webnovel

HARI PERNIKAHAN

Hari-hari berlalu begitu cepat membuat Ayunda cemas hingga jatuh sakit.

pamannya sungguh bingung harus berbuat apa saat itu, karena tinggal sehari lagi menjelang waktu pernikahan.

setelah membawa Ayunda ke dokter untuk mendapatkan pengobatan, kini keadaan Ayunda perlahan membaik.

paman Danu masuk kedalam untuk menengok keadaan Ayunda.

tok tok tok

suara ketukan pintu kamar terdengar.

" masuk. "

Paman Danu masuk kedalam.

" Ayu, bagaimana keadaan mu ? " tanya pamannya.

" Mulai membaik paman. hanya pusingnya saja yang masih terasa. "

paman Danu duduk di samping tempat tidur Ayunda.

" Ayu. jika kau tidak ingin menikah, paman bisa membantumu untuk pergi dari sini. "

kata-kata paman Danu membuat Ayunda terharu hingga ingin menangis.

" Tidak paman. lari bukanlah solusi dari masalah ini. Jika aku lari bukan hanya aku yang akan kena imbas dari semua kesalahanku tapi paman, bibi dan juga makam kedua orang tuaku jadi taruhannya. Semasa hidupku hanya bisa bermanja dan menyusahkan mereka, apa salahnya kali ini aku berbakti. lagi pula ini bukanlah masalah besar karna suatu saat nanti aku pasti akan tetap menikah. "

Paman Danu sungguh kasih melihat nasib malang keponakannya itu.

" Sabar ayu, paman yakin, gadis baik dan juga cantik seperti mu akan bahagian nantinya. "

Ayunda hanya bisa tersenyum mendengar hal itu.

( kebahagian? apa pantas aku dapatkan. jika memang betul, mungkin ada pilihan tapi nyatanya aku tidak bisa memilih sama sekali).

Gumam Ayunda dalam hatinya.

Paman Danu pergi meninggalkan Ayunda untuk istirahat, sementara Bibi Rose mempersiapkan pernikahan.

Tanpa terasa hari pernikahan pun tiba.

Ayunda yang telah selesai mengganti pakaiannya keluar dari kamar.

" kau sungguh cantik ayu. "

kata bibi Rose melihat Ayunda yang menuruni tangga.

Ayunda tersenyum manis mendengar hal itu.

" terima kasih bibi. "

mereka pun segera bergegas pergi ke KUA untuk menikah.

mobil telah di siapkan untuk menjemput Ayunda dan juga keluarga.

dalam perjalanan Ayunda terus mengeluarkan keringat dingin.

ia mengepalkan kedua tangannya karena merasa sangat gugup.

Orang seperti apa sebenarnya suaminya itu?

bibi Rose mengelap butiran keringat yang tampak di wajah Ayunda lalu menggelengkan kepalanya melihat ke arah Ayunda.

" Tidak sayang. jangan takut, bibi dan pamanmu disini. "

paman Danu yang duduk di kursi bagian depan merasa khawatir melihat keadaan Ayunda.

setelah sampai di depan KUA, disana sudah terparkir 2 buah mobil mewah.

mereka tampak tercengang melihatnya, terutama bibi Rose.

( tidak heran mereka begitu kaya. )

gumam bibi Rose dalam hatinya.

mereka masuk kedalam dan disambut oleh beberapa orang.

" mempelai pria telah menunggu didalam."

mendengar hal itu dada Ayunda mulai terasa sesak.

seakan semua oksigen yang ada di ruangan ini tidak bisa masuk kedalam tubuhnya lagi.

Terlebih lagi ia melihat seorang pria tua yang duduk berhadapan dengan sang penghulu.

( Ya Allah. Kuatkan aku.)

Ayunda berusaha mengontrol dirinya agar tidak jatuh pingsan saat itu.

Pria yang menjadi suami Ayunda itu, terus melihat kearah Ayunda yang berjalan dengan gugup, sementara bibi Rose terus menuntunnya.

" Biarkan dia berjalan kemari sendiri. "

ucapan dari tuan Danuarta itu membuat Ayunda tampak terkejut, sementara bibi Rose tidak ada pilihan lain selain membiarkan Ayunda pergi.

Ayunda menarik nafasnya dalam-dalam dan berjalan mendekati lalu duduk disebelah pria tua yang akan menjadi suaminya itu.

" Apakah pernikahannya bisa kita mulai ? "

tanya pak penghulu pada orang yang hadir.

yang hadir di acara pernikahan itu, Hanyalah paman, bibi Rose dan juga anak perempuan tuan Danuarta serta sekertaris nya Jemi.

saksi pernikahan adalah paman Danu sebagai wali dari mempelai wanita, Ayunda.

Ijab kabul pun di ucapkan pak penghulu dan di ikuti oleh tuan Danuarta.

sementara Ayunda masih terdiam tidak percaya bahwa ia menikah dengan pria tua, yang mungkin umurnya lebih dari 60 tahun.

