OLIVIA kembali mengetuk pintu kamar Jonathan hati-hati. Namun, keadaan tetap sama. Tidak ada jawaban. Membuat gadis itu menghela nafas panjang. Sialnya, mengapa dia bisa lupa jika hari ini, Jonathan mengajaknya bertemu di Central Park jam 3 sore??
"Daddy, aku masuk, ya." Ucap Oliv akhirnya. Gadis itu membuka pintu kamar Jonathan, terbelak dengan keadaan kamar pria itu yang berantakan. Barang-barang tampak terlempar kesana kemari.
"Daddy?" Oliv memanggil. Jantungnya berdetak tak karuan. Oliv melangkahkan kakinya menuju kamar mandi Jonathan yang pintunya terbuka lebar. Dan, tak jauh berbeda dengan kamar, kamar mandi Jonathan juga berantakan. Bahkan, sabun dan sampo terlempar hingga ke depan pintu.
Betapa sakit hati Oliv ketika melihat pemandangan menyakitkan di depannya. Pemandangan yang sanggup membuat dadanya seolah tertusuk begitu dalam. Bagaimana tidak?
Ia mendapati sosok Jonathan, masih dengan jas kerjanya, tersandar di kaca shower dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Rambut pria itu berantakan, tak jauh berbeda dengan pakaiannya. Matanya tampak menatap kosong ke depan. Dan yang membuat Oliv semakin terkaget, punggung tangan Jonathan berdarah.
"Ya Tuhan !! Apa yang kau lakukan?!!" Teriak Oliv. Gadis itu berlari untuk sampai disebelah Jonathan. Ekspresi rasa bersalahnya sedah berubah sepenuhnya menjadi khawatir. Gadis itu menyentuh wajah Jonathan, meraup rambut pria itu agar bisa menatap dengan jelas mata coklat Jonathan. Tangannya menggenggam telapak tangan Jonathan yang berdarah, kemudian menatap ke kaca kamar mandi yang sudah rusak parah. Lagi-lagi, hati Oliv tersakiti.
"Daddy." Oliv menangis melihat keadaan Jonathan. Membuat pria itu berkedip sekali. Tangannya mengepal, lalu terlepas dari genggaman Oliv.
"Pergilah" Ucap Jonathan, membuat Oliv menggeleng, "Bagaimana bisa aku meninggalkanmu?"
Jonathan menarik nafas, mencoba menghilangkan sesak di dadanya, "Ku mohon, pergilah. Aku takut, aku bisa saja menyakitimu." Oliv menggeleng, "Bagaimana bisa kau mengkhawatirkanku ketika kau justru menyakiti dirimu sendiri?!"
"Pergilah, Oliv! Pergi!!" Bentak Jonathan.
Bentakan Jonathan mampu membuat Oliv tersentak. Gadis itu mundur beberapa jengkal, kemudian menghapus air matanya, dan beranjak pergi. Meninggalkan Jonathan yang saat ini sedang meraup kasar wajahnya sendiri.
"Shit!!" Jonathan baru saja membentak Olivia. Lalu, apa bedanya Jonathan dengan Alva dan ayah Oliv??
Dia sama. Sama-sama menyakiti Oliv. Bahkan, Jonathan lebih kejam karena membentak Oliv demi perasaannya sendiri. Padahal, Jonathan jelas tahu bahwa kalaupun Oliv memilih Alva, itu adalah perasaan Oliv yang memilihnya. Mana mungkin Jonathan memaksakan Oliv untuk membalas perasaannya??
Selang beberapa menit, gadis itu kembali lagi. Kini membawa kotak P3K dan sebaskom air bersih, membuat Jonathan tampak menatap kosong. Oliv masih menangis, namun tidak bersuara. Bahkan, saat keadaan emosi, saat gadis itu sangat menyakiti hatinya, Jonathan masih berfikir bahwa ia begitu cantik.
"Kenapa kau kembali?" Jonathan berkata datar dan lirih. Namun Oliv sama sekali tidak membalasnya. Gadis itu justru mengambil serpihan kaca yang masih tertinggal di telapak tangan Jonathan,kemudian membersihkan luka pria itu dengan air.
