webnovel

Bab 20

Jadi satu kesimpulan, bukan hanya itu dan pangeran Perez tidak mengetahui dan mungkin saja hanya di ketahui oleh Raja saat ini bagaimanapun kerajaan masih terkait dengan pemerintah dunia.

Tetapi bukan itu hal yang penting sekarang, ada hal yang lebih penting yang harusnya diketahui oleh pangeran Perez.

"Lalu.. bagaimana kabar ayah dan ibuku???" Dengan wajah penuh permohonan Ray berkata.

"Hmmm . ayahmu?? jika saya tidak salah saya pernah mendengar bahwa hari itu bajak laut Donquixote membunuh ayahmu... dan ibumu awalnya bisa melarikan diri tetapi dia tidak.. dia ingin bersama dengan suaminya baik itu hidup ataupun mati... kalau tidak salah warga sekitarnya menguburkannya di bukit belakang rumahmu" Pangeran Perez berkata.

Walaupun dia memiliki kesimpulan di kepalanya, tetapi setelah mendengar kata-kata pangeran Perez, kepala Ray terasa berdengung.

Layaknya sebuah petir menimpa kepalanya, layaknya suara Guntur yang bergema kata katanya membuat pikiran Ray menjadi kosong.

Bukan hanya Ray, bahkan Molly tidak tahu bagaimana harus merespon mendengar berita yang sangat sangat sangat buruk itu.

"Tidak.... tidak mungkin... tidak... tidak.... tidak.. tidaaaakkkkkkkkk" Ray kemudian berubah pucat lalu jatuh berlutut dengan memegang telinganya.

"Tuan muda.." melihat keadaan Ray , Molly memanggil lembut tetapi tidak mengetahui hal apa yang akan dia katakan.

"Jika seperti itu... saya akan memusnahkan semuanya saya akan membunuh semuanya... bunuh... bunuh.." Ray kemudian terdengar kembali dengan suara seraknya.

Berdiri secara perlahan lalu mengangkat kepalanya yang memperlihatkan aliran air mata di pipinya, bahkan matanya terlihat merah.

Dia menatap ke arah para prajurit dan juga pangeran Perez.

Semua yang berada di atas kapal merasakan sensasi seekor binatang buas menatap mereka layaknya mangsa.

∆∆∆

Di dek kapal Ray

Anggota kru kapal tiba tiba berubah merinding merasakan sebuah aura layaknya malaikat kematian mendekati mereka.

Di dalam ruangan

Mihawk tiba tiba berdiri lalu melangkah meninggalkan tempatnya minum bahkan melupakan sakenya.

Dengan wajah serius dia meninggalkan ruangan menuju keluar ruangan, yang walaupun dia selalu memiliki wajah serius tetapi kali ini keseriusan itu berbeda.

∆∆∆

Di kapal pangeran Perez.

Mereka kemudian melihat Ray merentangkan tangannya ke kanan yang secara tiba tiba sebuah sabit besar muncul dari dalam bayangannya.

Setelah memegang sabit besar, Ray kemudian berlari menuju orang orang yang berada didepannya.

Dengan sangat cepat Dia muncul di depan prajurit dengan lambaian beberapa prajurit terbelah di pinggangnya dengan mulus.

"Sialan Ray... Beraninya kamu membunuh prajurit ku" teriak pangeran Perez.

Mendengar teriakkan itu, Ray kemudian menoleh kearah pangeran lalu berlari kearahnya.

Tepat sebelum dia memotong pangeran Perez , dengan sebuah suara.

*Ting

Pedang muncul menahan serangannya.

Jendral Seril muncul dengan pedangnya.

"Pangeran.. cepat pergi.. tinggalkan tempat ini" jendral Seril berkata sambil menahan dan saling mendorong dengan Ray menggunakan senjata masing-masing.

"Apa yang kalian tunggu.. cepat bawa pangeran pergi... " melihat pangeran Perez yang tetap berdiri gemetaran jendral Seril berkata kepada beberapa sisa prajurit.

"Hehehe... apakah saya mengizinkan dia untuk pergi?? apakah kamu tidak mendengar apa yang saya katakan??. saya akan membunuh... membunuh semuanya sehingga ayah dan ibuku tidak kesepian... tidak... saya akan menghancurkan dunia yang penuh kesalahan ini... bunuh.. mati .. mati.. hehehe" Ray berkata dan tertawa dengan wajah menakutkan.

Setelah berkata, Ray kemudian meningkatkan kekuatannya sehingga sebuah retakan muncul pada tempat kaki jendral Seril bertumpu.

"Hiyaaaaa" Dengan teriakan jendral Seril kemudian dikalahkan dan terlempar kearah dinding kapal.

Dengan memuntahkan seteguk darah jendral Seril berubah putus asa, bukan hanya dia saja bahkan pangeran Perez dan prajuritnya yang akan pergi menjadi putus asa.

"Berhenti.... Tuan muda .. saya mohon ... tenanglah .. tuan muda... "Suara tiba tiba terdengar dari belakang Ray, Molly yang selama ini diam merasa tidak tahan melihat situasi Ray tidak bisa menahan teriakan.

Mendengar suara itu, Ray kemudian menoleh lalu melihat kearah Molly yang wajahnya dipenuhi air mata dan ingus.

Seakan merasakan dan menemukan pengganggu dia kemudian memberikan tatapan penuh niat membunuh yang membuat Molly gemetar.

Ray kemudian secara perlahan melangkah kearah Molly yang satu satunya masih berdiri.

Saya ingin mendengar pendapat pembaca tentang alur dan beberapa masalah yang terjadi dalam cerita...

Harap komentar dibawah.

Terimakasih

Lutcifer_

Lutcifer_creators' thoughts
Next chapter