webnovel

Seorang Idol

Tidak seperti biasanya. Ady dan Rendra baru pulang sekolah jam 2 siang karna itu hari terakhir mereka sekolah di tahun ini, sekaligus pembagian raport.

"Yeaah... akhirnya libur panjang datang juga" kata Rendra sangat bersemangat sambil berjalan pulang bersama Ady yang terus memandangi kertas nilainya dengan datar.

"Hei, kenapa murung begitu? kau kan mendapatkan peringkat pertama dan seperti biasa, semuanya mendapatkan nilai sempurna. Masa masih belum puas" kata Rendra heran sambil melihat wajah Kakaknya.

"Aku bukannya tidak puas. Hanya saja.. rasanya agak aneh kalau yang dapat peringkat pertama ada dua orang. Sebenarnya sih bukan tidak mungkin kalau akan ada orang-orang yang seperti kita, sama seperti 5 tahun yang lalu" kata Ady sambil melipat kertasnya dan memasukkan nya ke saku celananya.

"Yaa.. kau benar juga, Ah tapi peringkat 3 lumayan juga buat ku hahaha" kata Rendra sambil tertawa, Ady pun melihatnya dengan sebal.

"Kau jangan tertawa terus, belajarlah lagi. Kita sekolah di sekolah elit itu kan memang karna mengincar beasiswanya agar beban ayah berkurang" kata Ady.

"Aku tau aku tau.. tenang saja" kata Rendra sambil menyeringai ke arah Ady.

*klek

Ady pun memutar kenop pintu rumahnya dan membuka pintu rumahnya. Mereka pun masuk dan langsung duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruang tamu sambil menyalakan TV. Gama pun datang dari arah dapur sambil membawa semangkuk jamur krispi.

"Gama membuat jamur" katanya datar sambil berjalan ke arah kedua kakaknya yang sedang duduk di sofa dan ikut duduk di tengah-tengah.

"hahaha, terimakasih adik kecil, kebetulan aku lapar" kata Ady sambil mengambil satu potong jamur krispi goreng di mangkuk yang Gama letakan di meja yang ada di depan mereka.

Saat Rendra sedang mengganti saluran TV terus menerus karena menurutnya tidak ada yang menarik, ada sebuah saluran TV yang menampilkan acara tentang artis-artis.

"STOP STOP" teriak Ady karna ingin melihat itu, Disana di beritahu kalau besok akan ada konser dari idol terkenal baru yang sedang naik daun, dan dia akan mengadakan acara konser di stadion tidak jauh dari rumah mereka.

"Kita nonton yuk" kata Ady semangat, Rendra melihat Ady dengan aneh.

"Hah? kenapa kau bersemangat sekali" kata Rendra.

"Sudahlah, ayo.. lagi pula pengeluaran bulan ini sepertinya tidak banyak" kata Ady. Gama yang berada di tengah mereka hanya diam sambil memakan camilannya dengan memandang lurus ke TV.

"baik baik. hei Gamy, menurutmu bagaimana?" tanya Rendra.

"Gama ikut saja" jawab Gama singkat.

Mendengar jawaban adiknya itu, Ady pun sangat bersemangat dan dia langsung berlari ke kamarnya yang ada di lantai dua.

"Besok kita berangkat pagi-pagi sekali yah agar kebagian tiketnya dan dapat tempat di depan" teriak Ady sambil berlari ke atas. Rendra hanya memandanginya sampai bengong.

"Ada apa dengannya? tingkahnya sangat berbeda sekali" kata Rendra sambil melihat acara tadi dan idol itu pun muncul,

"Hohoho.. pantas saja, tingginya sekitar 164, badannya juga bagus, dan dia cantik. Wajar saja orang seperti Ady bisa terpesona melihatnya." pikir Rendra sambil tersenyum dan melihat ke arah TV dimana ada seorang perempuan yang cantik, kulitnya yang putih mulus serta tingkahnya yang menggemaskan membuat semua pria yang melihatnya pasti akan menyukainya. Gama pun melihat ke arah Rendra dengan bingung, dia tidak mengerti apa yang terjadi dari tadi.

