Renata Wardani (21 Th) Gadis cantik dan modis, anak tunggal dari keluarga Wardani. Pemiliki sebuah butik yang dirintis sejak menyelesaikan kuliahnya di Singapore jurusan Designer Mode. Sebenarnya orang tuanya tidak setuju dia menjadi seorang designer, karena mereka maunya dia meneruskan usaha mereka di bidang perhotelan karena dia adalah satu-satunya penerus keturunan mereka. Kehidupan mempermainkannya dengan sangat tidak adil, karena semua yang terjadi padanya tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan hingga kisah percintaan dan pernikahannya Valentino Abiseka (24 Th) Seorang pria tampan dan digilai banyak wanita, bekerja di perusahaan orang tuanya karena kakaknya tidak mau menjadi seorang pengusaha, tapi dia lebih memilih menjadi seorang fotografer profesional. Dia sangat percaya diri dalam kamusnya tidak ada kata tunduk dan kalah. Kehidupannya hancur saat wanita yang dicintainya tidak menikah dengannya. Apakah mereka dipertemukan oleh cinta? Apakah mereka akan menikah? Apakah takdir akan menyatukan mereka? Yuk, ikuti terus semoga responnya sama dengan novel sebelumnya...
Suasana di pagi hari itu sangat heboh setelah kepala sekolah SMA Wirakanaya menyatakan bahwa seluruh siswa kelas XII "LULUS". Dan seperti kebiasaan pada umumnya dari tahun ke tahun, mereka semua melakukan corat-coret pada baju seragam teman-teman. Perduli amat dengan cibiran orang tentang sisi negatif dari corat-coret ini. Toh kita nggak berbuat onar didalam maupun diluar sekolah. Kita hanya saling memberikan tanda tangan dan mengecat rambut dengan pilox lalu makan bersama dengan guru-guru.
" Ta! Lo beneran mau ke Negara S buat kuliah?" tanya Manda.
" Iya! Gue udah bilang sama bokap nyokap!" kata Renata yang dipanggil Tata oleh sahabat-sahabatnya.
" Gue ikut lo ya, Ta!" kata Kenzo.
" Ngapain? Mau jadi penjaga patung lo?" ujar Saras sambil menikmati baksonya.
" Sialan, lo, Ras!" sahut Kenzo cemberut.
" Idihhhh! Mak-mak pake cemberut segala!" goda Saras.
" Udah, Ras! Ntar kalo nangis gue suruh lo yang ngelap ilernya!" sahut Atta. Yang disambut dengan tawa mereka berempat, sedangkan Kenzo hanya bisa dongkol dengan sikap sahabat-sahabatnya itu. Tapi Kenzo sangat menyayangi sahabat-sahabatnya itu, karena mereka selalu ada saat dia atau yang lain susah maupun bahagia.
" Gue harap persahabatan kita nggak akan bubar sampai kapanpun!" ucap Tata.
" Iya!"
" Setuju!"
" Kita harus berjanji!" ucap Atta. Lalu Atta meletakkan tangan kanannya dimeja dan diikuti yang lain menumpangkannya diatasnya. Setelah semuanya bertumpuk, lalu mereka melepaskan ke udara sambil berteriak.
" Best Friend Forever!" teriak mereka berlima. Semua mata menatap ke lima sahabat itu dengan tatapan senang tapi ada juga yang mencibir karena iri. Dari kejauhan sepasang mata menatap salah satu dari kelima sahabat itu dengan tatapan tajam.
" Sangat cantik! Dan menarik!" ucap orang itu. Kemudian dia pergi meninggalkan sekolah itu dengan wajah ceria dan langkah yang tegap.
Semakin lama suasana semakin heboh dengan pertunjukan seni dari masing-masing kelas. Ada yang menyanyi. menari, drama bahkan stand up. Mereka menampilkan bakat dari masing-masing kelas atau siswa. Acara kelulusan selesai jam 5 sore, Tata dan sahabat-sahabatnya pulang ke rumah mereka masing-masing. Tata pulang bareng dengan Manda, karena rumah mereka satu komplek, sedangkan yang lain beda perumahan.
" Ta!" panggil Manda saat mereka di dalam mobil.
" Hmm?" jawab Tata yang sedang mengendarai mobil Mazda Rx 8 sport warna kuningnya.
" Kapan lo berangkat?" tanya Manda.
" Bulan depan!" jawab Tata.
" Cepet amat! Bulan depan seminggu lagi, Ta!" kata Manda sebel. Tata tertawa melihat wajah sebel Manda.
" Iya, sorry! Gue seneng aja godain lo! Disana gue godain capa?" tanya Tata.
" Banyak bule ganteng, Ta!" ucap Manda.
" Gue takut, ah!" kata Tata.
" Takut kenapa?" tanya Manda lagi.
" Takut dipaksa buat ML!" jawab Tata.
" Ya nggak usah sekolah disana, Ta!" jawab Manda.
" Sialan, lo! Cita-cita gue gimana? Kan nggak harus pacaran! Weekk!" kata Tata sambil menjulurkan lidahnya ke Manda.
" Serah lo, deh!" jawab Manda.
" Gue nggak akan kasih mahkota gue selain ke suami gue!" ucap Tata.
" Yakin? Lo pacaran aja nggak pernah!" kata Manda.
" Makanya gue nggak mau pacaran, takut digrepek-grepek!" jawab Tata dengan wajah sinis.