"Pergilah, ku mohon. Aku benar-benar tidak mau menyakitimu." Jonathan menangis. Pria itu menahan gejolak kecewa dan emosi dalam dirinya. Gadis itu masih tak bergeming. Ia tetap membubuhkan beberapa cairan ke luka Jonathan, tanpa sedikitpun rasa takut.
"Ku mohon ... "
Setelah melapisi tangan pria itu dengan perban, Oliv akhirnya berkata, "Sakiti aku. Kau bisa menyakiti aku jika itu bisa meredakan rasa sakitmu. Sakiti aku, daddy."
"Olivia,"
"Seberapa besar kau memintaku untuk pergi, aku tidak akan pergi! Bahkan jika kau harus menamparku,memukulku,menjambak rambutku, aku tetap tidak akan pergi!" ucap Oliv lagi. Hal itu membuat Jonathan semakin menangis. Katakan pria itu cengeng, tetapi hanya dengan melihat Oliv, dia merasa begitu sakit.
Olivia, gadis itu membenamkan kepala Jonathan ke dadanya. Tangannya mengelus rambut Jonathan yang berantakan dan berkata, "Kau ada di saat-saat paling menyakitkan dalam hidupku. Apakah aku harus lari di saat kau merasa hancur karena aku?"
Jonathan menarik nafas panjang, masih enggan memeluk balik tubuh Oliv. Pria itu berkata, "Kau menyakitiku. Kau benar-benar menyakitiku." Olivia menutup matanya, "Ya, aku menyakitimu, daddy."
"Kau ... kau tahu betapa bodohnya aku?" Jonathan berkata, "Kau tahu ... aku melakukan segalanya untukmu. Aku menyiapkan berbagai hal hanya demi melihat senyummu. dan mengingatnya, aku jadi sadar betapa bodohnya aku. Kenapa aku harus jatuh karenamu?"
Oliv menutup mata begitu lama.
"Tapi aku tidak bisa bilang bahwa aku menyesal. Di atas rasa sakitku, aku bahkan tidak pernah menyesal sudah jatuh dengan telak dalam hatimu."
Oliv menarik nafas panjang.
"Aku ... aku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu. Aku mencintaimu caramu memandangku, caramu menyentuh tubuhku, caramu memelukku. Aku mencintai kau yang bahagia, dan aku juga mencintai kau yang bersedih. Aku mencintai segala hal tentangmu. Aku mencintaimu, hingga rasanya begitu sakit melihatmu berciuman dengan pria lain. Aku mencintaimu, hingga rasanya begitu sakit saat melihatmu mencintai Al,"
Ucapan Jonathan berhenti ketika Olivia tampak menarik wajahnya dan mencium bibir Jonathan. Gadis itu melumat bibir Jonathan, dan lagi-lagi membuat pria itu meneteskan air matanya, "Kenapa kau harus melakukan ini padaku? Kenapa kau harus membuatku berpikir bahwa kau juga mencintaiku dengan semua perlakuanmu?"
Oliv tersenyum. Gadis itu mengangkat wajah Jonathan hingga menatap dalam ke matanya, "Karena aku juga nencintaimu, daddy. Bukan. Aku sangat mencintaimu, Jonathan Marteen."
Jonathan menatap gadis itu tak percaya. Apakah dia sedang halusinasi??
Ya. Dia sedang berhalusinasi. Mendengar Oliv mengatakan bahwa gadis itu mencintai Jonathan adalah halusinasi.
"Bodoh" Oliv tersenyum, dan menghapus air mata Jonathan, "Dari jutaan pria tampan di bumi, kenapa aku justru jatuh cinta pada pria tua cemburuan sepertimu?"
Jonathan masih menatap Oliv tak percaya. Oliv yang tampak begitu nyata di hadapannya. Gadis itu sedang tersenyum, dan terlihat begitu cantik.
