webnovel

3

3.

Lanang dengan urutan absensi nomor tiga belas itu tersenyum puas melihat hasil ujian menggambarnya yang diadakan pada hari rabu lalu dan baru dibagikan hari Jumat ini.

"Tidak biasanya kau dapat nilai tujuh puluh lima untuk hasil lukisanmu Chim,biasanya hanya terhenti dinilai enam puluh atau kalau ibu guru suasana hatinya sedang bagus diberi nilai enam puluh lima."

Jimin menoleh pada teman sebangkunya yang baru saja mengomentari nilainya . Teman sebangkunya itu adalah seorang dara yang juga bertubuh mungil.

"Iya Chim senang sekali akhirnya dapat nilai bagus dipelajaran yang Chim kepayahan.Sebentar malam Chim mau minta diajari lagi sama kak Jungkook dikamarnya" ujar si senyum sabit saat menceritakan bagaimana kakak tunggalnya itu begitu baiknya mengajarinya menggambar dan sama sekali tidak merasa keberatan memangkunya semalaman.

"Kalau Taeyeon dapat berapa memang?"tanya Jimin seraya melirik pada selembar kertas gambar yang sedang dalam posisi tertelungkup. Gadis yang baru saja merayakan ulang tahunnya itu pun mengangkat sedikit kertas gambarnya pada bagian nilai.

"Wah...nilai sempurna!. Taeng hebat!!" Seru kagum remaja pria berwajah androgini itu sembari diiringi tepuk tangan ringan.

"Hush sudah Chim aku malu tahu."

Buru-buru dara cantik dengan mata kucing itu menyelipkan kertas gambarnya kedalam buku paket yang berada dalam laci mejanya.

"Kenapa harus malu kalau nilaimu bagus?aku saja yang sering dapat nilai pas-pasan berani untuk memamerkannya."

Jimin benar-benar heran dengan sahabatnya ini.Bukannya berbangga dan memamerkan hasil kerja yang sempurna malah disembunyikan.

"Soalnya masih banyak orang diluar sana yang lebih bagus lukisannya daripada aku.Lukisanku ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan orang-orang hebat itu."

Jimin pun menganggut-anggut saja ketika mendengar penjelasan sahabatnya itu mengenai pelukis-pelukis terkenal dunia.Dan,ketika menjelaskan mengenai seorang pelukis yang namanya hampir mirip dengan jenis kacang itu ketua kelas mereka datang membawakan masuk buku tugas matematika yang sudah dinilai bersama wali kelas mereka.

"Baiklah anak-anak sebelum pulang bapak punya beberapa pengumuman untuk kalian.Jadi tolong duduk yang rapi dan pasang kuping kalian baik-baik".

Sang wali kelas yang bernama Min Yoongi mengedarkan pandangannya memeriksa apakah anak-anak walinya itu benar-benar melaksanakan perintahnya.

"Siapa yang duduknya tidak rapi akan bapak berikan stiker bulan sabit dilembar penilaian harian kalian."

Sekolah dasar negeri Hanyang kini hanya menyisakan beberapa orang saja tak perlu merasa heran sebab waktu yang telah menunjukkan pukul satu siang lebih lima belas menit memang merupakan waktu anak-anak sekolah dasar di Korea untuk pulang.

"Chim aku duluan ya.Mamaku sudah menjemput."

Ibu Taeyeon turun dari mobil menghampiri sang anak dan sahabatnya. Terdengar sapaan ramah dari wanita berpenampilan modis yang juga merupakan sahabat dari ibu Jimin.

"Selamat siang tante oh iya tante sebentar kami mau belajar bersama.Tante cukup antarkan saja Taeng ke rumah kalau pulang biar kak Jungkook atau ayah yang antarkan."

"Iya sayang.Tante juga sekalian mau ketemu sama ibumu mau membicarakan acara reuni musim panas nanti."

