webnovel

Empat Puluh Satu

*

*

Lalu.. Didepan ku ini??

Pria dengan stelan kemeja berlapis kaos hijau.

Rambut nya dipangkas lebih rapi, dengan model short and spiky, gaya rambut bagian atas lebih panjang dan didirikan dengan pamode atau gel dan bagian samping kedua sisi yang lebih tipis, wajah J lebih sangat menonjol juga lebih bugar ketimbang terakhir ketemu dan manik mata biru ini masih meneduhkan saat melihat ku.

Ya.. Jordan kembali dan ada di depan ku.

Randy bilang ia ingin bertemu dengan ku. Dan malah Jordan yang aku temukan.

Aku mengerti. Randy adalah orang suruhan J.

Tentu. Randy muncul dengan sosok senior yang menjabat sebagai pengacara juga peretas. Dan membuat ku tak curiga  ternyata J membantu ku dari sana dengan mengerahkan Randy!

Ck! Seperti nya aku tidak akan pernah keluar dari lingkaran J.

Dan Randy!

Pantas saja Randy sangat relawan membantu ku ini itu.

" Apa kamu marah? Tanya J di seberang ku membuka suara nya lagi.

"...."

" Kamu pasti menolak kalau Randy pengacara yang bisa membantu mu itu adalah aku yang meminta nya"

"...."

" Aku senang kamu ssudah resmi bercerai Len.."

"...."

" Apa kamu baik baik saja? Kenapa wajah mu pucat??

Aku tersentak dan kembali fokus pada J. Keadaan memang aku sudah resmi bercerai dengan Devan tapi. Ini keadaan lebih tidak memungkinkan. Lagian aku dan Jordan juga tidak mungkin bersama. Pertentangan keluarga nya cukup sulit kubayangkan, aku hanya malas berurusan dengan permasalahan baru lagi.

" J..." Mataku menerawang ke atas, menggigit bibir bawah ku dengan pelan. Mencoba mengatur kata kata yang enak ia dengar.

" Aku terimakasih kalau Randy adalah utusan kamu! Dia banyak membantu ku. Untuk Devan juga untuk Natasya dan Aldo. Bagaimana aku harus menebus nya???

Aku menatap nya dalam. Walau ia akan memberikan bantuan secara cuma-cuma tapi aku tak ingin ada jasa terselubung lagi.

J tersenyum tipis. Ia mengulurkan tangan dan mencium jari ku satu persatu dengan lembut. Seperti biasa cara nya memperlakukan ku sangat mengesankan.

" Kamu tau yang aku mau kan!" Jawab nya sangat dalam menatapku. Bahkan ia setengah menggoda dengan geriliyang mata nya.

" Tidak! Kalau keinginan mu untuk menjadikan aku istri ku. Aku menolak nya!" Jawab ku menarik kembali tangan ku, menenggelamkan rasa gugup ku atas perlakuan nya. Ku lihat ia dengan tegas.

" Aku hamil..." Kataku dengan cepat. J harus tau kalau kami tidak bisa bersama. Ada maupun tidak ada anak ini. Ruang lingkup aku dan keluarga nya terlalu jauh berbeda.

Reaksi J seperti orang linglung atau tuli. Bibirnya mau terbuka, ia seperi ingin menertawakan ku.

" Kita tidak bisa bersama J. Aku mengandung anak Devan" Sambung ku getir.

Aku tau bagaimana perjalanan kami semua nya sangat lama dan penuh kenangan, tapi ini cukup menghentikan semua nya.

J mengambil garfu dan pisau nya. Mengiris tipis tipis daging steak yang ia pesan. Ia masih bisa tenang saat begini. Apakah ia menganggap omongan ku barusan itu candaan.

" Kau tau. Aku menyukai mu saat umur kita masih belasan tahun.., aku melihat mu menangis di gudang tak terpakai di SMP dekat rumah mu, saat itu aku mengalami bullying oleh senior. Aku dipukuli 1 banding 5 dan ditinggalkan sendiri di sekolahan dengan  luka lebam. Petang itu aku mendengar suara tangisan perempuan. Aku pikir kamu setan, "ia tersenyum tipis." Tapi setelah kucari kulihat kamu disana merikuk. Lengan baju mu sobek dan terluka.