" Yeilah, Ta! Nggak semua cowok kalee kayak gitu!" ucap Manda.
" Tapi kebanyakan gitu!" sahut Tata.
" Ya lo yang kudu kuat Iman!" kata Manda.
" Gue yang harus fokus sama kuliah, bukan sama cowok!" ucap Tata. Mereka sampai di depan rumah Manda.
" Sampai ketemu besok malam!" ucap Manda melambaikan tangannya pada Tata.
" Daaa!" ucap mereka bersamaan. Rumah Tata selisih 5 rumah dengan rumah Manda, Tata memasukkan mobilnya ke dalam garasi setelah Pak Udin membukakan pintu pagar. Sebuah mobil ferrari hitam berhenti di depan rumah Tata. Ternyata disini rumah kamu! batin si pengemudi yang melihat mobil Tata masuk lalu menghilang ke dalam. Mobil itu pergi saat Pak Udin menutup pagar rumah Tata.
" Mi!" sapa Tata pada maminya yang sedang menyiapkan teh buat suaminya, diciumnya pipi maminya.
" Baru pulang?" tanya Widuri, mami Tata.
" Iya, mi!" jawab Tata.
" Mandi sana! Badan kamu pasti lengket semua!"
" Iya, ma!"
" Habis itu langsung ke teras belakang!"
" Iya!"
Tata berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Tata adalah seorang anak tunggal, dia pernah memiliki adik, tapi meninggal saat maminya jatuh dari tangga dan mengalami keguguran. Karena itu mami dan papi Tata sangat menyayangi Tata hingga memberikan apa saja yang diminta olehnya. Untungnya Tata bukan tipe anak yang suka hura-hura atau foya-foya, dia meminta untuk kebutuhannya saja, karena semua telah diberikan oleh papi dan maminya.
" Duduk sini, cah ayu!" ucap papinya yang melihat Tata sudah segar dan cantik.
" Iya, Pi!" jawab Tata lalu duduk bersandar di sebelah papinya.
" Kapan kamu berangkat?"
" Minggu depan, Pi!"
" Apa sudah siap semua?"
" Sudah, Pi!"
" Bagus! Kamu ingat kan pesan papi sama mami!"
" Iya, Pi!"
" Kamu harus sering-sering telpon ya, cah ayu!" kata widuri.
" Iya, Mi!"
Mereka kemudian berbincang-bincang santai dan masuk untuk makan malam beberapa saat kemudian.
Keesokan harinya, mereka berlima telah siap menghadiri acara perpisahan di Aula sekolah. Tata mendandani keempat sahabatnya dengan pakaian yang dirancangnya sendiri.
" Bagus sekali design lo, Ta!" ucap Manda.
" Iya! Gue suka banget!" sahut Saras.
" Liat si Atta, ganteng banget!" ucap Saras. Atta hanya tersenyum mendengar ucapan saras. Tata memang harus mengakui jika Atta memang terlihat sangat tampan malam ini, apalagi dengan rambut yang di pangkas pendek seperti itu.
" Ehm! Awas lo jatuh cinta sama gue, Ta!" goda Atta.
" Mimpi lo!" sahut Manda. Lalu mereka tertawa bersama-sama.
Suasana Pesta perpisahan malam itu sangat indah bagi mereka berlima. Mereka menyanyi saat ada teman yang sedang bernyanyi diatas panggung, dan mereka berdansa bersama saat ada teman mereka yang ngedance. Malam ini adalah malam terakhir mereka bisa bersama-sama lagi. Semua siswa menangis saat kepala sekolah naik ke atas panggung untuk memberikan pidato perpisahan, mereka jadi ingat kenakalan demi kenakalan mereka saat di sekolah. Tiba saat bersalaman dengan guru-guru, mereka sangat terharu dan meminta maaf atas segala tingkah laku mereka selama di sekolah. Hari semakin larut, mereka akhirnya bubar saat jam menunjuk pada angka 11 malam.
" Ta!" panggil Atta saat mereka di parkiran mengambil mobil.
" Hmm?" sahut Tata. Atta mendekati Tata dan memegang tangannya. Tata yang melihat sikap sahabatnya itu hanya terdiam.
" Gue...suka sama lo! Please! Jangan dipotong!" kata Atta saat melihat Tata akan membuka mulutnya.
" Gue akan kembali saat gue merasa gue akan bisa membuat lo bahagia!" ucap Atta lagi.
" Gue nggak janji. Atta! Lo adalah sahabat gue! Selamanya akan jadi sahabat gue!" jawab Tata lembut.
" Tapi gue boleh mencoba'kan?" tanya Atta.
" Boleh!" jawab Tata tersenyum.
Sebuah mata menatap adegan mereka dengan penuh amarah dan kecemburuan. Lo nggak akan bisa memiliki dia! Karena dia adalah milik gue! batin orang tersebut. Kemudian dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan sekolah Tata. Sedangkan Tata dan keempat sahabatnya langsung pulang ke rumahnya. Tata berbaring di ranjangnya, dia mengingat lagi ucapan Atta, baru kali ini ada cowok yang berani mengatakan itu padanya, karena selama dia sekolah cowok-cowok pada takut mendekati Tata karena ada Kenzo dan Atta, yang ditugasi papi Tata untuk menjaga Tata dari cowok-cowok tukang gombal dan playboy-playboy kacangan.