webnovel

29. The Beginning Of The Struggle

Thalita berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan masih memikirkan ucapan Chacha tadi. Antara percaya atau tidak dengan apa yang dialami Dhika.

Thalita sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Kenapa Chacha bisa mengatakan kalau Dhika tidak bersalah.

Saat sibuk memikirkan tentang dhika, mata Thalita menangkap sosok Dhika yang tengah berada di ruangan pasien. Pasien yang tadi pagi melakukan operasi. Pasien wanita itu terlihat sudah siuman, dan Dhika terlihat tengah diwawancarai oleh beberapa wartawan. "dia sangat luar biasa" gumam Thalita, diam-diam sudut bibirnya tertarik ke atas seraya menatap Dhika yang terlihat tengah menjelaskan sesuatu.

***

Di dalam ruangan Chacha, Chacha terlihat tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menatap layar handphonenya. 'sudah dua hari berlalu sejak pertemuanku dengan si crocodile. Kenapa dia tidak pernah datang lagi kesini yah dan kenapa handphoneku juga sepi sekali. Biasanya dia rajin mengirim pesan dan melaporkan apa saja yang sedang dia lakukan, walaupun tidak pernah aku tanggapi' batin chacha 'apa gue keterlaluan yah mengerjainya saat itu? Apa dia benar-benar dikeroyok?' batin chacha

"ah Chacha,, loe sudah gila !! Kenapa memikirkan si crocodile gila itu" gumam chacha mengusap wajahnya gusar. "tapi rasanya sepi sekali tanpa di ganggu dia, biasanya dia selalu datang dengan membawa berbagai hadiah" gumam chacha melirik boneka panda kecil berwarna pink putih yang sempat diberi okta beberapa hari yang lalu. "kenapa aku begitu merindukannya. Ah,, sadar chacha sadarlah" chacha memukuli kepalanya sendiri.

Karena terlalu pusing memikirkan Crocodilenya, Chachapun beranjak seraya mengambil stetoschopenya dan beranjak keluar ruangan. Sesampainya di ruang incubator, chacha langsung memeriksa kondisi bayi fremature.

Tidak lama, Dhikapun mengunjungi ruangan incubator untuk mengetahui perkembangan bayi laki-laki fremature itu.

"Bagaimana kondisinya sekarang, dokter Clarisa?" Tanya dhika membuat chacha menengok ke arah dhika.

"Keadaannya jauh lebih baik, jarang sekali bayi fremature menunjukkan perkembangannya secepat ini" ujar chacha membuat dhika mengangguk paham dan menatap ke arah bayi laki-laki itu yang tengah tertidur. 'apa gue tanya tentang si crocodile ke dokter dhika saja yah?' batin chacha menatap dhika. 'Tetapi nanti dikira gue keganjenan lagi nanya-nanya tuh buaya' batin chacha sebal sendiri.

"Ada apa dokter Clarissa? Apa ada yang mau kamu tanyakan?" Tanya dhika yang sadar chacha memperhatikannya.

"itu- anu-,, emmm" Chacha mendadak gugup.

"ada apa?" Tanya dhika menunggu pertanyaan dari chacha.

"Kenapa crocodile tidak pernah datang lagi kesini?" cicit chacha

"Crocodile?" dhika mengernyitkan dahinya.

"maksud saya Oktavio" ucap chacha menundukkan kepalanya karena malu

"oh si aligator, dia sedang ada pekerjaan di bandung. Kenapa? Kamu merindukannya yah" goda Dhika

"ti-tidak kok, saya hanya penasaran saja dan apa dia sempat di keroyok orang-orang?" Tanya chacha

"kejadian itu," gumam dhika "tidak. si aligator berhasil lari" ujar dhika membuat chacha bernafas lega.

"alligator? Panggilan yang tidak terlalu buruk" gumam chacha terkekeh

"mau aku sampaikan salam dari kamu kepadanya?" Tanya dhika

"tidak,, tidak perlu repot-repot dokter dhika. Saya hanya merasa bersalah saja karena sudah menjebaknya" ujar chacha salting

"benarkah?" Tanya dhika memicingkan matanya.

"i-iya,, kalau begitu saya permisi. Mari dokter" Chacha beranjak meninggalkan ruang incubator dan Dhika hanya terkekeh melihat tingkah salting Chacha.