Kedua ABG beda gender tersebut masih saling melambaikan tangan bahkan hingga mobil Mamanya Taeyeon sudah hampir berbelok pun mereka masih berteriak saling mengingatkan kembali soal janji.

"Kak Jungkook kenapa lama sekali?Chim disini sudah kepanasan." Keluh si manis seraya mengipas-ngipasi dirinya dengan topi sekolahnya.

"Jimin ayo masuk dulu kedalam berteduh daripada nanti pingsan karena kepanasan."

Saran dari bapak penjaga sekolah tersebut membuat si mungil bersegera melangkahkan kakinya menuju pos satpam. Satpam tua itu tersenyum geli melihat bagaimana Jimin mendesah lega ketika mendapatkan kesejukan yang berasal dari kipas angin yang terpasang diposnya.

"Tidak biasanya kakakmu terlambat menjemputmu Jim.Biasanya dia sudah menunggu bahkan sebelum lonceng pulang berbunyi."

"Iya.Apa kak Jungkook lupa padaku?atau ada tugasnya yang sulit?"

"Kenapa tidak menelepon ayah atau ibumu saja untuk menjemputnu sekarang?"

Usulan dari pria berseragam itu mendapatkan respon berupa gelengan dari si penyuka rasa asam tersebut.

"Apa orangtuamu terlalu sibuk sampai tak bisa menjemputmu?"

"Bukan seperti itu.Ayah dan ibu sebenarnya juga mau mengantar dan menjemput Jimin sekolah tapi kak Jungkook melarang."

"Kakakmu melarang?kenapa bisa?"

"Chim juga tidak tahu.Katanya hanya kak Jungkook yang boleh melakukannya."

Pundak sempit itu bergerak naik-turun untuk semakin memperkuat jawabannya. Tiba-tiba dari gerbang masuklah seorang pria mengendarai sepeda dan membunyikan loncengnya.Pria yang asing bagi sang penjaga sekolah tapi tidak bagi seorang bungsu Jeon.

"Kak Taehyung cupu tapi tampan kenapa bisa ada disini?"

Tangan kecilnya mengusap-usap matanya agak masih tak percaya kalau dihadapannya sekarang ini adalah sepupu tampannya yang selama ini tinggal di desa.

"Tentu saja kakak mau jemputmu.Sudah lama menunggu bukan?ayo kita pulang nanti kakak temani main apapun yang Chim mau."

"Ih..bukan itu .Maksud Chim kenapa kak Taehyung bisa ada di kota?"

Pemilik senyum kotak itu hanya menampilkan senyum misterius dan memberikan usapan sayang diatas kepala sang adik sepupu.

"Nanti kakak jelaskan dirumah.Sekarang ayo kita pulang dulu,tadi kakak sudah buatkan telor ceplok saos tomat buat makan siang."

Mendengar kalau makanan kesukaannya sudah menunggunya Jimin seketika bersemangat dan serta merta menaikkan dirinya diatas frame sepeda.Duduk menyamping menatap sang sepupu dengan mata berbinar-binar.

"Ayo kak kita segera pulang telur Chim sudah menunggu siap untuk disantap!".

Sepeda yang dikendarai oleh si tampan berambut cokelat tua telah meninggalkan kawasan sekolah tapi masih terdengar suara loncengnya yang mungkin dimainkan oleh Jimin.

"Astaga apa yang harus kujawab kalau kakaknya datang kemari?"