"Kau hanya ingin menghiburku, kan?" ucap Jonathan membuat Oliv tertawa, "Menghiburmu?" Gadis itu mencium puncak kepala Jonathan, "Menghiburmu?" lalu ia mencium kedua mata Jonathan, "Menghiburmu?" dilanjutkan dengan mencium hidung Jonathan. Oliv semakin tersenyum sebelum melumat bibir Jonathan begitu dalam, "Apakah aku terlihat sedang menghiburmu?"
Jonathan kini bisa tersenyum tipis, "Kalian berciuman" Oliv tersenyum dan kembali mengecup bibir Jonathan, "Kami tidak berciuman. Alva menciumku"
"Dan kau menerimanya menjadi kekasihmu" Kini, Oliv menyentuh dahi Jonathan, "Kalau mau mengintip, lihat sampai akhir. Dasar pria tua penyemburu" Jonathan tertawa, "Tapi kau suka, kan?" Oliv mencium bibir Jonathan sekali lagi, aku sangat menyukainya, my lover" Jonathan tersenyum menggoda, "Your lover? Aku bahkan tidak memintamu menjadi kekasihku."
Wajah Oliv memerah. Gadis itu mendengus kesal dan berdiri untuk meninggalkan Jonathan. Membuat pria itu tertawa dan menarik pinggang Oliv, kemudian menunduk untuk melumat bibir gadis itu, "Kekasihku yang cantik" Oliv tersenyum ketika kupu-kupu seolah berterbangan di perutnya. Ditatapnya mata coklat Jonathan sejenak, "Kau tahu apa birthday wish-ku?" Jonathan mengangkat alisnya, "Menciumiku sepanjang pagi" Oliv tertawa," Lebih dari itu."
"Apa?"
"Melepas keperawananku dengan pria yang ku cintai, di hari ulang tahunku."
Wajah Jonathan memerah. Terutama ketika ia melihat Oliv tengah melepas ikatan rambutnya. Membuat rambut itu menjuntai indah ke belakang. Oliv mencium bibir Jonathan sekali lagi, "Aku bersungguh sungguh, daddy."
"Olivia" Jonathan menatap gadis itu, "Aku bersumpah akan melakukannya tanpa kau suruh sekalipun." Ia menghela nafas sejenak,"Tapi, apa yang akan kita lakukan, kau bisa mensyukuri ataupun menyesalinya suatu saat"
Oliv mengangguk, "Aku sudah memikirkannya"
"Memikirkannya?"
"Ya, aku sudah memikirkan betapa aku menginginkan kau menjadi milikku seutuhnya."
Oliv mencium bibir Jonathan begitu ganas. Membuat pria itu sedikit tersentak ke belakang. Ia mengangkat tubuh Oliv, membuat gadis mungil itu melingkarkan kakinya di pinggang Jonathan. Tangan pria itu meremas bokong Oliv dengan gemas. Membuat lidah Oliv semakin liar menjelajahi setiap inchi kenikmatan mulut Jonathan, sementara tangannya menjambak rambut Jonathan. Gadis itu mengerang ketika Jonathan menggigit kecil lehernya, kemudian mencumbunya dengan penuh cinta dan gairah. Pria itu membanting halus, dengan kedua tangannya yang masih memegangi punggung Oliv.
"Daddy,ahh, tanganmu terluka" Oliv mengerang, masih merasakan betapa nikmatnya mulut Jonathan yang masih bermain di lehernya.
"Persetan" Jonathan segera melepas kaos Oliv, memperlihatkan belahan payudara yang mencuat dari bra Oliv. Dan dengan sekali gerakan, bra itu sudah terlepas dari dada Oliv. Membuat Jonathan membenamkan kepalanya di dada Oliv, menciuminya, menjilatinya, dan melumatinya. Bibir Jonathan mendarat di puting payudara Oliv yang sudah mengeras, kemudian menyesapnya keras-keras, membuat Oliv mendesah, "Aahhh, daddy! I love you! Go harder, aahhh!"
