webnovel

JADI....

"What wrong with you?"

Alvin menatap Alyssa datar, namun detik berikutnya Ia memejamkan mata untuk mengatur nafasnya yang tak teratur. Karena perdebatannya dengan Alyssa saat ini.

"Aku gak ijinin kamu ke pesta ulang tahun Lia, apa itu masih kurang jelas kamu mengerti?"

"Tapi kenapa? Dia sahabatku, mana mungkin aku tak datang."

"Aku mau kamu tetap disini."

"Enggak bisa! Aku tetep bakalan pergi."

"Alyssa!"

"Kau tak bisa melarangku Alvin, kau hanya kekasihku bukan suamiku. Kau tak memiliki hak apapun untuk menghalangi keinginanku!"

"Aku mohon dengarkan aku kali ini saja."

"Sudah cukup Al! Selama ini aku selalu mendengarkanmu menjadi orang yang kau perlakukan seenaknya seperti boneka. Apa kau tahu bagaimana perasaanku? Keinginanku? Apa aku bahagia? Apa aku senang? Sedih? Kau bahkan tak pernah menanyakan itu, bahkan kau terlihat tak peduli!" tangisan Alyssa pecah, entah kenapa kali ini emosinya tak bisa Ia kontrol.

Alyssa hanya ingin hubungan yang sederhana, saling jujur adalah kuncinya. Tapi Alyssa tahu Alvin menyembunyikan sesuatu darinya dan itu pasti berhubungan denganya.

Mengingat perkataan Renata dan mengetahui jika wanita itu tahu alasan Alvin pindah dulu membuat dada Alyssa kian bergemuruh.

Kenapa Alvin harus memberitahu gadis lain dibandingkan dirinya?

Apa karena Alyssalah alasan Alvin pindah? Tapi apa?

"Alyssa...."

"Bahkan untuk alasan kenapa aku tak boleh pergi saja kau tak mengatakannya, apalagi jika aku menanyakan alasanmu pindah dulu. Kau tak mungkin mengatakannya kan? Karena hanya sahabatmu itu yang kau anggap penting!"

"Alyssa aku bisa jelaskan...."

"Menjelaskan kalau kamu lebih mencintainya dari pada aku! Lalu apa yang kita lakukan selama ini? Kau menganggapku apa Al?"

Melihat keterdiaman Alvin, membuat Alyssa geram. Pria itu menatapnya datar, bahkan terlihat tak berniat membuka mulutnya.

Alyssa lantas berlalu keluar dari apartement dengan kaos polos dan jelana jeans hitam.

Dia sudah tak peduli lagi dengan penampilannya yang Ia inginkan saat ini adalah menyendiri untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

🎀

🎀🌼🎀

🎀

"Lo gak papa?" tanya Edgar saat Ia melihat sang Kakak tengah melamun di taman belakang rumah.

Alyssa hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lagi ada masalah sama Alvin?" Edgar seolah tak bisa menahan rasa penasarannya. Melihat sang Kakak hanya diam yang artinya iya.

"Selesain baik-baik gih, jangan kayak gini."

"Enggak usah ikut campur."

"Nyiksa diri juga akhirnya kalau diem-diem aja." Alyssa mendongak menatap tajam ke arah Edgar yang sedang memegang secangkir kopi di tangannya.

"Gue cuman kasih saran. Lo tau gak kalau Alvin lagi ada masalah dia biasanya suka ngelampiasin dengan balapan." kata Edgar.

"Gak peduli."

"Yakin?" Alyssa diam.

"Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?"

"Bisa diem gak!"

"Kakak pasti bakalan nyesel." Alyssa mengernyit, bukan hanya panggilan Edgar saja yang berubah menjadi kakak, namun perkataan pria itu juga membuat terus menerus merasa penasaran.

"Apa maksudmu?"