Kamu menangis sejadi jadinya. Mengumpat umpat meneriaki nama Natasya berulang kali, itu pertama kali aku melihat mu"

Aku terdiam mendengarkan cerita J, dan masa itu memang saat aku lagi bertengkar dengan Nastaya. Ia memukuli ku karena masalah sepele. Aku saat itu masih 14 tahun tak begitu berani dengan orang dewasa seumuran nya dan hanya bisa melarikan diri ke tempat yang sepi. Kebetulan rumah ku dekat dengan gedung Sekolah lanjutan. Aku biasa masuk dengan mudah dari jalan rahasia.

" Aku bisa melihat mu lagi sampai beberapa kali. Dengan keadaan yang sama. Menangis dan mengumpat, kamu terlihat sangat membenci wanita bernama Natasya tapi kamu terlihat rapuh waktu itu. Aku penasaran dengan mu. Diam diam aku mencari tahu tentang kamu. Aku juga tau dasar Natasya membenci mu. Paras mu lebih cantik dari dia dan kamu sangat mirip dengan almarhum Ibu mu. Rival dia saat mencintai orang yang sama Papa mu, Natasya juga wanita serakah dia sangat memperlakukan mu buruk bahkan sejak kecil!!

Aku mengambil air minum ku. Tangan ku sedikit gemetar. Ada hal yang bahkan tidak aku ketahui dan J sudah mengetahui lama. Ditambah ia mengatakan ini membuat ku merasa kembali kemasa masa itu.

" Lama lama aku merasa tertarik dengan mu. Hampir setahun aku diam diam melihat mu menyembunyikan tangis mu di gudang itu dan mengikuti dunia mu. Mengikuti kemana kamu akan melangkah. Rasa benci mu jadi rasa benci ku pada Natasya. Itu yang mendasari aku melakukan penyerangan pada perusahan Papa mu.. "

J tersenyum simpul. Ia lalu mengunyah potongan daging steak nya. Pelan tapi aku tau ia meresapi rasa daging itu dengan caranya.

" Hampir 10 tahun aku menyukai mu..! Mimpi ku cuma satu! membawa mu dari penderitaan yang kamu alami,membentuk keluarga dengan mu! Jadi... Anak itu hanya bagian dari pernikahan masa lalu mu! Kamu menikah dengan nya, bersetubuh dengan nya, memiliki banyak anak dengan nya itu konsekuensi yang harus aku terima. Tapi sekarang kamu sudah berpisah dengan nya. Hak dia sudah berhenti kan. Jadi aku tak peduli kamu memiliki banyak anak dengan nya selama kalian terikat pernikahan. Tidak untuk sekarang" J menarik dalam nafas nya. Ia juga menyudahi makan malam nya yang sedikit.

"Aku akan mengambil alih semua dunia mu.. Alena hanya aku!" Katanya lagi.

Aku tercekat dengan kalimat terakhirnya. Senyum J nampak singkat dengan pandangan nanar. Aku tau di agak terluka tapi tertutupi dengan kalimat nya sendiri.

Dan dari ceritanya tadi memang benar kami banyak mehabiskan waktu bersama. Mengenal, saling kenal berinteraksi, jatuh cinta bersama, berpisah dan kembali di persatukan dengam cara yang rumit, j tetap menunggu ku. Aku merasa tak menghargai perjuangan nya dan ketakutan ku dengan keluarga nya tidak ada apa apa nya.

" Jord..

Aku menyelami mata indah ini. Iris biru yang teduh, dadaku rasanya membuncah. Sedikit perasaan  tak nyaman. Ada beban yang terbawa dan ada rasa yang tertinggal membuat ku kembali bingung.

" Jangan khawatir kan masalah keluarga ku! Mereka tak ada hak mengatur hidup ku" Ucapnya lalu kembali mengambil tangan ku. Menekuri jari ku dengan dalam dan mengecupnya.

Aku meremas tangan nya, ia tau aku khawatir dengan itu.

Dan aku masih diselimuti dengan kebingungan juga keraguan akan hubungan ku dengan J apalagi ada anak Devan dalam perut ku.