***

Tok tok tok

Ketukan pintu menyadarkan dhika yang tengah duduk mengamati data medis pasien dari layar laptopnya. Dhika menengok ke arah pintu dan di ambang pintu dokter Claudya tengah berdiri. "ada apa?" Tanya Dhika kembali fokus ke layar laptopnya.

"apa kita bisa bicara?" Tanya Claudya

"bicaralah" ujar Dhika beranjak dari duduknya mendekati Claudya

"tidak disini, bagaimana kalau di atap gedung rumah sakit?" Tanya Claudya

"oke" jawab dhika dan mengikuti claudya.

Kini dhika dan claudya sudah berdiri berhadapan di atap gedung rumah sakit. "ada apa?" Tanya dhika to the point

"aku mau minta maaf soal waktu itu di ruang operasi, aku baru berani mendatangimu sekarang" ujar claudya

"Jangan ulangi lagi claud, kamu bisa saja membunuh pasien. Jangan pernah sekalipun kehilangan konsentrasi saat melakukan operasi" ujar dhika

"iya aku tau, maafkan aku" ujar claudya

"Sudahlah, yang penting sekarang pasien sudah selamat dan jangan pernah ulangi lagi" ujar dhika membuat claudya mengangguk

"dhika" cicit claudya menatap mata coklat teduh milik dhika. "a-aku mencintai kamu" tambah claudya tulus menatap mata dhika yang masih memasang wajah tenangnya.

"aku mencintaimu sejak kita kuliah dulu, aku menyimpan perasaan ini rapat-rapat agar tidak sampai merusak hubungan pertemanan kita. Karena jujur saja, untuk bisa menjadi teman kamu, aku harus berusaha keras sampai sekarang" ujar claudya. "aku tau ini terlalu mendadak, tetapi aku tidak mampu lagi menahan perasaan ini. Aku selalu cemburu melihat kedekatan kamu dengan dokter thalita" tambah claudya

"claud, aku sudah menganggap kamu sebagai temanku tidak lebih. Aku minta maaf karena tidak bisa membalas perasaan kamu" ujar dhika masih tenang.

"kamu tau kan alasannya, hanya ada satu wanita yang aku cintai dan tidak mungkin tergantikan oleh siapapun juga. Jadi ku mohon buang jauh-jauh perasaan itu daripada nanti kamu semakin terluka" tambah dhika membuat air mata claudya luruh membasahi pipi.

"a-a-aku tau kamu pasti akan menjawab seperti ini" kekeh claudya ditengah tangisannya. "apa aku salah karena mencintai kamu?" Tanya claudya masih menatap mata dhika.

"kamu tidak salah, rasa cinta itu anugrah dari tuhan" jawab dhika

"kalau memang begitu, kenapa kamu tidak bisa membalas perasaan cintaku sama kamu? kenapa kamu tidak memberi aku kesempatan?" Tanya claudya menatap mata dhika dengan pandanngan memelas.

"cinta tidak bisa di paksakan, claud. aku tidak bisa mencintai gadis lain selain dia" ujar dhika membuat claudya menghela nafasnya dan menghapus air matanya.

"apa wanita yang selalu kamu tunggu itu adalah dokter Thalita?" Tanya Claudya. Pertanyaan yang selama ini selalu mengusik pikirannya.

"iya"

Deg

"wanita itu adalah dokter Thalita" Jawaban dhika berhasil membuat claudya diam seribu bahasa. Pemikirannya selama ini ternyata benar, kalau ada sesuatu di antara dhika dan lita. "Aku minta maaf, Claud. Kamu wanita yang sangat baik dan aku yakin kamu bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dariku" ujar dhika mengusap lembut kepala Claudya dan beranjak pergi meninggalkan claudya yang masih mematung. Air matanya sudah merebes membasahi pipinya. Tangannya terangkat menyentuh dadanya yang terasa sangat ngilu dan sakit.

Claudyapun beranjak meninggalkan atap rumah sakit dan berjalan menuju taman.

Kini Claudya tengah melamun sendiri di taman rumah sakit, air matanya sesekali luruh setiap mengingat ucapan dhika tadi. Hatinya sakit menerima penolakan dari dhika, lelaki yang di cintainya sejak beberapa tahun belakangan ini. 'apa yang dia harapkan dari dokter thalita? Sudah terlihat jelas kalau dokter lita selalu menolaknya. Kenapa dia juga malah menolakku?' Batin claudya dan tiba-tiba saja seseorang menyodorkan sapu tangan ke hadapan claudya membuat claudya menengadahkan kepalanya.