Rendra pun menyadarinya dan melihat ke arah adiknya sambil tersenyum, "hahaha tidak apa-apa, Ady hanya menyukai orang itu" kata Rendra sambil menunjuk ke arah Keyla, gadis idol yang cantik itu.

Gama pun kembali melihat ke arah TV dan memperhatikan orang itu dengan wajah polosnya.

"Membeli tiket disana? dia kolot sekali" pikir Rendra memainkan HP-nya dan tersenyum menatap layar HP-nya yang tampak bertuliskan terjual.

***********

Sampai keesokan harinya pun tiba. Ady yang sangat bersemangat itu pun sudah mengetuk pintu kamar Gama di jam 4 pagi. Gama pun terbangun dengan kondisi masih mengantuk dan membukakan pintunya sambil mengucek matanya.

"Ayo cepat adik kecil, kita sarapan lebih cepat agar bisa berangkat lebih cepat juga" kata Ady semangat sambil berlari ke arah kamar Rendra dan mengetuk pintunya juga, Gama hanya memperhatikan kakaknya yang sedang senang itu dari pintu. Pintu kamar Rendra pun terbuka,

"BERISIK!!!!!! MASIH JAM 4 PAGI, KAU SUDAH GILA YAH" bentak Rendra sambil kembali membanting pintunya. Ady yang terkejut itu pun hanya bisa berkedip beberapa kali.

"Ta-tapi.. nanti kita kehabisan tiketnya" katanya murung.

*BRAK!!

Pintu coklat tanpa hiasan itu pun kembali terbuka dan memperlihatkan Rendra yang tampak kesal dan masih mengantuk lalu memberikan tiga lembar kertas pada kakaknya.

Ady terbelalak melihat tiga buah tiket yang sedang dia pegang sekarang.

"SEKARANG KAU PUAS KAN!!" Bentak Rendra lagi dan kembali membanting pintu kamarnya.

Matanya tampak berkaca-kaca karna senang melihat tiga lembar tiket yang di beli adiknya tanpa sepengetahuannya, dia pun menggenggamnya dan memasukkan nya ke dalam dompetnya lalu berjalan melewati Gama dan turun ke bawah.

Dengan kondisi masih mengantuk Gama pun masuk kedalam kamarnya lagi dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu turun ke bawah dan bersiap memasak.

Sementara itu, Ady duduk dengan riangnya sambil bersenandung duduk di sofa dan menonton TV pagi. Melihat kakaknya yang sedang senang seperti itu, Gama pun mendekati kakaknya dengan perlahan.

"Emm? ada apa adik kecil?" tanya Ady heran.

"Apa Ady mau sesuatu?" tanya adik kecilnya yang berdiri di sampingnya.

"Ah.. hahaha... tidak, tidak perlu. Paling nanti aku akan mengambil minum sendiri di kulkas" kata Ady riang.

Gama pun berbalik dan berjalan ke dapur lalu mulai membuat sarapan untuk mereka.

************

Setelah selesai sarapan, mereka pun bergegas keluar menuju stadion tempat Keyla si idol cantik itu mengadakan konsernya.

Mereka pergi kesana dengan berjalan kaki bukan karna tidak mampu untuk membayar naik bus atau angkutan lainnya. Tapi adik kecil mereka itu tidak bisa naik kendaraan selain sepeda motor karna mabuk kendaraan.

Pagi itu masih sangat sepi karna hari itu hari libur. Angin dingin yang berhembus lumayan kencang itu pun tidak mempengaruhi perjalanan mereka.

Rendra yang berjalan di sebelah Gama tampak sangat kesal dan Beberapa kali menguap karna masih mengantuk.

Tapi rasa kesalnya jadi hilang setelah melihat betapa bahagianya Ady sekarang.

"Yah, melihatnya senang Seperti ini cukup setimpal dengan uang saku milikku selama tiga Minggu" pikirnya dengan wajah datar sambil menggandeng Gama di sebelahnya dan mendengarkan ocehan kakaknya soal idol yang mau mereka tonton nanti.

