webnovel

Ch. 181

Dan ya, Sehun benar-benar serius dengan ucapannya yang mengatakan jika ia akan sibuk selama dua minggu ini.

Pergi pagi dan pulang malam itu tentu saja, dia bekerja dan setelahnya harus pergi lagi untuk mengurus persoalan pernikahan sialannya itu.

Jadi, selama ayahnya itu sibuk dengan urusan memuakan itu. Jasper yang mengambil alih semua tugas untuk menjaga dan memasak untuk adik-adiknya. Memastikan jika mereka tidur tepat waktu, bangun tidak terlambat, dan jam makan yang tidak terbengkalai.

Bersyukurlah Jasper yang hanya tinggal menunggu sidang saja, sehingga ia bisa mengantar-jemput Jinyoung dan menemani Haowen di rumah.

Dan lagi, Xukun dan Lucas juga tak keberatan jika harus Jasper paksa untuk pergi kerumah. Sekalian numpang makan dan bermain dengan Haowen tentu saja mereka berdua tidak keberatan.

Jasper akui jika ia sudah jarang bertemu muka dengan Sehun selama sepuluh hari ini. Sehun yang pulang tengah malam dan Jasper yang terlalu lelah karena harus menyiapkan otak dan suaranya.

Mereka hanya akan berpapasan beberapa kali dan melempar senyum lalu kembali sibuk dengan rutinitas seperti biasanya. Jasper yang memang tak terlalu banyak bicara hanya akan mengendikan bahunya kesal saat melihat mobil Sehun sudah menghilang dari balik pagar bahkan sebelum matahari sempat menyapa mereka semua.

Dan kali ini, tepat di hari kedua belas persiapan pernikahan. Sehun mengajak tiga anaknya untuk fitting jas yang sudah Sehun pesanakn dari beberapa hari yang lalu. Tentunya ada Irene yang juga sedang melakukan fitting untuk gaunnya lusa.

"Apa kalian suka?" Pemilik butik bertanya pada tiga pangeran Sehun yang hanya menatap pantulan diri mereka dari cermin dengan wajah datar yang tak terbaca. Sehun tau, tiga anaknya itu sudah mencaci-maki dari dalam hati masing-masing.

Memutar malas bola matanya, Jasper hanya berdengung tak berarti dengan tangan yang bersemayam di balik saku jasnya.

Jinyoung hanya tersenyum tipis sebagai bentuk penghargaan tanpa mau mengeluarkan kata-kata. Dia sudah lelah setengah mati dengan kuliahnya dan ini apa lagi? Dia tak hadir sebenarnya juga tak masalah.

Haowen menatap Sehun yang juga sedang menatapnya dengan senyum tulus seperti biasa. Haowen merindukan pelukan daddynya itu, tapi Sehun terlalu sibuk untuk hanya sekedar memberinya sebuah pelukan selamat malam.

Menundukan kepalanya, Haowen mendekati Jasper yang sudah melepas pakaian yang akan ia kenakan untuk lusa nanti. Menarik pelan celana Jasper hingga si sulung menaruh perhatian padanya dan berjongkok tepat dihadapannya.

"Ada apa?" Tanya Jasper seraya menggendong Haowen. Melepas jas yang digunakan oleh si bungsu, lalu menggantinya dengan baju yang mereka kenakan saat kemari tadi.

"Mommy." Lirih Haowen. Mengalungkan lengannya pada leher Jasper yang tengah mengusap punggungnya. Haowen mulai menangis di pundak lebar sang kakak. Beberapa hari ini memang Haowen terlihat tidak nafsu makan dan itu membuat Jasper khawatir setengah mati.

"Kita akan pergi nanti." Ujar Jasper. Mengusap air mata si kecil yang sudah berlinang jatuh. Jasper mengambil kunci mobil dan berlalu saja dari sana dengan Jinyoung yang sudah mengekor dibelakangnya.

**

Sehun melihatnya, Haowen yang menangis dengan wajah sedikit pucat dan lterlihat lesu dari biasanya. Apa anaknya itu baik-baik saja?

Sehun bukannya tidak peduli, ia hanya harus mengerjakan ini dan itu dalam satu waktu dan itu benar-benar menguras tenaganya yang memang hanya sedikit itu.

Sehun khawatir.

Apa Jasper sudah bersiap-siap untuk sidangnya?

Apa Jinyoung baik-baik saja dengan kulihanya?

Apa Haowen baik-baik saja dengan kedua kakaknya?

Semuanya memenuhi pikiran Sehun akhir-akhir ini. Tapi sekali lagi, mau bagaimana lagi? Ini sudah pilihan Sehun dan tentunya Sehun harus menanggung resikonya walau memang sudah sejauh ini.

"Daddy merindukan kalian."

**

Setelah dari pemakaman mendiang ibu mereka, Haowen tertidur begitu saja dalam dekapan Jinyoung. Menangis selama satu setengah jam membuat Haowen lelah dan akhirnya memilih untuk memasuki alam mimpinya walau dengan pipi yang masih banjir dengan air mata.

"Hyung, kita akan kemana?" Tanya Jinyoung saat tau bahwa ini bukan jalan menuju rumah mereka.

"flat Yoojung. Kita butuh sentuhan seorang wanita."

