"Nadia mabuk, terlalu banyak minum." ucap Jean sambil membuka pintu mobil Nadia.
"Apa??? Nadia mabuk? bagaimana bisa?" tanya Gladys dengan tatapan tak percaya sambil mendekati Nadia yang setengah sadar.
"Jean, kalian berdua darimana? Kenapa pakai acara minum minuman keras?" tanya Gladys dengan tatapan penuh.
"Aku akan ceritakan nanti, sekarang bantu aku bawa bungkusan makanan Nadia. Semua itu untukmu." ucap Jean sambil mengangkat Nadia dan membawanya masuk ke dalam rumah, sedangkan Gladys mengambil beberapa bungkusan makanan yang ada di mobil.
"Aku tidak percaya ini terjadi pada Nadia." ucap Gladys seraya menutup pintu mobil kemudian berjalan cepat menyusul Jean.
Jean segera membaringkan Nadia di tempat tidur dan menyelimutinya.
"Jean, sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua?" tanya Gladys dengan tatapan penuh setelah meletakkan makanannya di atas meja dan berhadapan dengan Jean.
Jean menghela nafas panjang kemudian membalas tatapan tajam Gladys.
"Gladys, semua yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan. Nadia baik-baik saja, aku mengajaknya makan di restoran untuk bersenang-senang, kemudian kita minum sedikit...hanya itu saja. Dan kamu tahu sendiri, Nadia minum sedikit sudah pusing." ucap Jean menenangkan hati Gladys.
"Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi pada Nadia, Jean." ucap Gladys dengan wajah serius.
"Aku berjanji padamu Nona Gladys, hal ini tidak akan terjadi lagi. Maafkan aku." ucap Jean dengan tersenyum.
"Baiklah...aku memaafkanmu." ucap Gladys tidak bisa marah pada Jean atau Nadia.
"Oke Glad, aku harus pulang sekarang. Tolong jaga Nadia. Kabari aku setelah Nadia sadar." ucap Jean sambil mengacak rambut Gladys kemudian keluar dari kamar.
Gladys menghela nafas panjang menatap Nadia yang tidur dengan gelisah.
"Apa yang kamu pikirkan sekarang? Apa kamu sudah mendengar berita tentang Tuan Jonathan yang mengalami kritis saat ini? apa sakitnya Tuan Jonathan yang tiba-tiba ada hubungannya dengan balas dendammu Nadia?" tanya Gladys dalam hati sambil mengusap wajah Nadia.
Sesaat kemudian Nadia membuka matanya sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing dan berat.
"Oouhh... di mana aku?" tanya Nadia sambil berusaha bangun dari tidurnya.
"Tidak perlu bangun Nad, kamu tiduran saja. Kamu ada di rumah sekarang." ucap Gladys sambil menahan bahu Nadia.
"Gladys? kamu? kenapa aku bisa ada di rumah? bukankah aku ada di restoran mewah?" ucap Nadia masih setengah sadar sambil melihat ke sekeliling kamarnya.
"Kamu mabuk Nad, Jean bilang kamu hanya minum sedikit saja. Kenapa bisa mabuk? cepat minum jus ini biar cepat sadar. Aku mau bicara penting denganmu." ucap Gladys sambil memberikan jus apel pada Nadia.
"Mau bicara penting apa? kamu jangan membuatku takut." ucap Nadia bangun dari tidurnya seraya menerima jus apel dari Gladys dan meminumnya hingga habis.
"Tentang Tuan Jonathan, apa kamu tidak tahu kalau saat ini keadaan Tuan Jonathan sangat kritis?" tanya Gladys dengan tatapan penuh.
Mendengar ucapan Gladys seketika wajah Nadia berubah menjadi tegang.
"Ya Tuhan, aku baru ingat Glad! di mana ponselku?" tanya Nadia beranjak dari tempatnya dan mencari tasnya.
"Ada apa?" tanya Gladys seraya mengambil tas Nadia yang di masukkannya dalam almari.
"Tuan Carlos menghubungiku beberapakali tapi aku tidak mengangkatnya karena aku sedang bersama Jean. Aku tidak ingin mengecewakan Jean yang sudah menyiapkan makan siang untukku." ucap Nadia seraya mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.
"Ya Tuhan!! banyak sekali Tuan Carlos menelponku bahkan mengirim pesan padaku." ucap Nadia dengan gemetar membuka pesan dari Tuan Carlos.
