webnovel

Ch. 133

Sehun menolehkan wajahnya kearah kiri, dimana si kecil masih bergelung nyaman dalam balutan selimut hangatnya. Bahkan kaki kanan Haowen sudah mendarat sempurna di perut kotak-kotak Sehun, membuat Sehun hanya bisa tersenyum kecil.

Dengan gerakan pelan, Sehun beranjak dari ranjang untuk memasuki kamar mandi. Bagaimanapun ia masih memiliki tangggung jawab di perusahaannya.

Cup.

Menyempatkan diri untuk mengecup dahi Haowen sebelum benar-benar beranjak dari tempat tidur.

**

"Hyung, tolong piring." Pinta Jinyoung dengan tangan kanan yang menengadah menanti piringnya.

"Thank you brother." Ujar Jinyoung, mengangkat sedikit piringnya sebelum memindahkan omeletnya kedalam sana.

"Tak masalah." Jesper masih fokus pada wajan penggorengannya. Mengaduk isinya hingga ia rasa sudah waktunya untuk menambah bumbu-bumbu ajaib kedalam sana. "Jinyoung, garam tolong." Tangan kiri Jesper menengadah meminta garam pesanannya.

"Thank's."

"Okey."

Bukan hal yang aneh sebenarnya, mengingat dua saudara Haowen itu memang menyukai makanan, maka mereka tidak akan masalah jika di suruh memasak di dapur.

"Hyung hyung, tolong supnya." Pinta Jinyoung dengan jemari tangannya yang menunjuk pada wajan sup besar tak jauh darinya.

"Ck, tanganku hanya dua Jinyoung-ah." Kesal Jesper. Ia juga sibuk dengan nasi goreng kimchinya, itu pekerjaan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya tengah sibuk menggoreng sosis untuk si kecil Haowen.

"Aaargh hangus sudah omeletku. Oh my god! Steeeeeeaaak!" Jinyoung memekik nyaring. Oh konsumsi perutnya hancur sudah.

"Ya! Jangan berteriak!" Geram Jesper. Kenapa adiknya ini berisik sekali? Lain kali mungkin Jesper akan melakban dulu mulut Haowen sebelum bocah ini memasak.

"Calm down hyung, prince panik." Bisik Jinyoung dengan sebelah matanya yang mengedip. Menggelikan.

"Cih, prince? Heol!" Ini dia, si mulut pedas Jesper. Sudah kembali pada tabiat aslinya ternyata.

"Santaaaiiiiii." Dengus Jinyoung dengan sebelah kaki yang menginjak keras ujung kaki Jesper. Membuat yang lebih tua menjerit sakit.

"Oooish shit." Tanpa sengaja mulutnya mengumpat begitu saja. Mempelototi Jesper yang sedang mendelik kesal padanya.

"Daddyyyyyy, hyung baru saja mengucapkan kata-kata kotor." Adu Jinyoung dengan suaranya yang membahana badai. Tertawa terpingkal-pingkal saat melihat raut wajah yang sedikit panik dari Jesper.

"Hyung tidak ingat apa yang daddy katakan? 'Tidak ada kata-kata kotor.' Tamat sudah riwayatmu hyung." Kekeh Jinyoung bahagia. Meloncat-loncat tak tentu arah saat ia rasa sebentar lagi Sehun akan datang dan akan menceramahi Jesper.

"Jesper."

"Yes.!!" Pekik Jinyoung tertahan. Sehun sudah bersuara.

"I am so sorry dad." Ujar Jesper, mengangkat kedua tangannya ke udara sebagai tanda bahwa ia menyerah.

"Kkkkk." Jinyoung terkikik bahagia. Jesper yang menyerah sungguh suatu kejadian langka. Oh, Jinyoung benar-benar bahagia sekarang.

"Jinyoung." Kali ini suara Sehun yang memanggil namanya. Tak beda jauh dengan nada yang ia gunakan saat memanggil nama Jesper tadi.

"Ya dad?"

"Jangan menertawakan hyungmu." Tegur Sehun seraya mendudukan Haowen pada salah kursi.

"Ou yes!" Kini giliran si sulung yang memekik bahagia, melihat wajah tersiksa Jinyoung itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Jesper.

"Awas kau hyung." Desis Jinyoung mendelik kesal. Lihat saja si tembok museum itu.

**

Rasanya Jinyoung bernafsu sekali untuk membakar rumah super mewah daddynya itu. Suasana hening seperti kuburan dan Jinyoung benar-benar tidak suka. Ingin mati saja rasanya.

Sehun bekerja, Jesper kuliah, dan semua orang bekerja. Jinyoung lelah sendiri jika seperti ini.

"Hyuuung." Haowen mengerang dengan kaki yang menghentak pada kursi.

"Hmm." Balas Jinyoung malas. Semangatnya hilang jika sudah suasana sunyi seperti ini.

"Bothan." Erang Haowen. Menatap Jinyoung yang juga balas menatap padanya.

"Ingin mencoba ide hyung?" Tanya Jinyoung dengan alis yang naik-turun. Anggap saja itu pertanda buruk.

Anggukan Haowen berikan dan tak lama kemudian tubuhnya sudah berpindah pada gendongan Jinyoung.

"Mari kita ganti kostum adik sayang."

"Okr hyung thayang."

**

Jesper menghela nafas pelan saat ia baru saja keluar dari kelas Bahasa inggrisnya. Otaknya benar-benar terkuras saat ini, meski ia sudah lancar bagai mata air pegunungan yang mengalir hingga muara, tetap saja ia terlalu lelah jika harus di suruh berbicara. Energinya terkuras.