Jinyoung melongo tak percaya, apa hyungnya sudah bertransformasi hingga ia menjadi sebrengsek itu?

Jasper tau apa yang saat ini tengah dipikirkan oleh adiknya. Jasper juga salah dalam memilih kata-kata sebenarnya, tapi ya mau bagaimana lagi. Ia terlalu malas untuk mengulang dan menjelaskan. Jadi ya seperti ini jadinya.

Mobil sudah terparkir dengan rapi. Keluar dari mobil dengan Jinyoung yang mengekor, Jasper terus saja berjalan hingga sampai pada sebuah pintu dan masuk begitu saja.

Bagaimana bisa? Bathin Jinyoung tak percaya.

"Kalian sudah datang?" Yoojung menyapa dengan celemek yang menggantung di tubuhnya. Tersenyum kecil dan melepas kain berwarna merah muda dengan corak bunga-bunga, Yoojung mengambil alih Haowen yang berada dalam gendongan Jinyoung.

"Makanlah, aku sudah memasak beberapa. Aku akan memindahkan Haowen kedalam kamar." Berlalu begitu saja, Yoojung tersenyum dan pergi meninggalkan dua pria yang masih sibuk memandang dirinya.

"Jadi, sentuhan wanita macam apa yang kau maksud, Hyung?" Tanya Jinyoung seraya berjalan di samping Jasper yang sudah menuju meja makan.

"Sentuhan masakan wanita maksudku."

Jinyoung memutar malas bola matanya, duduk di samping Jasper dan mulai memakan apa yang tertangkap oleh indra penglihatannya.

Tempat tinggal Yoojung memang tak sebesar rumah daddynya, juga tak semewah fasilitas yang Sehun berikan pada setiap sudut rumahnya, hanya saja Jinyoung merasa nyaman di sini.

Suasana hangat terasa walau Yoojung hanya tinggal sendiri. Mungkin lain kali Jinyoung akan melancarkan aksi mari menikung Jasper hyung untuk bisa mendapatkan Yoojung noona.

"Maaf hanya bisa menyediakan kalian makanan sederhana ini." Yoojung merasa tak enak. Dua anak Adam itu pasti sudah terbiasa mewah dengan kehidupannya.

Jinyoung berdecak kesal, "ini sudah lebih dari cukup. Santai saja, Noona." Jinyoung menyenggol lengan Jasper yang hanya di balas anggukan oleh si yang lebih tua.

"Terima kasih untuk makanannya." Ujar Jinyoung dengan senyum yang mengembang lebar.

Sret.

"Lusa." Jasper menyerahkan undangan kehadapan Yoojung yang hanya di balas dengan senyum tipis oleh si wanita.

"Akan aku usahakan untuk datang."

"Kau memang harus datang."

"Tap-"

"Tidak ada kata tapi, Choi Yoojung."

Dan hingga hari menjelang malam, mereka bertiga tetap di rumah Yoojung dengan Haowen yang tak mau lepas dari pelukan Yoojung.

**

Dan ya, ini tepat di hari pernikahan Sehun dengan Irene. Semuanya datang dengan baju mewah mereka masing-masing. Bahkan Suho juga sudah siap dengan stelan jas mahal miliknya.

Tiga pangeran Sehun dengan di kawal oleh satu Manusia Kera dan satu Manusia Serigala juga datang dengan pakaian mewah mereka masing-masing. Xukun dan Lucas bahkan terlihat tampan untuk hari ini.

Dan spesial hanya saat ini, Lucas rela di panggil Manusia Serigala dan meninggalkan tahta

Wakandanya hanya untuk meghiburkan Jasper yang sudah kesal sedari tadi.

Haowen bahkan masih terlihat pucat dalam gendongan Yoojung. Sesuai dengan titah Yang Mulia Raja Oh Jasper, Yoojung hadir dengan menggunakan gaun yang di pilih langsung oleh satu-satunya wanita di kediaman Oh, Wu Jiyeon.

Dari ujung altar sana, Irene sudah berjalan anggun dengan gaun putih bersihnya ditemani oleh Choi Dusik, ayahnya Choi Seungcheol.

Siwon mana sudi jika harus di minta untuk menemani Irene di atas altar sana untuk menuju Sehun.

Kris apa lagi, Jiyeon bisa langsung pecah ketuban jika hal itu terjadi. Kris tak mau tentu saja.

"Saudara Oh Sehun, maukah Anda menerima Bae Irene dengan semua kelebihan dan kekurangannya, mencintainya dalam suka dan duka, saling mengasihi hingga Yang Kuasa mengambil salah satu dari kalian?"

Suara Pendeta membuat semua yang hadir di sana diam sejenak, Sehun bahkan juga ikut terdiam dengan senyum tipis penuh penyesalannya.

Menghela nafas, Sehun berusaha untuk tetap pada pilihannya. "Ya, say-"

Ceklek.

"Permisi, Tuan dan Nyonya. Bukan bermaksud untuk mengganggu acara sakral kalian. Kami hanya ingin membawa Bae Irene dengan beberapa tuduhan."

"Sudah aku katakan, sekali aku menagatakan akan menghancurkan rencanamu, maka aku akan menghancurkannya tanpa ada sisa."

TBC

THANK U

DNDYP

Next chapter