webnovel

Mengambil Dua Surat Sekaligus

Editor: Wave Literature

Lu Yuchen mengerjakan sesuatu dengan cepat. Setelah mereka berdua mencapai kesepakatan, Tang Xinluo langsung dibawa ke kantor catatan sipil.

Di perjalanan, dengan hati-hati Tang Xinluo memberitahu Lu Yuchen bahwa semua dokumen miliknya ditahan oleh keluarga Tang. Maka dari itu, mungkin membutuhkan waktu untuk mengurus surat pernikahan Namun, ternyata pria itu seperti tidak mendengarnya dan tetap pergi ke catatan sipil.

***

Setelah sampai di catatan sipil, tidak hanya ada orang yang khusus menjemput mereka, namun seluruh dokumen Tang Xinluo pun sudah diurus semuanya. Terlebih lagi, setelah Lu Qinhao meninggalkan rumah kediaman Tang, ternyata dia tidak sabar dan langsung pergi mengurus surat perceraian mereka. Sehingga, ketika wanita itu tiba di kantor catatan sipil, dia mendapatkan dua buku berwarna merah. Satu buku cerai dan satu lagi buku nikah.

Dalam satu hari, dia mendapatkan dua dokumen. Dia tiba-tiba mengingat pegawai catatan sipil tersebut menunjukan wajah kasihan dan simpati kepada Lu Yuchen sehingga membuat Tang Xinluo hampir saja tertawa. Meski dia tidak peduli, tetapi ada seseorang yang wajahnya terlihat tidak senang.

Melihat wajah Lu Yuchen yang tidak begitu baik, Tang Xinluo tidak berani membuat masalah, lalu dia mengikuti pria itu dari belakang dengan patuh. Saat mereka berdua menaiki mobil, sikap Meng Ze sang asisten terhadapnya benar-benar berubah.

Tadi pada saat menuruni mobil, Meng Ze dengan sungkan membantu Tang Xinluo membukakan pintu mobil. Sekarang ketika akan naik mobil, asisten Lu Yuchen itu sudah dari awal menunggunya di pintu. "Nyonya Muda, hati-hati."

Dengan cepat mobil tersebut melaju. Lu Yuchen duduk di sisi kiri Tang Xinluo, walaupun jarak mereka sangat dekat, tetapi atmosfer di sana sangat canggung. Sejak melakukan foto pernikahan, dia merasakan tubuh pria itu mengeluarkan aura yang tidak baik. Sejak masuk ke kantor catatan sipil, pria itu hampir tidak berbicara sama sekali.

Sebelumnya, Tang Xinluo mengira perubahan sikap Lu Yuchen karena buku perceraian itu. Tetapi sekarang setelah dipikirkan baik-baik, sepertinya sejak masuk ke kantor catatan sipil wajahnya tampak tidak senang. Apakah tadi aku tidak sengaja membuatnya marah? Batinnya.

Tang Xinluo terdiam sambil menatap wajah Lu Yuchen, dia berniat ingin mencari petunjuk. Sementara pandangan pria itu terus menatap jendela luar, melihat ke tempat yang jauh sehingga sangat sulit diterka apa yang sedang dipikirkan olehnya.

Untuk sesaat, Lu Yuchen yang seperti ini membuat Tang Xinluo terpana. Rambut pria itu disisir ke belakang, sehingga membuat wajahnya terlihat tajam dan jelas. Ini adalah wajah yang paling mempesona yang pernah Tang Xinluo lihat. Dibandingkan Lu Qinghao yang tampan, wajah ini lebih sempurna lagi, lebih memiliki daya tarik seorang pria dan maskulin.

Awalnya Tang Xinluo hanya mencari tahu apa yang dipikirkan oleh pria itu, tidak disangka begitu menatap, dirinya justru terjerumus masuk.

Ketika Lu Yuchen memalingkan wajah untuk menatapnya, Tang Xinluo baru tersadar. "Ada apa denganmu?" Pria itu bertanya dengan ekspresi wajah yang sudah kembali normal.

Teringat suasana hatinya yang tidak jelas barusan, bibir Lu Yuchen menyungingkan senyum mengejek. Bukankah aku hanya pergi mengurus surat pernikahan bersama wanita yang memiliki perjanjian denganku ini? Satu tahun akan cepat berlalu, untuk apa suasana hatiku menjadi buruk karena hal ini, batinnya.

Tang Xinluo sama sekali tidak mengerti apa maksud dari senyuman di wajah Lu Yuchen. Pikirannya saat ini sangat kacau, dia merasa malu karena ketahuan menatapnya. Dia tidak ingin tatapan terhadapnya di salah artikan menjadi 'menyukainya', maka dari itu, dia langsung mengubah topik pembicaraan, "Bukan apa-apa…"

Setelah mencoba memikirkan topik yang cocok, akhirnya Tang Xinluo buka suara, "Aku hanya merasa penasaran. Mengapa aku? Mengapa kamu mau membantuku? Kalau kamu membutuhkan seorang pasangan untuk menikah, seharusnya masih banyak yang lebih baik dariku."

Setelah mengambil surat nikah, tapi baru menanyakan hal ini. Rasanya itu sudah terlambat, batin Tang Xinluo.

Next chapter