Sesampainya di stadion itu, ternyata tetap saja sudah banyak orang yang mengantri untuk membeli tiket.

"Sudah ramai.. kita terlambat" kata Ady mengeluh.

"Kita sudah punya tiket, tidak perlu khawatir" kata Rendra datar.

"Hmm.. baguslah, Ayo cepat kita masuk" kata Ady, laki-laki muda tinggi itu kegirangan memanggil kedua adiknya.

"Sabarlah sedikit. Tempat itu juga tidak mungkin di tempati orang lain" kata Rendra yang tingginya hampir sama dengan Ady. Gama yang berada di samping Rendra tidak mengatakan apapun dan hanya melihat Ady dengan datar.

Meskipun mereka pergi pagi-pagi, nyatanya konser itu di mulai tepat jam setengah tujuh malam. Langit malam yang menghiasi atap stadion tanpa menutup itupun juga ikut terlihat indah dengan segala bintang yang ada disana.

Rendra yang duduk di kursinya sambil mengelus kepala Gama yang ada di pangkuannya terlihat sangat kesal dengan keramaian dan lamanya dia duduk di tempat ini.

Tapi, dia sedikit lega saat Gama bisa tidur setelah memakan mie instan yang di jual oleh pedagang perempuan yang berkeliling stadion ini sore tadi.

"ah, aku mau ke toilet dulu sebentar" kata Ady bergegas pergi, padahal mereka baru saja sampai di tempat duduk mereka.

"Konsernya sudah mau mulai loh" kata Rendra dengan wajah dan nada datar menatap Ady yang tampaknya sudah tidak bisa menahan diri dan pergi begitu saja.

Saat di dalam toilet, ternyata ada seorang staff di dalamnya juga. Tapi orang itu cukup ceroboh karna meninggalkan ID card miliknya di atas wastafel.

"Sepertinya menarik" kata Ady sambil mengambil benda itu dan mengalungkannya ke lehernya lalu pergi ke belakang panggung.

Dia berhasil berjalan dengan santainya melewati para pekerja tanpa di curigai sedikit pun.

Sampai suara musik pertanda bahwa konser telah di mulai pun sudah di putar.

Ady bergegas pergi ke sisi panggung untuk melihat idolanya itu. Gadis mungil dan cantik, perawakannya yang masih terlihat seperti anak-anak serta suaranya yang merdu itu membuat siapapun tertarik melihatnya. Dia menari dengan mulusnya dengan mengenakan pakaian pink dan rok pendek berwarna putih, serta hiasan sayap di kedua bahunya juga mendukung keimutannya, dan rambut hitamnya terurai ke belakang dengan bebas.

"Hei Gamy, konser sudah di mulai, tapi Ady belum kembali juga" kata Rendra bingung di tengah ramainya penonton lain yang bersorak.

Tapi adiknya itu tidak menjawab, dia hanya diam melihat bangku kosong yang ada di sebelahnya itu yang seharusnya di isi oleh kakaknya.

"Seharusnya aku tidak mengatakan itu" kata Rendra merasa tidak enak melihat adiknya yang tampak begitu khawatir di sebelahnya.

Bahkan sudah 2 jam berlalu sejak konser dimulai, Ady tetap tidak menampakan diri. Konser yang sudah selesai itu pun perlahan-lahan mulai sepi karna para penonton yang ada disana mulai pergi untuk pulang.

Tidak ada perasaan senang maupun menikmati acara tadi sedikit pun dari mereka berdua.

"gam, anu.. sebaiknya kita pulang dulu. Siapa tau Ady ternyata sudah pulang" ajak Rendra pada adik kecilnya yang tidak mau beranjak pergi.

"Gama ingin menunggu Ady" katanya datar. Rendra pun berjongkok di depan adiknya agar tinggi mereka sejajar.

"huuhhh.. aku tau, tapi coba kau bayangkan kalau Ternyata Ady sudah di rumah? menjengkelkan bukan? ayo!!" ajak Rendra sekali lagi. Gama hanya diam melihat kakaknya yang ada di hadapannya itu lalu mengangguk sedikit dan melompat turun dan berdiri di anak tangga yang ada di depan pintu stadion.