" Aku akan mengakui anak dia ini anak ku! Tidak ada akses untuk Devan mengusik hidup mu lagi! Randy akan membantu mu mendapat indentitas baru. Hidup lah baru dengan ku Alena. Kita bisa hidup di luar dan keluar dari lingkungan yang membelenggu masa lalu mu"

Mata ku mengerjap beberapa kali mendengarnya. Sampai segitunya kah J melakukan nya untuk ku. Aku melihat kesungguhkan di matanya. J memang selalu berpikir un obiettivo.

" Aaaaaku akan memikirkan nya.." Kata ku menarik lagi tangan ku. Menyembunyikan riak kecil dimata ku. Aku sadar tak ada laki laki sebaik dia. Dan ini mungkin kesempatan ku lagi untuk bahagia. Meski dengan pria yang sama dimasa lalu.

*

*

*

Aku mendekat perlahan pada Papa yang duduk di depan jendela dengan suguhan air dicangkir nya.

" Papa..

Aku merengkuh papa dari belakang, Papa tampak terkejut lalu tersenyum.

Aku mengelilinginya dan duduk bersimpuh melihat guratan keriput di sekitar dahi dan mata nya. Rambutnya juga sudah banyak memutih. Papa yang dulu aktif terlihat sangat kelelahan disana.

Ku ambil jemarinya. Dan mengusapnya ke pipi.

" Ada apa  Alena? Apa kamu baik baik saja?" Tanya Papa tampak sendu melihat ulah ku yang bermanja manja seperti itu.

" Pa.. Aku hamil"

Papa terdiam sesaat ia tampak syok tapi iris mata abu abu nya kemudin meredup.

" Ini anak Devan. Dia sama sekali tidak tau aku hamil setelah bercerai. Aku baru tau beberapa hari yang lalu" Cerita ku dengan buncahan campur aduk dibenak sini. Bahkan aku masih tidak yakin ini fakta.

" Anak adalah anugerah Alena. Apa kamu baik baik saja?" Tanya Papa kemudian.

Aku mengangguk lalu berdiri dan duduk disebelah Papa.

" Aku ingin membesarkan anak ini sendiri tapi apakah Alena salah jika ada pria lain yang mau menanggung Anak ini? "

Papa melihat ku dengan selidik,  terdengar konyol memang, baru saja bercerai, hamil dan malah membicarakan pria baru.

Aku menceritakan tentang J, pacar masa lalu ku. Terkecuali serangan J pada Perusahaan Papa dulu.

" Apa kamu mencintai Jordan?" Tanya Papa usai mendengarkan sosok J yang aku paparkan.cuuss$A

Aku menunduk. Menarik nafas kata mencintai seperti hal yang susah aku gambarkan sekarang. Aku mencintai J waktu itu. Dan kembali merasakan cinta saat ia muncul lagi. Tapi semua terkubur saat Devan memberi pilihan aku bersama nya. Rasa cinta Devan hilang saat ia melukai ku lagi. Lalu J. Aku sulit menggambarkan rasa cinta padanya saat ini, walau aku tau cinta J cukup tulus, ia seorang pejuang yang tetap memilih tak menyerah. Aku sulit mengabaikan itu. Lagi pula. Aku sadar tidak mungkin bisa lepas dari J. Walau beberapa kali aku menghindar.

" Mencintai lah sesuai kata hati mu Alena. Kamu berhak memilih dan bahagia. Papa akan selalu mendukung pilihan mu" Ucap papa membuat ku tenang. Aku tersenyum mendengar nya dan memeluk Papa dengan  hangat.

*

*

*

Hujan...

Aku menadahkan tangan menyesapi air dingin yang turun dari langit.

Angin ini juga membuat ku setengah menggigil

Pundak ku terasa sangat pegal. Apalagi saat usia kandungan tua.

Sekarang usia kandungan ku sudah 8 bulan.

Aku masih menetap di Jakarta, enggan pergi keluar seperti keinginan Jordan. Bagi ku tak ada yang perlu di hindari lagi. Aku dan Devan sudah berakhir, dan anak ini. Kalau dia lahir dan suatu saat ketemu dengan Devan  tinggal bilang ini bukan anak nya. Walau aku tak berharap bisa melihat nya lagi.