"Kau baik?" Pria di sampingnya bertanya, menepuk sekilas pundak Jesper dan tertawa nyaring saat yang ia dapatkan adalah delikan tajam dari si pemilik bahu. Sebut saja dia Lucas, atau nama Chinanya Wong Yukhei.

"Diam kau Casper." Desis Jesper. Telinganya berdegung mendengar tawa Lucas, benar-benar nyaring.

"Calm down brother."

"Calm down calm down dahimu!"

Rasanya belum puas hanya dengan suara melengking Lucas, saat ini telinganya di hadapkan pada bisikan-bisikan penuh kata memuja yang tertuju padanya dan Lucas. Jesper rasanya ingin tidur saja.

"Sudah menulikan telingamu teman?" Tanya Lucas.

"Hm." Dengungan Jesper berikan. Seperti biasa, tampang poker facenya benar-benar tak bisa lepas dari wajah tampannya.

"Bukan 'kah yang di gerbang tadi benar-benar mirip dengan Jesper? Lihatlah."

"Benar! Mereka bertiga benar-benar mirip."

"Terlebih yang kecil, dia benar-benar lucu."

Telinga Jesper langsung berdiri tegak saat mendengar kata kecil. Apa itu adiknya? Tapi... kenapa bisa?

"Ya! Casper, kita harus segera ke gerbang." Ujar Jesper. Melangkahkan kakinya lebar-lebar ke gerbang untuk memastikan siapa yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat di Kampusnya.

"Oke." Lucas tentu hanya mengangguk saja, lagi pula ia juga tidak akan rugi dalam hal apapun.

Belum beberapa langkah, kaki panjang Jesper sudah kembali berhenti dengan tatapan yang mengarah pada dua sosok, satu remaja dan satu lagi batita.

"Hyuuuung!" Teriakan Haowen di sertai dengan langkah si kecil yang berlari guna menerjang tubuhnya.

Hap.

"Kenapa kau bisa di sini?" Tanya Jesper. Membawa Haowen dalam gendongannya yang berakibat pada teriakan super besar dari pada gadis yang mengidolakan dirinya.

"Aku dan Jinyoung hyung bothan di Rumah." Haowen mengeratkan pelukannya pada leher Jesper, mengakibatkan si sulung hampir saja tercekik dan di balas sambutan ceria oleh Jinyoung.

"Baejin, i wanna kill you honey." Ujar Jesper. Membawa Haowen yang masih berada dalam gendongannya menuju kearah kantin karena ia juga lapar sebenarnya.

"Whatever you say honey." Balas Jinyoung tak mau peduli. Lagi pula, saudaranya itu tidak akan tega pada makhluk macam dirinya ini. Semua orang akan merindu jika kehilangan dia.

"Jesper, aku satu-satunya yang tidak paham situasi di sini." Gumam Lucas dengan wajah polos mendekati bodohnya.

"Nanti saja kau tanyakan, aku lapar." Ujar Jesper memasuki area kantin. Mencari tempat duduk dan mendudukan Haowen di sana. "Tunggu sebentar, hyung pesankan makanan."

Lucas masih diam menatap dua makhluk di depannya ini. Siapa mereka? Kenapa bisa sedekat itu dengan si balok es Jesper?

"Hyung. Aku Jinyoung dan ini adikku, Haowen. Kami adik Jesper hyung." Jinyoung memperkenalkan diri. Membuat si kecil Haowen juga ikut menyapa dengan tatapan polosnya.

"Hello hyung."

Lucas hampir saja menjerit heboh karena gemas melihat Haowen, anak itu benar-benar menggemaskan. Tidak seperti kakaknya yang miskin ekspresi.

"Hello brother." Sapa Lucas balik. Tua, kecil, lansia, atau apapun. Jangan pernah menghalangi Lucas jika dia sudah ingin menghapus jarak dan kata canggung. Lucas itu terkadang unik, itu yang selama ini Jesper pikirkan dan bodohnya Lucas karena baru menyadarinya.

"Kalian benar-benar menggemaskan." Ujar Lucas dengan mata berbinar. Menatap Haowen dan juga Jinyoung yang hanya tersenyum kecil padanya.

"Terima kasih hyung."

"Terima kathih hyung."

Ingin rasanya Jesper menjerit keras-keras karena ia benar-benar gemas saat ini. Terlebih si kecil cadel. Oh my god!

"Kau tidak ingin makan Casper?" Tanya Jesper yang datang dengan dua nampan di tangan kanan dan kirinya.

"Tidak bisakah kau mengambilkan untukku?" Lucas memelas. Memberikan tatapan anak kucing terbuangnya pada Jesper berharap agar si balok es luluh padanya.

"Tidak!" Satu kata dan itu sukses membuat Lucas naik darah.

"Dasar tidak berperi kemanusiaan!" Dan lagi namaku Lucas! Bukan Casper!" Lucas menjerit kencang. Melayangkan tungkai panjangnya pada pantat Jesper yang menghasilkan delikan tajam padanya.

"Peri kemanusiaan hanya untuk manusia dan sayangnya kau bukan manusia!" Desis Jesper. Menjitak kencang kepala Lucas yang berakibat jeritan kencang pada si pemilik kepala.

"Aargh! Kejam."

"Dan lagi terserah padaku. Mau Casper, Caspur, Caspar, atau apapun terserah padaku."

**

"Hyung mereka kenapa?" Tanya Jesper penasaran.

"Biarkan saja. Lebih baik habiskan sosismu." Ujar Jinyoung.

Dan tanpa sadar mereka sudah larut dalam makanan tanpa peduli pada keadaan sekitar yang sibuk memperhatikan mereka.

Masa bodoh! Perut nomor satu.

"Perut kenyang hati pun senang."

"Perut kenyang hati pun thenang."

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

HAVE A NICE DAY.

THANK U.

DAP.

Next chapter