"Alvin memang sulit buat jujur mengenai hal ini, tapi bukannya dia engga sayang Kakak. Alvin sangat mencintai Kakak mangkanya dia gak mau buat Kakak tersakiti."

"Edgar jangan berlibet, katakan apa yang tak aku tahu?" Edgar terlihat menghela nafas berat sebelum memutuskan untuk duduk di kursi samping Alyssa. 

🎀

🎀🌼🎀

🎀

Kakinya yang kecil berusaha untuk terus berlari dengan sekuat tenaga, setelah tadi mengalami shock karena hampir saja Alyssa di tabrak mobil. Tapi akhirnya Ia sampai juga di tempat yang Ia tuju.

Alyssa berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit dadanya bergemuruh tak karuan pikirannya hanya tertuju pada satu orang yang kini tengah berbaring di ruang operasi.

Sesampainya Alyssa di depan ruang operasi namun Alyssa menghentikan langkahnya saat Ia melihat Mamah Alvin yang menangis tersedu-sedu sedangkan suaminya mencoba menenangkan.

Alyssa dapat melihat keterpurukan mereka, meskipun Alvin bukan anak kandungnya tapi mereka sudah terlihat seperti menganggap Alvin sebagai anak kandungnya.

Kedekatan mereka dengan Alvin tak bisa di pungkiri lagi, mereka seperti keluarga yang bahagia tanpa peduli lagi dengan masa lalu.

Seharusnya Alyssa tahu sejak awal, Ia tak akan seperti ini, berada pada situasi yang membuatnya bingung dan seolah berpikir semuanya baik-baik saja. Namun, nyatanya semua tidak selurus itu.

Karena Alyssalah, Alvin harus mengubur mimpinya, kehilangan mimpinya untuk menjadi altet basket.

Karenanya kini Alvin harus berada di ruang operasi.

Dan karenanya membuat Mamah dan Papah Alvin menangis.

"Tante." panggil Alyssa dengan suara pelan, Tante Monika mendongak dengan berlinang air mata.

Matanya yang sipit menatapnya tajam, wanita cantik paruh baya itu berdiri.

"Saya pikir memberikan kamu kesempatan dan mempercayakan Alvin padamu itu sudah keputusan yang tepat. Namun nyatanya saya SALAH!"

"Karena kamu.... dia tidak bisa menjadi Altet dan karena kamu sekarang dia di ruang operasi!"

Alyssa menunduk hingga butiran air mata yang bergenang itu jatuh. Ini semua memang salahnya, tapi bisakah Alyssa mendapat kesempatan lagi?

"Mulai sekarang jangan pernah dekati anak saya, masih banyak wanita yang cantik dan bisa menjaga anak saya dengan baik."

Flashback on

"Alvin aku mau es kim!"

"Iya nanti aku belikan."

"Kapan?"

"Nanti,"

"Aku maunya sekalang!" bocah kecil bernama Alvin itu menghela nafas pasrah, Ia kemudian menghentikan kegiatan merakit pesawat kertasnya lalu berdiri.

"Aku akan belikan, tapi kamu disini saja jangan kemana-mana." Alyssa mengangguk dengan senyum merekah.

Akhirnya Alvin berjalan menjauh dari taman, pasalnya penjual es krim itu berada di sebrang jalan.

Ia siap untuk menyebrang, hingga langkah ke lima. Tubuhnya terasa melayang, terasa kakuk, sakit dan akhirnya gelap.

Alvin terpental jauh saat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantam tubuhnya.

Banyaknya orang yang berdatangan untuk melihat, mereka semua terkejut. Anak kecil berseragam TK itu seluruh tubuhnya berlumuran darah.

Tak berapa lama Ambulance datang.

Di lain tempat, Alyssa dengan tak sabar menunggu Alvin yang sedang membelikan es krimnya.

Dirinya tak tahu jika teman sekaligus cinta monyetnya itu tengah berjuang menyelamatkan nyawanya.

Flashback off

Next chapter