Ada tendangan dari my baby rasanya sungguh luar biasa mengandung seorang anak, hidup ku seolah berubah menjadi sangat bahagia, setiap hari aku sibuk memberinya asupan yang sehat. Aku ingin anak sehat dari dalam hingga setelah lahir nanti. Hidup ku seolah hanya berpusat pada nya.

Dan aku tak sabaran menunggu nya lahir didunia. Aku sengaja tidak mencari tahu apa jenis kelamin nya. Aku suka kejutan dari Tuhan dan dan apapun jenis kelamin nya aku akan menerima nya dengan sangat rasa syukur.

" Len..

Aku berpaling dan tersenyum pada Jord. Ia sudah selesai mengambil tebusan obat.

" Kenapa disana. Nanti sakit. Mybaby juga akan sakit " Kata nya dengan cepat menarik tangan ku. Jordan sangat perfect tentang aku dan kehamilan ku. Ia benar benar terlihat sayang dengan bayi dalam perut ku. Bahkan sering mengajak nya bicara.

Aku merasakan kebahagian luar biasa. Dan sesuai rencana kami akan melangsungkan pernikahan setelah aku melahirkan. Sekitar 2 bulan lagi

" Pelan pelan. Lantai nya sangat licin" J memapah ku menekuri setiap marmer Rumah Sakit.

Aku terus berpegangan dengan nya kuat kuat.

" Tunggu di sini! Jangan main hujan.. Aku ambil mobil dulu" Cecar nya segera menebus hujan dan menghilang di area parkir sana.

Aku duduk disana mengusap perut buncit ini sambil senyum-senyum sendiri.

" My baby.. Kamu tau. Banyak orang yang sayang sama kamu.. Tumbuh sehat ya.. Mama sangat menantikan mu.." Kata ku selalu mengajaknya bicara.

" Alena..

Aku berbalik dan agak kaget melihat Dave disana.

Mata Dave mendelik kewajah ku dan perut besarku. Aku mendehem menetralkan situasi. Ia juga seperti kembali tersadar dengan situasi.

" Hy Dave.." Sapa ku mencoba mengurangi rasa gugup ku.

" Loe hamil? Maksud gue. Loe udah merried lagi?"

Oksigen ini berasa menipis, aku hanya takut Dave curiga dengan cara bicara ku. " Yeaah.. Baru Nikah sih. Nanti resepsi nya menyusul" Jawab ku berbohong mengesampingkan bagaimana raut Dave yang seolah syok atau mencemooh. Aku tak memperdulikan nya.

Dave manggut manggut. Mata nya masih terpana pada perut ku.

Beruntung mobil Jordan datang. Tak dapat dipungkiri sorot sinis Dave saat melihat Jordan  keluar dari sana. Dan Jordan juga tampak kaget melihat Dave disana, walau ia segera mengkondisikan dengan nyaman, senyum nya terbuma lebar.

" Hallo.. Dave. Apa kabar" Sapa nya menyamali Dave. Jordan bersikap normal dan itu membuat Dave tersenyum tipis.

" Gue baik, kalian gimana?" Tanya nya tampak sudah mencair.

" Ya begini, sedang menunggu si kecil lahir" Sahut Jordan mengamit bahu ku dengan erat. Mata Dave seolah mengawasi dan ia tersenyum kecil. Senyum nya benar benar membuat ku tak nyaman seperti mengejek ku.

" Waah selamat ya.. " Ucapnya lagi.

Aku tersenyum kikuk berbeda dengan Jordan yang merespon suka cita.

" Thanks bro, kami duluan ya.. " Jordan segera menarik ku dan aku melambaikan tangan selamat tinggal pada Dave yang menunggu kami masuk mobil.

Rasa gugup ku hilang saat mobil mulai meninggalkan tempat itu. Kulihat Dave disana juga berlalu dari tempat itu. Apa ia akan menceritakan pertemuan ku dengan Devan. Aku menebak nebak bagaiman reaksi Devan.