"kamu-" ujar claudya tertahan

"Tidak baik seorang wanita menangis sendirian disini" ujar seseorang itu yang tak lain adalah oktavio. Okta duduk disamping claudya

"kamu sahabatnya dokter dhika kan?" Tanya claudya

"iya" jawab okta. "kenapa menangis? Apa yang terjadi?" Tanya okta

"tidak apa-apa, hanya saja aku baru saja di tolak" ujar claudya

"oh yah??? Wah,, siapa lelaki bodoh yang sudah menolak wanita cantik seperti kamu?" goda Okta membuat claudya terkekeh. Dari kejauhan, chacha tengah berjalan melewati taman rumah sakit dan terhenti saat melihat okta yang tengah bercanda dengan claudya.

"dasar crocodile gila. Dasar crocodile brengsek, dia masih bisa merayu gadis lain. Disaat gue khawatir memikirkan keadaannya!!" gerutu Chacha kesal. "awas aja" ujar chacha kesal seraya membuka sepatu pentopelnya dan

Puk

Tepat sasaran, sepatu chacha melayang tepat mengenai kepala bagian belakang Okta. "Sialan !!! siapa yang berani lempar ini" teriak okta kesal,

"ada apa?" Tanya Claudya

"ada yang nimpuk pake itu" tunjuk okta ke arah sepatu yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Okta mengambil sepatu pentopel itu dan berdiri melihat sekeliling hingga pandangannya bertemu dengan mata tajam milik Chacha.

"oh nenek lampir titisan penyihir jahat itu" ujar okta beranjak meninggalkan claudya dan menghampiri chacha.

"dasar nenek lampir, kenapa nimpuk gw sih?" ujar okta sewot

"heh crocodile gila, ngapain loe rayu-rayu cewek lain? Loe bener-bener gak punya malu yah, setelah mencoba merayu gue sekarang loe rayu cewek lain. Dasar buaya darat loe, crocodile jelek, bahkan paling jelek diantara buaya-buaya yang ada" cerocos Chacha kesal dan okta hanya tersenyum.

"sudah puas ngomelnya nenek lampir?" ujar okta dengan santai

"GUE BUKAN NENEK LAMPIR, IDIOT !!!" bentak chacha

"serem juga yah kalau loe sedang cemburu" ujar okta membuat chacha terdiam dan menyadari sikapnya yang konyol, chacha bersikap seakan tengah menangkap basah pacarnya yang sedang selingkuh.

"siapa? Siapa yang cemburu" ujar chacha grogi. " gue gak cemburu, gue hanya tidak suka loe mengoda dokter lainnya dan akan ada korban lain lagi" ujar chacha asal

"haha, lucu sekali. Loe pusing mengkhawatirkan hidup orang lain" ujar okta. "heh nela, gue tidak lupa yah dengan apa yang udah loe lakuin" ujar okta

"tunggu saja pembalasan dari gue" seringai terukir dibibir okta membuat chacha terdiam. Okta beranjak meninggalkan chacha.

"heh crocodile, balikin sepatu gue" teriak chacha karena okta sudah berjalan menjauhi chacha.

"ini?" okta menunjukkan sepatu hitam yang dia pegang. "ambil nih" okta melempar sepatu Chacha ke dalam gerobak sampah yang tak jauh dari sana.

"Dasar menyebalkan ,, itu sepatu mahal, idiot !!! gue baru saja membelinya" teriak chacha kesal. "Ambil lagi crocodile jelek, dasar gila, tidak waras. Seenaknya loe lempar sepatu gue" Teriak Chacha kesal. Chacha terus saja mengomel dan okta hanya tersenyum puas dengan tetap berjalan stay cool hingga menghilang di belokan. Chacha yang masih kesal berjalan mendekati gerobak sampah itu.

"bau sekali" ujar chacha menutup hidungnya. "sepatu favorit gue, dasar crocodile gila !!!" gerutu chacha seraya mengambil sepatunya dengan telunjuk dan jempolnya. "ueeeeekkkkk,, bau banget sepatu gue,," keluh chacha masih menutup hidungnya dan berjalan meninggalkan tempat itu.

***

Next chapter