Penjaga di depan pintu ruangan Celinna menghentikan langkah Qiandra yang hendak masuk ke dalam ruangan itu.
"Anda mencari siapa?" Robert – tangan kanan Ezell – bertanya pada Qiandra.
Qiandra mengeluarkan tanda pengenalnya, "Qiandra Xerraphine, putri tiri Albert Kingswell, adik tiri dari Ezellio Kingswell." Ia memperkenalkan dirinya. Entah bisnis apa yang dilakukan oleh kakaknya hingga banyak sekali orang yang bertanya padanya ketika ia ingin menemui Ezell.
"Tuan sedang tidak bisa diganggu."
Qiandra menyimpan kembali kartu pengenalnya, "Apakah adiknya sekalipun tidak bisa menemuinya?"
"Tak ada seorangpun yang boleh masuk saat Tuan bersama dengan nona Celinna."
"Ini tentang Daddy kami. Aku harus bicara padanya karena hal ini mendesak. Daddy bisa tewas jika aku tidak bertemu dengan Kak Ezell secepatnya."
Robert cukup mengenal kehidupan Ezell. Dia tahu semuanya tentang keluarga Ezell. Alasan kenapa dia tidak meragukan bahwa Qiandra adalah adik Ezell adalah karena dia pernah melihat Qiandra di sebuah majalah bisnis bersama dengan Albert dan ibu tiri Ezell.
"Tunggu disini, aku akan menyampaikan kedatangan anda pada Tuan Ezell." Robert tak ingin dimarahi oleh Ezell. Qiandra masuk daftar list dari orang-orang yang tak boleh menemui Ezell, tapi kali ini masalahnya cukup serius. Mau tidak mau Robert harus mengatakannya pada Ezell.
Robert masuk ke dalam ruangan Celinna. Ia mendekat pada Ezell yang masih terlelap di pangkuan Celinna.
"Boss.." Robert membangunkan Ezell. "Di depan ada Nona Qiandra, ia ingin bicara dengan anda."
"Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun." Ezell bicara tanpa membuka matanya.
"Tapi ini masalah-"
"Aku tidak suka bicara dua kali, Robert!" Nada tenang masih Ezell gunakan, tapi ia bisa menembak Robert detik berikutnya jika Robert tak paham apa yang ia katakan.
Cklek, pintu terbuka.
"Aku hanya butuh sedikit waktumu. Ini tentang Daddy." Qiandra telah menerobos masuk.
Ketenangan Ezell benar-benar terganggu.
Melihat tuannya yang terganggu, Robert segera mendekati Qiandra.
"Dengarkan aku baik-baik, kau akan menyesal jika kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan!" Qiandra meninggikan nada suaranya.
Ezell membuka matanya, "Kalian berdua keluar dari sini!" Ia memerintahkan Celinna dan Robert untuk keluar.
Ezell bangkit dari tempat duduknya, ia melangkah mendekati Qiandra. Hawa dingin menyelimuti Qiandra, jelas saja hawa itu menyelimutinya. Ezell datang dengan wajah yang sangat dingin.
"Apa yang kau pikirkan saat kau datang kemari, huh?" Ezell menatap Qiandra sinis. Jarak mereka hanya 30 cm saja.
"Aku tidak akan menemuimu jika itu bukan karena Daddy."
"Apa kau pikir aku akan mendengarkanmu?"
"Dia sakit."
"Maka aku akan datang ketika dia dimakamkan."
"Kau!" Qiandra menggeram. Bagaimana bisa kalimat itu keluar dari mulut Ezell.
"Pergi dari sini sebelum kau menyesal datang kesini." Ezell membalik tubuhnya. Tadinya ia tidak ingin membalik tubuhnya seperti ini. Ia ingin menodongkan senjata apinya ke kening Qiandra dan menembak mati wanita itu. Tapi, menolak Qiandra sudah cukup untuk menyakiti wanita itu saat ini.
"Daddy membutuhkan transplantasi hati. Dan hanya hatimu yang cocok untuknya. Kau anaknya, hanya kau yang bisa membantunya."
Langkah kaki Ezell berhenti, "Aku tidak akan membantunya. Akan lebih baik jika dia mati." Benar, bahkan dulu Ezell sangat berharap ayahnya juga mati. Jadi dia tidak akan membenci ayahnya. Setidaknya ia masih bisa mengingat kenangan bersama ayahnya sebagai kenangan bahagia, bukan sebagai kenangan yang menyakitkan.