Kini, Jonathan beralih untuk melepas celana Jins Oliv, menyisakan celana dalam ketat yang memperlihatkan betapa indah bokong Oliv. Jonathan menciumi kaki Oliv, membuat gadis itu semakin mengerah penuh kenikmatan. Tangannya terulur untuk melepas celana dalam Oliv, hingga lubang surga itu kembali terlihat di matanya. Jonathan membalik tubuh Oliv, kemudian menampar bokong Oliv yang terlihat indah. Lalu ia meremasnya, membuat Oliv mendesah tak karuan. Jonathan menggigit kecil bokong gadis itu, kemudian menjilati lubangnya. Membuat Oliv semakin mendesah, dan terus mendesah. Desahan yang selalu meningkatkan gairah Jonathan.
Jonathan kembali membalik tubuh Oliv, kemudian menjilati kaki Oliv, kemudian paha Oliv, lalu ke selangkangan, hingga berhenti di lubang surga yang sudah sangat basah itu. Jonathan menjulurkan lidahnya hingga menyentuh klitoris Oliv, membuat gadis itu semakin menggelinjang dan mendesah penuh kenikmatan.
Setelah puas memainkan lidahnya, Jonathan mulai membuka jas dan baju putih panjangnya, di bantu Oliv yang saat ini bangun untuk membuka celana panjang dan celana dalam Jonathan. Terpampang dengan jelas junior Jonathan yang mengeras. Membuat Oliv bangun dari tempat tidur Jonathan dan mendorong pria itu untuk duduk. Kemudian, Oliv berlutut di antara kedua kaki Jonathan, mengocok kejantanan pria itu sebelum akhirnya memasukkan ke dalam mulutnya. Membuat Jonathan mendesah nikmat merasakan mulut kecil dan lembab Oliv yang selalu menjadi favoritnya.
Oliv memainkan lidahnya, mengulum junior Jonathan. Seiring dengan tangan Jonathan yang mendorong bagian belakang kepalanya, kuluman Oliv semakin cepat dan dalam. Membuat gadis itu lagi-lagi terbatuk karena punya Jonathan yang besar.
"I love you, I love you, I love you" Jonathan menggendong tubuh Oliv dan kembali menidurkannya. Bibirnya memainkan payudara gadis itu, sementara jari tangannya bergerak untuk memasuki vagina Oliv yang ditumbuhi rambut tipis. Jonathan memaju-mundurkan jarinya, membuat Oliv mendesah penuh gairah, "Daddy, deeper! Deeper! Oh my gosh! Aahh yeah! Aahh!"
Jonathan semakin mempercepat gerakan jarinya, membuat vagina Oliv semakin basah. Kemudian, pria itu mencabut jarinya yang sudah basah oleh cairan. Lantas, ia memasukkan jarinya ke mulutnya sendiri, mrnjilatinya, membuat Oliv semakin bergairah melihat pemandangan itu. Demi Tuhan!! Jonathan benar-benar sedang mengujinya.
"Damn, Jonathan! Fuck me now!" Desah Oliv. Jonathan tersenyum melihat gadis kecilnya yang semakin terangsang kemudian berkata, "Daddy?"
"Aahhhh ...."
"Call me daddy?"
"Oh, daddy. Please, I want you to be inside me! Please! I crazily want you!"
Jonathan kembali tersenyum. Pria itu mengocok kejantanannya kemudian menyentuhkan ke belahan vagina Oliv yang merekah, membuat gadis itu menatap kesal ke arah Jonathan, "Do me, now!"
Sedikit demi sedikit, Jonathan memasukkan kepala kejantanannya ke lubang vagina Oliv, membuat gadis itu mengerang kesakitan.
"Tahan, babe, ini akan sedikit sakit." ucap Jonathan, namun Oliv sudah tidak mau tahu. Gadis itu hanya ingin menikmati junior Jonathan di dalam tubuhnya. Jonathan terus memasukkan sedikit demi sedikit kejantanannya, membuat Oliv mencengkeram sprei kasur Jonathan erat-erat.
"Aahhh! Oh my gosh! Aaahhhh, aahhh!" Oliv merasakan perih ketika kejantanan Jonathan semakin menerobos vaginanya. Hal itu membuat Jonathan mencium Oliv dengan ganas, mencoba meringankan kesakitan gadis itu.