"gugup?" Tanya J merengkuh tangan ku memudarkan pikiran dalam kepala ku.

" Sedikit!" Jawab ku masih merasakan kekhawatiran. Aku hanya takut Dave curiga. Tapi aku rasa ia percaya kalau aku bilang aku sudah menikah dan ia pasti yakin ini anak ku dengan suami baru ku, dan dugaan nya pasti suami ku adalah Jordan.

*

*

*

Seperti biasa aku masih kerja, walau waktu nya dipersingkat. Apalagi Hari ini aku dan Susan ada janji bertemu dengan client di salah satu Hotel Jakarta Timur. Sebenarnya Susan bisa melakukan nya sendiri ditemani Om Hardi. Tapi aku hanya bosan menekuri komputer dikantor. Dan memutuskan untuk ikut sekalian mau menambah gerakan.

" Apa perlu bantuan Bumil?" Tanya Susan memberikan tangan nya saat aku menaiki tangga

" Ga perlu. Usia begini katanya memang bagus untuk sering naik tangga"

Kilah ku terus berpegangan pada pagar. Susan dengan sabar menanti ku diatas.

Tangan ku sering berkeringn akhir akhir ini. Dengan iseng kulap keringan tangan ku di kemeja Susan. Anak itu meringis keki.

" Keringat ku ga bau kok Sus.. Masih seger" Cengir ku hanya dapat dengusan nya.

" Tapi ga pake di lap ke baju aku kali len. Heran makin buncit makin jail kamu! "

Aku hanya mengabaikan nya dan terus berjalan dibelakang tim Susan mengekori.

" Eh bentar! Pak Darmawan nya nelpon.." Kata Susan berhenti disana mengintsruksi kami untuk ikut berhenti.

" Hallo Pak. Selamat Pagi" Ucap Susan dengan ramah. Mata nya bergerak gerak dan ia tampak mengerutkan kening.

" Tapi kami sudah sampai ini Pak.. Ja- hallo.. Hallo..."

Susan melihat ponsel nya.

Ia lalu melihat ku dengan muram.

" Penawaran kita di cancel" Kata Susan menatap nanar.

" Cancel? Bagaimana bisa?"

Susan mengedikna bahu. Raut kekecewaan juga terlihat di 4 orang tim Susan.

" Biar aku yang hubungi" Aku mengambil ponsel ku dan menepi menuju loby Hotel.

Tuuuut

Tuuuut

Telepon ku diangkat

" Hallo. Selamat pagi Pak Darmawan. Saya Alena Putri dari PT. Akrowis Utama.

"Iya ada pagi juga Bu. Alena"

" Maaf Pak, mengenai kesepakatan proyek minggu lalu. Kami sudah mendapat tanggapan dari pusat. Dan kami sudah mendapat pemberitaan kalau perusahaan kami yang akan menangani proyek di Sukabumi"

" Oh iya Bu. Mohon maaf sebelumnya. Ada kesalahan dari atas, penawaran perusahaan Ibu belum terakreditasi jadi penangangan proyek sudah dipindahtangan kan ke perusahaan lain. "

Aku jelas kaget mendengarnya. Berkas berkas perusahaan semua nya lengkap dan aku sendiri yang menerima email kalau kami berhasil mendapatkan proyek itu.

" Tidak terakreditasi bagaimana pak? Saya masih menyimpan email nya. Dan semua data kami lengkap juga terakreditasi!" Aku agak emosi dengan penjealasan tiba tiba dari mereka.

" Mohon maaf Ibu! Kalian bisa cek lagi data kalian dan silahkan mengajukan komplen ke pusat!"

"Bip

Aku segera mematikan telepon. Rasanya bikin gondokan saja.

" Kemil.. Coba kamu cek lagi sekua data yang diajukan kemaren, memenuhi persyaratan apa ngga? Dan Susan. Coba cari tahu perusahaan mana yang mengambil alih, ini ga bener. Masa baru sekarang di batalkan! " Kata ku dengan kesal  nafas ku sampai naik turun.

" Baik Bu" Sahut Kemil.