Qiandra melangkah mendekati Ezell, sekarang ia sudah berdiri tepat di depan Ezell.
"Bagaimana bisa kau mengatakan itu! Dia adalah Daddymu!" Mata Qiandra berkilat marah.
Ezell masih mencoba mempertahankan wajah tenangnya, "Aku tidak memiliki orangtua lagi. Dia hanya Daddymu bukan aku. Kau dan ibumu yang mengambilnya dariku. Maka urus saja dia dengan ibumu. Jangan datang mengiba padaku untuk kehidupannya, karena bagiku dia sudah mati."
Plak! Qiandra menampar wajah Ezell. Tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak pernah menampar orang sebelumnya. Mulut Ezell benar-benar tidak bisa ditolerir lagi.
"Aku dan ibuku pasti akan mengurus Daddy dengan baik, tapi saat ini yang dia butuhkan adalah kau! Jika dia tidak membutuhkan kau maka aku tidak akan datang kemari! Hanya karena kematian Mommymu kau tidak bisa memutuskan hubungan darah antara kau dengan Daddymu."
Kesalahan fatal seorang Qiandra adalah ketika ia mengingatkan tentang kematian ibu Ezell. Dengan cepat tangan Ezell mendorong Qiandra ke dinding, tangan kirinya mencengkram leher Qiandra dengan kuat. Tangan kanannya mengeluarkan pistol dari balik kaos yang ia kenakan.
"Mulut hinamu tidak pantas mengatakan apapun tentang Mommy! Kau memang tidak jauh berbeda dari ibu hinamu. Wanita sampah yang dengan tidak tahu malunya merusak kebahagiaan orang lain!"
Qiandra memerah, air matanya siap jatuh. Ezell yang tenang berubah menjadi Ezell yang seperti monster.
"Untuk kebahagiaan kalian, haruskah aku berkorban lagi? Tidak cukupkah aku pergi dari rumah itu, hah! TIDAK CUKUP!!" Ezell berteriak keras.
Air mata Qiandra benar-benar jatuh. Ia ketakutan. Ia sering melihat ayahnya melakukan hal seperti ini pada ibunya tapi Ezell jauh lebih menyeramkan dari ayahnya.
"Kenapa kau menangis? Aku sudah mengatakan agar kau pergi! Tapi kau keras kepala dan membuka mulut hinamu! Kau tahu, aku sangat membencimu. Aku begitu membenci kau dan ibu sialanmu!" Tangan Ezell sudah siap meledakan kepala Qiandra.
"Aku mohon. Aku tidak apa-apa jika kau membenciku ataupun ibuku. Itu memang salah kami. Kami egois. Tapi, tolong, tolong pikirkan. Dia adalah Daddymu." Qiandra memohon dengan air matanya yang berjatuhan.
"Aku-tidak-punya-Daddy-lagi!" Ezell memenggal dan menekan setiap katanya.
"Kak, aku mohon." Qiandra menggigit bibirnya. Dia takut tapi dia tidak ingin menyerah. Ayahnya membutuhkan Ezell. Jika ia menyerah maka kehidupan ayahnya akan berakhir.
Keras kepala! Ezell benci wanita keras kepala seperti ini.
"Pergi dari sini dan sampaikan pada ibumu, dia akan merasakan kehilangan seperti yang Mommyku rasakan! Dan jika tua bangka itu tewas, sampaikan padaku. Aku akan datang untuk menghadiri upacara pemakamannya!" Ezell melepaskan Qiandra. Bukan karena dia kasihan atau iba. Ia hanya ingin Qiandra menyampaikan apa yang ia katakan tadi pada Viviane – ibu Qiandra.
"Bagaimana bisa kau sekejam itu, Kak?" Qiandra memelas.
Ezell mendengus karena kata-kata Qiandra. Kejam? Merekalah yang kejam. Merekalah yang sudah membuat Ezell seperti ini. Mereka merenggut kebahagiaannya, jadi tak akan ada kebaikan untuk mereka. Tidak akan ada.
"Jika kau mau tahu alasannya maka tanyakan itu pada dirimu sendiri dan ibumu. Jangan pernah tampakan wajahmu lagi di depanku. Di pertemuan ketiga kita, aku yakinkan jika senjataku benar-benar akan menembus kepalamu." Ezell tak main-main dengan kata-katanya. Ia bisa menembak Qiandra tanpa belas kasih sedikitpun. Ia bisa menjadikan alasan sepele untuk membunuh orang, apalagi dengan alasan kebencian, sudah pasti dia akan meledakan kepala Qiandra.
