Rana berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, perasaanya tengah bingung. Berulang kali ia melirik ke arah jam weker di atas nakas samping tempat tidurnya. 2 jam lagi, Gathan akan menjemputnya.
Gadis itu lalu meraih ponselnya, mengirim pesan di grub di salah satu grub chatnya.
( Rana ) Girls!
( Kia ) Apaan, Na?
( Rana ) Gue mau curhat...
( Kristi ) Masalah Gathan lagi?
( Rana ) Iya.
( Moka ) Tuh anak ngapain lagi sih?
Udah hampir seminggu ini dia selalu gangguin hidup lo.
Maksa antar jemput.
Bawain makanan ke kelas.
Terus sok akrab ngasih lo kado.
Nggak ada capek-capeknya tuh anak.
( Kia ) Yee, itu namanya usaha kali, Mok.
Cowok gentleman itu mah.
( Moka ) Pret!
Semua cowok kalau di awal pasti kayak gitu, sok manis sampai bikin cewek diabetes.
Nah, kalau udah jadian, manisnya ilang terus diganti sama pahit.
( Kia ) Ah,sok tau lo, Mok.
( Kristi ) Udah-udah. Kok jadi kalian yang ribut sih!
Lo sendiri gimana, Ran? Ada rencana buat nerima Gathan?
( Rana ) Nah, justru itu!
Semalam Gathan datang ke rumah dan izin ke orangtua gue buat ngajakin gue jalan hari ini.
Menurut kalian gue harus gimana?
( Moka ) Mendingan jangan deh, Ran.
Cari cowok lain aja, di Deandles masih banyak cowok yang keren-keren.
Cowok begajulan kayak Gathan itu, nggak pantes buat jadi pacar lo.
Gimana kalau lo sama Andrez aja? Dia lagi nganggur tuh.
( Kia ) Eh, enggak-enggak!
Andrez itu orangnya terlalu lempeng..
Gue jamin kalau lo pacaran sama dia, hidup lo bakalan hambar kayak hidupnya Moka.
( Moka ) Kok bawa-bawa nama gue sih!
( Kia ) Hahahahahaha
( Kristi ) Sama Reno aja gimana? Anak basket dia.
( Moka ) Anak OSIS, karate, mading, fotografi, lukis, sama Sains.
Lo kalau pacaran sama dia, cuma ketemu seminggu sekali.
Berasa jomblo nanti.
( Kia ) Nah, bener itu.
Kali ini gue setuju sama lo, Mok.
( Moka ) Barga! Dia nggak terlalu sibuk, cuma ikut ekskul basket doang.
Dia ganteng, tajir, keren lagi.
Cocok lo sama dia.
( Kia ) Boleh tuh, Ran.
( Kristi ) Saking gantengnya sampai pacaran aja kayak minum obat, sehari tiga kali.
Dia itu playboy, Girls!
( Rana ) Hah, mending gue jomblo gitu?
Nggak ada yang cocok semua.
( Moka ) Jangan nyerah gitu dong, itu 'kan cuma seupilnya cowok keren di Jakarta.
Masih banyak stock cowok keren idaman semua cewek di sekolah lain.
( Kia ) Udah, sama Gathan aja!
Tuh anak sebenernya baik kok.
Coba kalian fikir deh!
Ganteng, iya.
Tajir, iya.
Gue yakin dia punya banyak waktu buat lo, karena setahu gue dia cumai kut ekskul basket. Itu pun cuma buat senang-senang karena sejak SMP dia udah nguasahin semua ekskul di sekolahannya dulu.
Dia juga nggak playboy. Kalian pernah denger dia gonta-ganti cewek nggak? Enggak, 'kan?
Dia bisa romantis, humoris, dan serius.
Lengkap sudah.
Jadia sama Gathan aja, Ran!
( Moka ) Lo dibayar Gathan berapa sih buat jadi Tim kampanye dia?
Heran gue. Keukeh banget jodohin Gathan sama Rana.
( Kristi ) Tapi emang betul sih, apa yang dibilang Kia tadi.
Ya, terserah lo sih, Ran. Mau nerima Gathan atau enggak.
Lo bisa nentuin mana yang terbaik buat lo.
Anggap aja omongan kita barusan cuma sebagai wejangan buat lo.
( Kia ) Perasaan lo sama Gathan sebenernya gimana sih?
( Rana ) Kelakuan konyol dia itu lama-lama bikin hati gue luluh.
( Kia ) Nah, 'kan! Gue dukung lo sama Gathan jadian!
( Moka ) Ya, kalau kayak gitu sih. Gue juga akan dukung lo, Ran.
( Kristi ) Gue juga.
( Rana ) Thankyou, Girls. Kalian emang sahabat gue. Muach!
Rana semakin yakin dengan pilihannya. Gadis itu segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap karena jam 10 nanti Gathan akan menjemputnya.
Setelah menunggu selama beberapa menitdi teras rumah, akhirnya yang ditunggu datang juga. Gathan hari ini datang dengan menggunakan mobil fortunernya. Rana segera keluardari gerbang.
"Nggak ijin orangtua lo dulu?" tanya Gathan heran karena Rana justru keluar gerbang.
"Orangtua gue udah ke kafe dari pagi," sahut Rana.
"Oh, iya." Gathan baru tersadar kalau keluarga Rana punya bisnis kafe.
"Berangkat yuk!" ajak Rana.
"Siap!" Gathan dengan semangat membukakan pintu untuk Rana.
"Makasih," ucap Rana sebelum menutup pintu di sebelahnya.
Mobil Gathan melaju pelan di jalanan Jakarta. Awalnya Gathan ingin mengajak Rana ke cafe, Mall, nonton dan jalan-jalan seperti acara kencang lainnya. Tapi gadis itu menolak dan justru mengajak Gathan untuk pergi ke pasar Fatmawati.
Pasar tradisional yang terletak di pusat kota, banyak barang-barang antik yang di jual di tempat ini. Rana yang memang menyukai hal-hal klasik tentu tertarik datang ke sini.
Mereka jalan-jalan, melihat beberapa barang yang dijual di toko yang berjejeran. Mencoba pernak-pernik dan asyik bercanda. Meskipun hal sederhana, tapi sudah cukup membuat mereka bahagia.
Setelah puas jalan-jalan, mereka menikmati bakso di pinggir jalan. Saling mengobrol dan bersenda gurau, Rana terlihat semakin nyaman saat berada di dekat Gathan. Tidak secanggung seperti dulu saat kali pertama bertemu.
"Terimakasih untuk hari ini," ucap Gathan tersenyum tulus kepada Rana.
"Bukannya gue yang harus berterimakasih. Lo udah nemenin gue jalan-jalan," balas Rana ikut tersenyum.
"Ehm..." Gathan menggigit bibirnya karena gugup.
"Kenapa?" tanya Rana saat melihat Gathan seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Enggak." Gathan menggeleng. "Nggak jadi."
Rana hanya mengangguk mengiyakan.