***

Saat ini dikelas 3-A sedang berlangsung pelajaran biologi dengan tema sistem reproduksi manusia tapi tahukah kalian kemana fokus sesungguhnya jejaka idola SMA negeri Namgyeong?. Matanya memang mengarah pada layar didepan kelas tapi pikirannya justru berkelana pada kejadian tadi pagi dimana dia memberikan sebuah hukuman kecil pada adik tersayangnya terkait masalah tanya jawab mengenai ereksi. Masih terbayang-bayang bagaimana mulut kecil adiknya berusaha untuk menjalankan hukumannya diatas penisnya yang besar dan kaku, bagaimana tangan nakalnya memelintir-lintir puting Jimin dari luar kemeja sekolahnya yang basah ketika si kecil mengejek rasa penisnya yang katanya sama sekali tak nikmat karena rasanya pahit seperti meminum obat nanti. Belum tahu saja bagaimana nikmatnya penis si kapten taekwondo mungkin jika Jiminnya terus dilatih pasti bakalan ketagihan.

Kemudian dari kamar mandi ingatannya berpindah saat kejadian sarapan yang adiknya mengajukan protesan padanya terkait ulah jahilnya. Jungkook tak perlu khawatir adiknya akan membocorkan mengenai pelecehannya sebab dia sudah menjanjikan pada adiknya untuk mengajarinya pelajaran-pelajaran yang tak dipahaminya serta akan menemaninya membawa Chimmy kucing peliharaan keluarga ke salon hari Minggu nanti. Suara rengekan imut tapi membangkitkan birahi milik adiknya itu merupakan salah satu suara favoritnya selain suara permainan yang mengumumkan kalau ia telah menang.

Ughh seandainya orang tuanya sudah tiada pasti setiap pagi dia bakalan mengajak adiknya itu untuk bercinta jika perlu dia akan menyuruh adiknya berhenti untuk sekolah dan cukup dirumah saja berlatih membuat anak bersamanya.Toh Jimin juga sudah bisa baca,tulis dan berhitung jadi bukan sebuah dosa bukan jika Jungkook ingin menikahinya diusia muda?.

Saat sedang mencatat tiba-tiba ada rasa ngilu dirasakannya pada penisnya. Menundukkan kepalanya sedikit ia mendapati penisnya telah berdiri tegak bahkan sampai terbentuk sebuah tenda di celana sekolahnya. Melihat penisnya berdiri gara-gara memikirkan adiknya bukannya merasa malu Jungkook justru semakin merasa terangsang, ditengoknya sekelilingnya memantau situasi dan ketika telah merasa benar-benar aman dan mendukung ia melepaskan rompi sekolahnya meletakkan diatas celananya dan menarik maju kursinya hingga badannya benar-benar terhimpit dengan meja. Tangan kirinya disusupkan masuk kebawah rompinya kemudian dengan lincah dibukanya ikat pinggang,kancing dan resleting celananya lalu dikesampingkannya celana dalamnya hingga terasalah ditangannya sebuah benda yang telah bersama-sama dengannya semenjak dilahirkan.

Naik,turun,naik ,turun, begitu terus gerakan manja konstan yang diberikan pada zakarnya yang semakin membesar dan mulai mengeluarkan tetesan-tetesan semen diujungnya. Mujur baginya karena pemerintah memerintahkan pemasangan pemanas dan pendingin ruangan di setiap sekolah ,dan karena sekarang adalah musim semi maka pengharum ruangan yang digantungkan didepan pendingin ruangan dapat menyamarkan aroma-aroma aneh didalam ruangan berisikan tiga puluh orang murid tersebut.

"Jeon apa kau sedang sakit?"

Peraih peringkat satu parallel tersebut berdecak malas karena kenikmatannya yang terganggu oleh pertanyaan sang guru.

"Tidak Bu saya sehat-sehat saja."

Sangat sehat malahan sambungnya dalam hati.

Sebagai murid yang dikenal teladan selama tiga tahun berturut-turut bukan sesuatu yang sulit bagi seorang Jeon Jungkook melakukan akting.

"Kalau begitu kenapa wajahmu memerah?"

"Hehehe mungkin ini karena terik matahari Bu." Alasan yang terdengar mengada-ngada cuman memang harus dibenarkan lantaran deretan lajur bangku Jungkook memang sedang disinari matahari yang sedang naik.