Tangan Ezell melepas cengkramannya pada leher Qiandra, menyisakan bekas kemerahan yang terlihat jelas.
Qiandra segera menggenggam tangan Ezell ketika pria itu membalik tubuhnya. Qiandra melangkah lagi ke depan Ezell. Ia tak memikirkan nyawanya yang bisa melayang. Ia hanya ingin ayahnya selamat.
Qiandra berlutut di depan Ezell, "Bencilah aku sesuka hatimu. Bencilah ibuku seumur hidupmu, tapi aku mohon, selamatkan Daddy. Aku mohon, dia sedang kritis sekarang. Waktunya benar-benar sedikit. Lakukan apapun yang kau mau padaku. Kau bisa membunuhku, agar ibuku menderita rasa kehilangan. Tapi aku mohon, jangan seperti ini pada Daddy. Kau putranya. Mau bagaimanapun kau mengelak dari kenyataan kau tetap putranya." Qian memohon dengan seluruh hatinya. Ia siap mengorbankan dirinya demi kehidupan ayahnya. Albert telah membuat kehidupannya sempurna. Ia bisa menyombongkan diri pada teman-temannya berkat Albert yang begitu penyayang. Pria itu selalu mengantar dan menjemputnya sekolah, bahkan sampai ia sekolah menengah atas, Albert masih melakukan hal itu. Ia tidak dapatkan itu semua dari ayah kandungnya, inilah alasan kenapa dia benar-benar menyayangi Albert.
Ezell menyentak kakinya, tapi Qiandra memegang erat kaki Ezell.
"Tumpahkan semua kebencianmu padaku. Luapkan semua kemarahanmu padaku. Aku akan menerimanya sebagai balasan dari kesalahanku. Tolong aku, Kak. Aku tidak bisa membiarkannya meninggal. Tolong aku." Qiandra mengiba lagi dan lagi.
Ezell mencengkram rambut Qiandra kasar, ia membuat Qiandra berdiri, "Jika kau pikir aku akan kasihan padamu, maka kau salah. Aku tidak akan pernah mengasihani wanita sepertimu!" Brukk! Ezell mendorong Qiandra hingga tubuh wanita itu menabrak meja yang berada di dekat mereka.
Ezell segera melangkah keluar. Qiandra ingin mengejar Ezell, tapi pinggangnya sangat sakit.
Air mata Qiandra mengalir makin deras. Ia menangis hinga tersedu. Ia tidak bisa membujuk kakaknya. Ia tidak bisa membantu ayahnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bagaimana dia bisa mengatakan hal ini pada ibunya? Bagaimana bisa ia menatap ayahnya yang terbaring lemah.
"Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Ia tak bisa menahan kesedihannya. Ia hancur karena hal ini.
Apakah ini balasan dari kesalahan yang ibunya dan dia lakukan? Akhirnya mereka akan kehilangan pria yang mereka ambil dari seorang istri dan seorang anak.
Apakah ini karma mereka?
Qiandra tak tahu. Ia hanya memeluk tubuhnya, menangis dan terus menangis.
Kebencian Ezell padanya, pada ibunya dan pada ayahnya benar-benar mendarah daging. Luka yang mereka sebabkan telah membuat Ezell seperti ini.
♥♥
Qiandra kembali ke rumah sakit. Jantungnya hampir lepas ketika mendengar kondisi ayahnya makin memburuk. Team dokter datang berlarian dan segera memeriksa ayahnya.
Sang ibu sudah menangis tersedu. Ketika ia tibam sang ibu langsung menabrakan diri ke dalam pelukannya.
Di saat seperti ini, apa mungkin dia bisa mengatakan bahwa dia gagal membujuk kakaknya? Tidak bisa, Qiandra tidak bisa menghancurkan hati ibunya. Ia tidak bisa membawa ibunya dalam ketakutan yang lebih jauh. Dia tidak bisa membelenggu ibunya dalam kesedihan.
Kau baru sekali mencoba, Qian. Jangan menyerah. Jika percobaan pertamamu gagal maka kau harus mencobanya lagi. Bukan kau yang harus menyerah, tapi dia. Batin Qiandra menguatkan Qiandra.
Benar, ia tidak bisa menyerah. Satu-satunya orang yang harus menyerah saat ini adalah Ezell, bukan dirinya.
tbc