"Damn!! aku harus ke rumah sakit sekarang! sekarang jam berapa Glad?" tanya Nadia panik melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, sedangkan Carlos memberikan waktu sampai jam lima sore. Kalau lebih dari itu Anne akan memecatnya dengan tidak hormat.
"Ya Tuhan!! aku harus bagaimana sekarang! Gladys antar aku ke rumah sakit, aku minta tolong padamu. Tuan Jonathan akan di pindahkan ke rumah sakit kota A sore ini." ucap Nadia seraya keluar rumah dengan panik.
Hanya dengan memakai pakaian tidur Gladys mencari kunci motornya.
"Gladys! ayo cepat! Aku tidak mau di pecat! aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk membalas dendam pada keluarga Darren!" ucap Nadia dengan tatapan memohon.
"Sabar! tunggu!! kamu jangan membuatku ikut panik." ucap Gladys naik di atas motornya menunggu Nadia mengunci rumah.
Dengan kecepatan tinggi Gladys menjalankan motornya ke arah rumah sakit di mana Jonathan di rawat.
Sampai di rumah sakit, Nadia turun dari motor dan berlari mencari kamar yang telah di beritahu Carlos padanya.
Hati Nadia berdebar-debar saat melihat Anne menangis dalam pelukan Darren musuh besarnya.
"Nadia! kamu baru datang?" tanya Carlos dengan serius sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul lima kurang dua menit.
"Aku belum terlambat kan Tuan Carlos? maafkan aku, aku baru tahu kalau anda beberapa kali menghubungiku. Aku sakit Tuan Carlos, kalau anda tidak percaya bisa tanya pada temanku itu!" ucap Nadia seraya menunjuk Gladys yang baru sampai.
Tanpa memperdulikan ucapan Nadia dan kedatangannya Gladys, Carlos menarik tangan Nadia dengan kuat dan membawanya ke ruang ICU di mana Jonathan masih belum sadar.
"Bersihkan badan Tuan Jonathan, karena sebentar lagi Tuan Jonathan akan di pindahkan ke rumah sakit yang lebih besar di kota A." ucap Carlos sambil menunjukkan baskom yang sudah berisi air hangat.
Nadia menganggukkan kepalanya tanpa bisa membantah perintah Carlos.
"Hati-hati saat menyeka bagian dada Tuan Jonathan, banyak kabel penunjang hidup Tuan Jonathan." ucap Carlos mengingatkan Nadia untuk berhati-hati.
Kembali Nadia menganggukkan kepalanya.
Seperti perintah Carlos, Nadia sangat berhati-hati saat menyeka tiap bagian ada kabel yang melekat di dada Jonathan.
Setelah membersihkan seluruh badan Jonathan, Nadia menatap wajah Jonathan yang putih pucat dengan bibirnya yang kering mengelupas.
"Aku tidak tahu, aku harus senang atau tidak dengan keadaanmu seperti ini Tuan Jonathan. Mungkin ini hukum karma untuk Tuan Daren dan kamu sendiri Tuan Jonathan!" ucap Nadia seraya menghela nafas panjang.
"Tuan berusaha untuk meracuni aku bukan? untung saja Tuan Carlos memberitahuku lewat sebuah isyarat. Apa yang kamu tanam sekarang kamu menuainya. Seperti pepatah Senjata makan tuan, inilah yang Tuan Jonathan dapatkan." ucap Nadia lagi sambil menyentuh kasar ujung hidung Jonathan.
"Ada apa Tuan Jonathan? kenapa kamu diam saja? kamu tidak bisa marah?! ayo... marahi aku! Saat ini aku senang melihat Tuan Daren menderita. Seharusnya anda mati saja Tuan Jonathan, agar aku tidak perlu mengotori tanganku untuk balas dendam pada Tuan Daren." ucap Nadia tak lepas pandangannya dari wajah Jonathan yang tiba-tiba kesulitan bernapas dengan dadanya naik turun ke atas beberapakali kemudian menurun pelan seiring bunyi panjang di layar monitor yang menunjukkan garis lurus memanjang.
Happy reading kk
Aku infokan untuk novel ini sudah aku hapus bab 23 sampai 144 karena ada premium bab kunci mulai tgl 1 April.
Sebelum bab 145 up kk jangan membuka bab untuk yang sudah membacanya ya...
di buka pas bab 145 saja di bulan Mei
terima kasih kk