Yu, mau pergi minum?"

"Bolehlah."

  -

Satu minggu kemudian, kejahatan Zhang Lei pun ditegakkan. Perusahaannya ditutup total, ia pun dipenjara dan didenda hingga ratusan juta.

Walaupun seseorang punya kekuatan dan uang. Namun, sekalinya ketahuan melakukan tindak kriminal, semua itu tidak akan membantu di depan pengadilan.

Zhang Lei pun bangkrut. Keluarga Xu pun tidak berhubungan lagi denganya. Walau begitu, keluarga Xu yang pernah punya niat untuk menjodohkan putrinya dengan Zhang Lei, pada akhirnya masuk ke dalam jurang kesengsaraan.

Pemutusan hubungan ini sudah dibicarakan baik-baik. Alhasil, keuangan keluarga Xu berhenti, akibatnya gaji para karyawannya tidak ada yang terbayar.

Ayah Xu mencoba bertahan beberapa hari, namun gagal. Akhirnya ia sakit dan dilarikan ke rumah sakit.

Kemudian ibu Xu menjaga suaminya di rumah sakit. Untuk sementara waktu Xu Weilai menggantikan tanggung jawab ayahnya. Sementara ini ia datang ke kantor perusahaan agar tidak menambah kekacauan.

Di dalam kantor, Xu Weilai dengan teliti menghitung angka kerugian yang cukup besar. Bahkan tabungan gaji selama tiga tahun menjadi wartawan pun tidak menandingi besarnya angka kerugian tersebut. Kerugian perusahaan ini sudah sangat tidak berguna.

Ia menggosok pelipisnya yang bengkak, lalu bersandar ke kursi karena lelah mencari solusinya.

Tiba-tiba, ketukan pintu sekretaris membangunkannya, "Nona Xu, Tuan Xu punya janji dengan Presdir Xu untuk membahas keuangan. Apakah Anda mau menundanya?" Tanya sekretaris itu. Meskipun sama-sama memiliki nama Xu, namun orang yang ditemuinya bukanlah kerabatnya. Xu Weilai hanya mendenguskan napasnya untuk mempersiapkan mentalnya.

Xu Weilai langsung saja mendapatkan ketenangannya kembali. Setelah menganalisis keadaan perusahaan, ia pun mendapatkan suatu langkah dengan kabar dari sekretarisnya. Meskipun saat ini keadaan perusahaan sangat kacau, tapi kalau berhasil mendapatkan bantuan keuangan dari Presdir Xu, mungkin saja dirinya bisa mengatasi kekacauan ini.

Walaupun harapan itu tidak pasti, setidaknya ia harus mencoba langkah ini.

Kemudian Xu Weilai pun segera berdiri, "Tidak usah ditunda. Aku akan menggantikan ayahku menemui Presdir Xu." Tegasnya dengan suara berat.

Saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam di ruang makan.

Demi terlihat baik, Xu Weilai datang lebih awal. Namun sampai waktu yang sudah ditentukan, Presdir Xu tidak kunjung datang. Xu Weilai tetap sabar dan tetap mau menunggu.

Kira-kira tiga jam kemudian, ada seseorang yang membuka pintu tersebut.

Next chapter