webnovel

WHERE ARE YOU?

6 bulan kemudian

Alyssa mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin peganganan tangan pada nampan yang di bawanya sedikit mengerat saat melihat kedua sahabatnya dari kejauhan.

Dengan sekali tarikan nafas Alyssa melangkahkan kakinya mendekat.

"Guys..." suaranya yang pelan masih terdengar disaat melihat Lia dan Karin menoleh. Wajah mereka yang awalnya tersenyum seketika pudar.

"Boleh aku gabung?" Karin dan Lia tidak menjawab kedua gadis itu memilih tindakan lain dengan langsung berdiri dan berlalu pergi begitu saja. Alyssa yang mendapat penolakan menyakitkan secara halus itu hanya bisa memandang kedua sahabatnya itu dengan pandangan sedih.

Sudah 6 bulan sejak terakhir mereka menjauh dan sampai saat ini juga masalah mereka belum selesai, entah siapa yang salah tapi Alyssa sudah berusaha untuk mencoba menjelaskan tapi lagi-lagi kedua sahabatnya itu tak mau mendengar ataupun percaya padanya.

Alyssa sudah mulai merasakan lelah, Ia mendudukan diri di kursi tak peduli pandangan serta bisikan dari penghuni kantin yang memandangnya berbagai macam pandangan.

Alyssa sudah ternilai buruk oleh orang-orang, begitu berita Alvin kecelakaan dan penyebabnya adalah Alyssa semua orang di kampus seolah menjauh dan menjaga jarak dengannya.

Alyssa tidak tahu harus bagaimana? Ini bukan salahnya, Alvin mabuk saat mengendarai mobil apa itu salahnya?

Bahkan selama 6 bulan ini Alyssa sudah tak mendengar lagi tentang Alvin, pria itu seolah menghilang di telan bumi. Edgarpun tak mengetahui keberadaanya.

WHERE ARE YOU?

Tapi banyak desas-desus Alvin pindah ke Amerika untuk membangun bisnis yang Ia kerjakan bersama Leon.

Kecewa? Tentu saja!

Alvin pergi, kali ini untuk kedua kalinya. Pergi tanpa pamit.

Mungkin apa yang di katakan Edgar benar, Alyssa sudah harus mulai kembali lembaran baru seperti sepuluh tahun lalu. Tapi bagaimana jika Alvin kembali? Usahanya untuk melupakan Alvin akan kembali sia-sia dan berakhir Alyssa yang kembali jatuh.

🎀🎀🎀🎀

Edgar menghentikan langkahnya saat melewati kamar sang Kakak yang terbuka, Alyssa terlihat melamun di dalam kamarnya. Edgar berjalan masuk lalu menyandarkan punggungnya di dinding kamar.

"Masih belum baikan?" tanya Edgar.

Alyssa menoleh sebentar.

"Aku percaya Kakak tidak melakukan seperti yang di tuduhkan Karin." Alyssa hanya diam.

"Leon akan segera pulang dari Amerika masalah akan segera selesai." Alyssa mengernyit bingung.

"Apa maksudmu?"

"Leon juga minta maaf karena membuat kalian bertengkar."

"Jadi? Leon yang kirim uang setiap bulan ke rekening ibu Karin?" Edgar mengangguk.

"Aku akan membunuhnya jika dia sampai nanti!" tekad Alyssa.

"Besok malam ada pesta perayaan ulang tahun kampus, Kakak dateng kan." Edgar mengganti topik.

"Tidak."

"Kenapa?" Alyssa diam.

"Tenang saja, Kakak berangkat bareng aku."

"Aku tetap tidak mau!"

"Masih mengharapkan Alvin?"

"Kenapa jadi membahasnya?"

"Aku tahu Kak...." Edgar menaikturunkan alisnya seolah menggoda sang Kakak.

"Tidak ada hubungannya ulang tahun kampus sama Alvin!"

"Ada," Alyssa menatapnya. "Karena Alvin yang memberikan sumbangan besar untuk pesta itu."

"Apa?"

"Beli gaun yang bagus Kak, aku pergi dulu!"

🎀🎀🎀🎀

"Mr Alvin, ini kartu nama saya. Saya sangat tertarik dengan konsep Anda. Mungkin kau ada waktu untuk makan minggu ini?"

"Tentu, aku akan datang."

"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu." Alvin mengangguk sopan. Mempersilahkan pria paruh baya itu pergi.

"Aku mencium bau-bau kesuksesan." canda Leon. Alvin hanya tersenyum kecil melihat kartu nama ditangannya sebelum akhirnya memasukannya ke dalam saku.

"Kurasa usaha kita tak sia-sia selama ini, memulai bisnis kecil hingga akhirnya sebesar ini. Aku bangga padamu terutama diriku sendiri." aku Leon.

"Itu karena kerja keras kita selama ini."

"Of coures."

"Oh iya, ngomong-ngomong apa kau akan datang ke pesta ulang tahun kampus?" Alvin menghentikan langkahnya.

"Aku sudah bukan mahasiswa lagi di sana."

"Yang jelas kau berasal dari sana, kau harus berterima kasih karena dosen mau meluluskanmu."

"Itu karena nilaiku memang pantas."

"Meskipun kau tak hadir saat kelulusan 3 bulan lalu, mereka tetap menganggapmu sebagai mahasiswanya, kau di undang." ungkap Leon yang menyerahkan sebuah kertas berbentuk persegi.

Sebuah undangan.

Alvin menghela nafas, Leon menepuk bahu sahabatnya itu.

"Kau sudah terlalu banyak menyakitinya." ucap Leon, tentu saja itu di tunjukan untuk Alvin yang sudah melukai perasaan seorang wanita.

"Jangan harap kau bisa menemuinya lagi jika kau menyakitinya untuk ketiga kalinya. Dari Edgar." setelah mewakilkan perkataan Edgar untuk Alvin, Leon berlalu begitu saja meninggal Alvin yang bergeming.

"Aku harus segera menemuinya." putus Alvin yakin.

Next chapter