Waktu istirahat tiba dan karena disekolahnya mengizinkan murid untuk mencari jajanan diluar maka Jungkook pun menggunakan kesempatan itu untuk menjemput Jimin disekolahnya tentunya setelah menghabiskan bekal makan siang yang dibuatkan oleh adiknya. Jungkook rasanya sudah ingin sekali mengamuk akibat taksi-taksi yang biasanya lewat didepan sekolahnya kali ini benar-benar tak ada sama sekali sampai akhirnya ketika sudah lima menit menunggu lewatlah sebuah taksi yang langsung dicegatnya . Nyatanya penderitaan Jungkook belum hilang juga akibat sopir taksinya yang sudah tua renta mengendarai mobil dengan sangat perlahan bahkan mungkin kalau diperlombakan bertanding melawan kungkang , binatang termalas sedunia itu masih dapat menang .

Jungkook mencatat nama sang sopir beserta nomor taksinya bermaksud untuk melayangkan komplain nanti.

Tanpa mengambil kembaliannya bahkan mengucapkan terimakasih pun tidak dilakukannya Jungkook lantas melompat dari mobil kemudian berlari kencang memasuki halaman sekolah dasar yang satu gerbangnya sudah tertutup.

"Jimin kakak datang menjemputmu!. Maaf kakak datang terlambat gara-gara susah mendapatkan taksi."

Jungkook yang mendengar suara pintu kamar mandi pos satpam dibuka berbalik cepat karena dipikirnya itu adiknya.

"Pak Seokjin apa adik saya masih ada didalam sekolah?"

Pria tua berpundak lebar itu pun menjawab dengan jujur dan polos pertanyaan kakak dari murid terkenal periang tersebut.

"Adik anda sudah pulang sedari tadi"

"Apa?!bersama siapa?bersama ayahku? ibuku?".

"Ma-maaf saya juga tidak tahu sebab wajahnya asing tak pernah saya lihat sebelumnya,tapi anda tak perlu khawatir oleh karena nampaknya Jimin terlihat senang berjumpa pemuda tampan berkacamata mata tebal yang menjemputnya."

"Aku tidak peduli apakah adikku senang atau tidak!"

Pria yang lebih tua kini menatap tak percaya pada Jungkook yang terlihat begitu beda dengan selama ini dikenalinya. Kemana perginya sang pemuda ramah,bersahaja dan sopan santun?

"Dasar tidak berguna!sudah kubilang jangan menyerahkan Jimin pada siapapun tanpa seizinku goblok!!!"

"Am-ampun tuan ta-tapi

Permohonan maaf belum selesai sepenuhnya terucapkan akan tetapi telah dipotong oleh si bongsor secara sepihak membuat jantungnya serasa bergoyang, tambahan lagi pemuda bertubuh atletis itu mulai memakai kekerasan fisik.

"Mati saja kau sana dasar tidak berguna.Percuma saja aku membantumu membiayai biaya pendidikan anakmu kalau ayahnya sendiri sangat tolol sepertimu!"

Setelah mengucapkan perkataan kurang ajar tersebut Jungkook pun memilih untuk langsung pulang tanpa kembali lagi ke sekolah.Tak ada sama sekali dalam pikirannya mengenai tas sekolah ataupun sisa mata pelajarannya yang ada justru mengenai hal-hal yang membuatnya terbakar cemburu disiang hari bolong pada hari Jumat ketiga bulan Maret.Musim semi yang sepatutnya indah karena jalanan berbunga bagai menyambut kelahiran pengantin baru malah membuatnya ingin melakukan kejahatan.

Siapa yang berani membawa calon suaminya tanpa seizinnya?berani sekali orang itu melanggar aturan yang dibuat olehnya. Apa orang itu belum pernah merasakan lehernya dipatahkan oleh seorang Jeon Jungkook yang merupakan seorang juara taekwondo tingkat nasional?.

TBC

Next chapter