Air matanya jatuh saat para saksi berkata SAH.

Ayunda pun jatuh pingsan karena terkejut.

semua orang mulai panik terutama paman yda bibinya.

" Ayu, ayu. Bangun sayang. bangun. "

itu suara terakhir yang Ayunda dengar sebelum akhirnya ia benar-benar tidak sadarkan diri.

***

Beberapa saat kemudian Ayunda sadar, dan perlahan membuka matanya.

kepalanya masih sakit dan juga pusing, Ayunda berusaha bangkit dari tempat tidur namun di halangi oleh seorang wanita yang tidak lain adalah seorang suster.

" Aku di rumah sakit ? "

tanya pelan Ayunda saat itu.

namun suster itu menjawab " Tidak. Anda di rumah. "

mendengar kata rumah, Ayunda sekarang sadar bahwa ini bukan kamarnya.

kamar yang begitu besar dengan tata letak yang rapi dan juga sangat indah di lihat.

kasur yang nyaman senyaman kasurnya dulu.

( Tunggu. ini ? )

" Nona di kediaman tuan Danuarta. nona pingsan jadi, " belum selesai suster itu bicara Ayunda beranjak dari tempat tidurnya dan berlari keluar kamar.

Ayunda begitu tercengang melihat rumah yang begitu besar lebih besar dan bagus dari milik keluarganya dulu.

" Kau sudah sadar ?? "

suara paruh itu mengejutkan Ayunda.

Ayunda berbalik dan melihat seorang pria yang kini menjadi suaminya.

" Tu, Tuan. "

pria itu tersenyum mendengar perkataan Ayunda.

" Jika kau merasa lebih baik, ayo turun kebawah untuk makan. "

kata tuan Danuarta pada Ayunda, sementara ia turun dari tangga dengan di bantu oleh sekertaris Jemi.

" pria itu adalah suamiku. dia adalah suamiku. "

Sungguh ingin gila rasanya Ayunda saat itu, ia tidak ingin makan tapi ia takut menolak permintaan orang itu.

Ayunda perlahan menuruni tangga dan melihat meja makan sebesar itu hanya mereka yang akan makan malam.

Ayunda di persilakan duduk oleh seorang pelayan dan membantu Ayunda mengambilkan nasi.

" tidak. biarkan saya yang melakukannya. "

ucap Ayunda pada pelayan itu dan perlahan pelayan itu mundur.

" bisakah kau mengambilkan bubur itu untukku ? "

pinta tuan Danuarta yang membuat Ayunda terkejut.

" Ba, baik "

ucap Ayunda dengan gugup.

" Biasakanlah, Aku tidak akan mempersulit mu, kau tidak perlu setakut itu. "

Ayunda sedikit lega mendengar perkataan pria itu.

Ayunda mengambil bubur dan KUA sup untuk tuan Danuarta.

setelah mereka selesai makan tuan Danuarta meminta Ayunda untuk kembali ke kamarnya dan dia akan menyusul nanti.

Ayunda sangat terkejut mendengar hal itu, tubuhnya mulai merinding ketakutan dikala mengingat bahwa ia harus tidur dengan pria tua itu, yang seharusnya menjadi kakeknya.

setelah sampai di dalam kamar, Ayunda berlari kedalam kamar mandi lalu menangis didalam.

Ayunda menuangkan rasa kecewa, marah dan juga sakit hatinya namun tidak ada yang bisa ia lakukan.

beberapa kemudian Ayunda keluar dari kamar mandi dan melihat pria itu duduk di sofa yang ada di kamarnya.

" Tuan ... "

panggil Ayunda. pria itu melambaikan tangan memanggil Ayunda mendekat kearahnya.

Sungguh Ayunda sangat ingin waktu berhenti dan dia akan melompat dari rumah ini.

Ayunda sangat takut dan gugup namun iya terus berjalan mendekati dan duduk di kursi yang berhadapan dengan tuan Danuarta.

" tidak perlu Takut. Aku tahu bahwa aku adalah pria tua yang tidak tahu diri karena menikahi gadis muda seperti mu. tapi kau tidak perlu khawatir. aku menikahi mu bukan untuk bersenang-senang, di umurku yang tinggal sebentar ini aku hanya ingin di temani oleh seseorang saja. "

Ayunda sungguh kaget mendengar hal itu.

" Apakah kau tidak keberatan tinggal disini dan menemaniku ? "

Ayunda tidak tahu apa maksud dan tujuan dari orang ini, namun kali ini Ayunda sungguh tidak percaya bahwa pria yang menikah dengannya adalah pria tua yang baik.

Sungguh membuat hati Ayunda bingung tidak percaya.

HAPPY READING

KAKAK-KAKAK PEMBACA SEMUA

SALAH HANGAT DAN SAYANG DARI AKU 🍁

Next chapter