" Len.. Aku rasa mereka yang menggantikan proyek kita!" Susan berada di pagar pembatas. Pelan pelan aku bangkit dan mengikuti keberadaan Susan.

Di bawah sana tampak beberapa pria-wanita berpakaian formal.

Dan Susan benar kami kenal dengan salah satu staff perusahaan yang tadi mau nya kerjasama yang seharusnya akan bertemu dengan kami.

Kulihat satu persatu perusahaan yang mengambil alih proyek kami. Rata rata aku mengenal perusahaan property perusahaan lainnya. Tapi ini aku merasa asing.

" Mereka perusahaan baru" Kata Susan dengan Macbook ditangan.

" Kemil bagaimana?" Tanya ku pada pemuda disana.

Kemil maju dengan cepat

" Data kita semua nya lengkap Bu. Hanya saja.." Ia nampak ragu dan gugup.

" Sertifikat kualifikasi kita di tolak"

" Bagaimana bisa?

Kemil menggeleng.

" Baiklah. Kita kembali dulu! Nanti aku cek semua" Kata ku dengan sedikit geram.  Kesal saja kenapa mereka baru memberitahukan di jam saat pertemuan tiba.

Mood ku mendadak buruk karena ini.

Kami kembali ke kantor dan aku juga Susan segera mencek semua data serta apa penyebab proyek ini dicancel pada perusahaan kami.

" Jangan terlalu emosi Len. Ingat debay kamu dan kesehatan mu" Ingatkan Susan saat kami menuju kantor pusat.

Aku hanya mengangguk. Mata ku mengarah pada kemacetan lalu lintas disana membuat kepala ku mumet.

Kami tiba di kantor pusat 1 jam kemudian.

Aku langsung menuju ruangan Pak Darmawan.

" Apa di bekukan???"

Aku kaget dengan informasi dari pria berperut besar ini.

" Iya, kami mendapat tolakan dari atas dan Sertifikasi kalian dibekukan karena melanggar beberapa point dalam pelelangan sebelumnya" Kata Pak Darmawan lagi.

" Bagaimana bisa Pak! Proyek sebelum nya sangat aman dan tidak ada pelanggaran yang kami lakukan" Kata ku yakin.

Pak Darmawan lalu bangkit. Dengan perut besar nya ia tampan lamban bergerak.

" Sebentar saya cari file nya" Ujar nya lalu masuk kedalam sana.

Aku menunggu dengan cemas juga geram. Pembekuan sertifikasi kualifikasi sama saja mematikan 1

4 kaki perusahaan. Tanpa surat itu kami tidak bisa mengajukan  proyek yang besar besar.

Tak lama kemudian Pak Darmawan muncul dengan 1 map. " Ini hasil kualifikasi dari beberapa keluhan yang ada" Kata nya memberikan map itu

Aku segera mengambil dan kaget dengan foto foto kerusakan pada properti disana. Itu properti dari perusahaan kami. Hanya saja itu rasanya aneh, barang yang kami siapkan barang terbaik dengan kualitas bagus.

" Kalian bisa complen dengan penyedia barang kalian" Kata Pak Darmawan membantu memberi solusi.

" Iya pak saya tau. Tapi ini aneh. Ini adalah jenis terbaik. Tidak mungkin kami abal abal memberikan pelayanan." Kata ku masih sangat tidak percaya.

Pak Darmawan  hanya mengangguk seolah percaya.

" Dan juga kami tidak bisa menerima begitu saja , bukti ini sangat tidak mendasar. Harus nya kalian juga memberikan peringatan , kenapa malah langsung memberi kami pembekuan sertifikasi." Omel ku sangat kesal.

" Mohon maaf Bu Alena. Ini sudah melalui kepala bagian jadi saya disini hanya sebagai perantara "

Aku berdecak kesal. Kalau melalui kepala bagian berarti ini cukup besar pertentangan nya.

" Baik. Kalau begitu saya permisi" Kata ku segera bangkit dari sana dan keluar dari ruangan Pak Darmawan.

" Bagaimana?" Susan menghampiri ku.

Ku kasih Susan map itu. " Keluhan nya banyak sekali! Ini sangat tidak masuk akal, dan langsung di tindak kepala bagian. Menurut mu apa ni sabotase?