"Anak pintar" kata Rendra sambil berdiri dan tersenyum ke Gama. Dia pun menggandeng adiknya itu dan berjalan pulang menuju rumah.

**********

"Hoaam.. hari yang melelahkan" kata seorang gadis muda dengan lelahnya mencoba masuk ke dalam mobil hitam miliknya yang sudah terparkir di depannya. Tapi tepat sebelum dia menyentuh pintu mobil, tiba-tiba ada tangan seseorang yang lebih cepat darinya dan membukakan pintu mobil itu.

"Silahkan nona" sambut orang itu ramah sambil tersenyum.

"oo... hihii.. terimakasih, tappi.... sepertinya aku baru pertama kali melihatmu, Kamu bukan salah satu staff disini kan?" kata Keyla membalas senyumannya.

"Benar, perkenalkan saya Ady. Saya penggemar berat anda" Kata Ady membungkuk sedikit memperkenalkan diri.

"waaah..!!! seorang penggemar yah. Kalau begitu ayo masuk ke dalam mobil ku. Aku akan mengantarmu pulang" kata Keyla ramah sambil masuk ke dalam mobilnya. Tentu saja dengan gembiranya Ady ikut masuk kesana dan mobil itu pun melaju pergi.

Di tengah perjalanan, Ady terus tersenyum riang melihat Keyla yang ada di sebelahnya. Dia melihat wanita cantik itu dengan tenang mengetik sesuatu di HP miliknya itu.

"oh iya, memangnya apa yang membuatmu tertarik padaku?" tanya Keyla tiba-tiba.

"Anda itu sangat cantik dan juga punya suara yang bagus" kata Ady semangat.

"waah.. terimakasih pujiannya" sambil tersenyum melihat Ady.

"kalau begitu.. bisakah kita berteman?" tanya Ady senang.

"berteman yah..ah kalau begitu, bagaimana kalau kau kuberi hadiah?" mendengar itu Ady pun menjadi lebih senang. Setelah mengatakan kalau dia mau, Keyla pun menyuruh Ady menutup matanya dan berbalik menghadap kebelakang lalu menurutinya. Dengan gembira dan tidak sabar Ady menunggu sesuatu yang di maksud Keyla. Namun, dia mendengar suara pintu terbuka dan..

*BUK

Ady terdorong hingga keluar dari mobil itu dan tersungkur di tanah. Dia pun bangkit dan duduk di tanah sambil mengusap tangannya yang terbentur batu kecil di tanah. Ady pun berbalik dan melihat Keyla duduk di ambang pintu dengan seringai besar di wajahnya. Raut wajahnya benar-benar berbeda dari sebelumnya, begitu terasa sinis.

"hehhh..!!! Jadi temanmu? Kau itu hanya orang biasa, mana mau aku berteman dengan mu!!" kata Keyla dan dia langsung membanting pintu mobilnya dan melaju pergi. Ady hanya tertawa kecil melihat itu, Benar-benar di luar dugaan. Dia pun berdiri dan membersihkan debu yang ada di pakaiannya dan bersiap pulang.

"Sudah malam begini mana ada kendaraan, HP ku juga tertinggal. Yaa.. bagusnya aku masih tau sih ini dimana, Paling tidak.. pagi nanti aku sampai di rumah. Rendra pasti akan marah hahaha.... ya sudahlah, sudah terjadi" kata Ady berbicara sendiri sambil berjalan menyusuri jalan di perhutanan kota sebelah.

.

.

Malam semakin larut, suara suara pun mulai berkurang, jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Rendra dan Gama yang masih menunggu Ady di ruang depan di temani teh hangat buatan Gama itu duduk di sofa.

"Ei gam-gam ini sudah sangat larut, sebaiknya kita tidur. Ady juga pasti akan pulang" kata Rendra melihat adiknya yang duduk di pangku olehnya. Tapi Gama menolak, dia menggeleng pelan ke kakaknya.