"Ahhh ..." Jonathan mendesah ketika akhirnya, kejantanannya benar-benar masuk kedalam lubang surga Oliv. Membuat Jonathan merasakan perasaan terbaik yang pernah ia rasakan semasa hidupnya. Demi Tuhan, vagina Oliv benar-benar rapat, seolah memberikan kehangatan pada kejantanan Jonathan.
"Dad, fuck me now!! Please!! Aahh"
Jonathan menggerakkan tubuhnya, membuat Oliv mendesah merasakan sakit dan kenikmatan yang bercampur jadi satu. Tangan gadis itu mencengkeram kuat rambut Jonathan.
"Daddy, faster! Faster! Oh shit! I love you! I really love you! Faster!!" Oliv terus berteriak, membuat Jonathan mendesah dan mempercepat gerakan tubuhnya. Jomathan.menciumi bibir Oliv, memainkan lidahnya di mulut Oliv.
Ketika merasa kejantanannya menyentuh dinding keperawanan Oliv, Jonathan menghentikan gerakannya. Pria itu mengusap wajah Oliv yang memerah seraya berkata, "Apakah kau yakin dengan keputusanmu?"
Oliv mendesah, "Lakukan, dad. Lakukanlah. Aku milikmu seutuhnya." Jonathan mencium bibir Oliv sejenak, kemudian menggenggam telapak tangan Oliv, "Ini akan terasa sakit. Apa kau bisa menahannya?"
Oliv mengangguk dan memeluk leher Jonathan, membuat pria itu menarik nafas panjang. Ia menarik sedikit kejantanannya, sebelum akhirnya kembali mendorong dengan keras, hingga menembus dinding keperawanan Oliv. Membuat gadis itu berteriak kesakitan, air mata mengalir di pipinya. Ya, dia sudah menjadi milik Jonathan. Dan menyadari fakta itu membuat Oliv tersenyum bahagia.
Gadis itu merasakan cairan membasahi selangkangannya, kemudian merabanya, "Daddy. Kenapa aku berdarah?"
Jonathan tersenyum, "Kau sudah melewatinya, sayang. Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu." Olivia tersenyum. Gadis itu mencium bibir Jonathan sebelum berkata, "Lanjutkan."
Jonathan mengangguk. Pria itu kembali menggerakkan tubuhnya, membuat Oliv dan dirinya sendiri mendesah kenikmatan. Vagina Oliv benar-benar menghangatkan kejantanannya. Jonathan bersumpah, ia tidak akan melakukannya dengan siapapun kecuali gadis ini.
Oliv mengerang ketika ia sudah mencapai puncaknya. Hal itu membuat Jonathan dengan segera mencabut kembali kejantanannya, kemudian, keluarlah cairan putih dari batang kemaluan pria itu.
Jonathan menjatuhkan tubuhnya di sebelah Oliv yang sedang mengambil nafas berkali-kali karena kelelahan. Gadis itu menatap Jonathan sejenak, "Kenapa kau keluarkan diluar? Demi Tuhan, jika aku masih punya tenaga, aku akan memukulimu." Jonathan tertawa. Pria itu mengangkat tubuh polos Oliv dan meletakkannya di atas tubuhnya, "Aku akan membasahi rahimmu suatu saat nanti."
Oliv menatap pria itu, "Kenapa tidak sekarang?" Jonathan tersenyum seraya membelai kepala gadis itu,"Belum waktunya" Oliv memberengut. Gadis itu meletakkan kepalanya di dada bidang Jonathan, merasakan detak jantung pria itu yg begitu tenang dan nyaman. "Tapi kau sudah cukup hebat." Oliv menatap pria itu lagi, "Cukup hebat? Memang ada yang lebih hebat? Siapa? Jane?"
Jonathan tertawa. Pria itu mencium bibir Oliv dan kembali mendorong kepala gadis itu agar tertidur di atas dadanya, "Gadis kecilku yang cemburuan." Oliv tersenyum menyadari betapa malam ini menjadi malam paling bahagia selama 20 tahun hidupnya. "Aku mencintaimu, Daddy." Ucap Oliv seraya mencium dada bidang Jonathan, membuat pria itu mengelus punggung telanjang Oliv, "Aku lebih mencintaimu, Oliv."