" Astaga. sebanyak ini? Ini tidak mungkin Len.. Dilapangan semua melakukan stardarisasi yang baik. Aku sebagai saksi nya.

Aku hanya mengangguk, aku percaya pada Susan. lalu mengambil ponsel. Mencari nama Randy. Mengetik kan suatu pesan padanya.

" Kita kembali dulu. " Kata ku pada Susan.

*

*

" Bagaimana kemil?" Tanya ku pada Kemil saat di kantor.

" Proyek yang kita ajukan gugur semua dan perusahaan yang sama mengambil alih Bu! Jawab Kemil.

Aku menggenggam erat tangan ku. Perusahaan yang sama perusahaan baru yang tadi kami lihat di Hotel.

" Coba kamu hubungi Farhan, apakah perusahaan itu mengajukan semua proyek atau hanya mengikuti pengajukan kita??"

" Baik bu!" Kemil kembali menghadap komputer nya.

Aku kembali ke dalam ruangan.

Susan memanggil ku.

" Eh Sus. Kamu ga balik. Ini sudah sangat sore" Kata ku padanya heran, Susan masih menyibukan diri.

" Harusnya aku yang nanya sama kamu Len. Ini sudah hampir petang. Kamu masih disini!" Katanya berdalih." Ah.. Aku mengikuti perkembangan perusahaan dVV ini. Seperti yang kamu bilang tadi dia ngikutin kemana kita ngajukan proyek. Aku juga dapat bocoran dari Icha  penanggung jawab nya bernama Rudy Sitomo. Dan itu  ...

" Rudy?

Alis ku naik sebelah.

Susan mengangguk. Kami tentu kenal nam itu.

Ada kemarahan disini! Apa kah ini kebetulan atau sengaja. Apakah aku dapat serangan internal dari eks ku.

Apa ia mulai bergerak ingin menjatuhkan perusahaan ini.

Karena Randy juga kasih info kalau ada peretasan masuk ke komputer perusahaan. Semacam pengintaian. Kata peretas ku hanya ada 2. Randy dan Devan.

Semua semakin mengarah pada Devan setelah penuturan dari Susan barusan.

Devan-Rudy tentu tak punya kerjaan kalau hanya mendirikan perusahaan pesaing untuk menyerang perusahaan kecil milik Papa ini, kecuali ia memang ingin menjatuhkan perusahaan Papa, apalagi Randy! Dia berpihak pada kami.

Hanya saja ini aneh, aku masih ada kepercayaan pada Devan  dia tidak mungkin melanggar permintaan terakhirku. Apa ini ada hubungan nya dengan pertemuan ku dengannya Dave. Bisa saja ia kesal aku hamil dengan orang lain.

Aah tidak aku sangat Geer kalau sampai ia begitu.

Ponsel ku berdering ada nama J muncul.

" Sus.. Aku angkat ini dulu" Kata ku beranjak dari sana setelah Susan mengangguk.

" Hallo..

" Hey.. Kamu sudah pulang?" Tanya J disana.

Aku menghempaskan bokong ku ke kursi dan agak menyandarkan bahu ku. Perut ku agak pegal kalau terlaku kaku duduk.

" Masih di kantor, sebentar lagi balik" Jawab ku dengan mengurut kening ku.

" Di Kantor? Kamu tidak lembur kan?"

" Tidak J. Hanya mengurusi beberapa hal. Apa kamu mau jemput aku?"

" Tentu"

Pintu ruangan ku lalu diketuk. Muncul Kemil disana.

" Masuk lah"

Pria ini masuk dan menyerahkan laporan nya.

" Ini proyek yang mereka ajukan"

" Baik. Terimakasih. Sudah jam pulang. Pulang lah dulu kamu Kem..

" Iya bu  terimakasih!" Kemil lalu menarik diri.

Kuambil laporan yang diberikan Kemil.

Satu persatu data itu aku lihat. Sudut bibir ku berkedut. Ini memang penyerangan.

Perusahaan ini mengikuti apa saja yang kami ambil dan mengambil alih nya.

" Manis sekali Dev... Cara mu busuk sekali...

Next chapter