"huhhh...!!! begini, kau pergi lah tidur, aku akan menunggu Ady disini. Besok kan kau harus membuat sarapan jadi tidak boleh bergadang. Kau ingat kan dulu ayah pernah bilang kalau bergadang itu tidak baik?" tanya Rendra, Gama masih terdiam tidak merespon kakaknya. Rendra pun membalikkan tubuh kecil adiknya itu agar menghadap ke arahnya. Meskipun tidak menunjukan ekspresi apapun di wajahnya, tapi terlihat sekali matanya berkaca-kaca karna khawatir.

"Oke begini saja, kalau Ady tidak kembali nanti pagi, kita ke kantor polisi dan meminta bantuan ke Inspektur Jalal agar dia membantu mencari Ady" kata Rendra meyakinkan. Gama menunduk sedikit lalu memeluk kakaknya dengan erat dan mencengkram bajunya dengan sangat kuat. Rendra pun tersenyum dan mengelus kepala adiknya itu lalu menurunkannya ke lantai. Gama pun pergi menaiki tangga menuju kamarnya sedangkan Rendra masih menunggu di ruang depan sampai dia tertidur di sofa.

"Kau kemana sih.." kata Rendra cemas masih terus memperhatikan layar HP dan pintu rumahnya.

.

.

Keesokan paginya, Rendra yang tertidur itu pun terbangun karna mencium sesuatu yang enak. Dia pun membuka matanya dan memeriksa jam di HP-nya. Dia terkejut ternyata sudah jam 6 pagi, dia pun bangkit dan pergi ke dapur dan melihat Gama sedang membuat sarapan. Dengan tidak enak hati dia pun perlahan duduk di bangku meja makan mereka. Gama yang sedang sibuk memasak pun membuat segelas minuman hangat dan meletakannya di depan Rendra. Meskipun memang sudah biasa dia bertindak cuek, tapi rasanya sangat berbeda untuk saat ini.

"emm.. anu Gam, maaf, tapi semalam Ady belum juga pulang. Nanti siang kita pergi menemui Inspektur Jalal yah" kata Rendra pelan. Gama tetap tidak merespon Rendra dan terus memasak.

*tok *tok *tok

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu depan. Rendra dan Gama pun menengok dan pergi membukakan pintunya.

Disana mereka melihat Ady yang tampak kotor karna debu sedang tersenyum dan menggaruk kepalanya.

"yaa.. heheh halo. Maaf untuk yang semal-" Kalimatnya terpotong karna Gama langsung melompat dan memeluk Ady menggelantung di lehernya. Ady pun terkejut dan dengan reflek menggendong Gama agar dia tidak jatuh kebawah. Ady baru menyadari betapa khawatirnya adik kecilnya itu.

"hei, sudahlah. Aku sudah di pulang" kata Ady sambil mengelus belakang kepala adiknya itu.

"jangan pergi lagi" kata Gama singkat dengan suara pelan dan sedikit bergetar. Ady pun melihat ke Rendra yang ada di depannya. Rendra hanya memberi kode ke Ady dengan menunjuk Gama.

"baik.. baik.. aku janji tidak akan pergi lagi" kata Ady melepaskan pelukan Gama dan masih mengangkatnya. Setelah Gama mengangguk mengerti, Ady pun menurunkan Gama kembali ke bawah.

"Yasudah, sekarang sebaiknya kita sarapan dulu, Kau bersihkan diri dulu, Gama juga belum selesai masak, iyakan?" kata Rendra, Gama pun mengangguk dan pergi ke dapur untuk melanjutkan masakannya. Di saat Ady ingin menjelaskannya ke Rendra, Rendra menolak mendengarnya karna dia tau ada apa dengan Ady saat malam itu.

"maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi" kata Ady menyesal.

"tidak perlu begitu, kau sudah menjadi kakak yang baik di keluarga ini. Kalau di hitung, aku lebih banyak membuat masalah di masa lalu. Meskipun kita bertiga tidak memiliki ikatan saudara kandung, aku hanya ingin keluarga ini tetap seperti ini" kata Rendra meninggalkan Ady sendiri di depan pintu.

Next chapter