webnovel

Bab 23

Percy berangkat kerja tanpa menyapa dan menoleh pada Rasya yang juga baru keluar dari kamarnya.

Rasya hanya mampu menghela nafasnya menatap punggung Percy.

Setelah kejadian malam itu, Rasya seakan tak mengenal sosok Percy. Dia begitu dingin dan bahkan tak menganggap Rasya ada.

Hari ini Rasya bertemu dengan Hezky. Dan disinilah mereka sekarang,

Di sebuah cafe Rasya menunggu Hezky.

"Hai," Hezky mencium pipi kiri dan kanan Rasya lalu dudukdi hadapan Rasya.

"Gue udah pesenin minuman buat loe," ucap Rasya seraya meneguk minumannya.

"Thanks,"

Hezky menyeduh minumannya juga, "Jadi gimana?"

"Gue akan keluar dari cafe itu, gue tidak ingin ada urusan lagi sama Rocky." ucap Rasya.

"Itu lebih baik, gue juga akan berhenti bekerja darisana." ucap Hezky.

"Tapi kenapa? bukannya loe perlu pekerjaan itu?"

"Tidak Sya, dia terus mengusik gue menanyakan tentang loe. Sebaiknya gue keluar, cafe itu berubah drastis saat di pimpin Rocky." Rasya terdiam mendengar penuturan Hezky.

"Sorry, karena gue sekarang loe jadi gak punya pekerjaan."

"Tidak Sya, gue memang sudah tidak betah bekerja disana. Loe gak perlu mengkhawatirkan gue."

Rasya kembali terdiam mengaduk minumannya, Hezky tau saat ini Rasya sedang tidak baik-baik saja. Ia beranjak dari duduknya dan duduk di kursi yang ada di samping Rasya.

"Apa Percy menyakiti loe lagi?" tanyanya merangkul pundak Rasya.

Ia merebahkan kepalanya di pundak Hezky, air matanya kembali luruh membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar hebat di pelukan Hezky.

"Lepaskan dia Sya, kalau loe sudah tidak sanggup lagi, ini tidak bisa di teruskan lagi. Loe akan terus merasakan kesakitan ini." ucapnya mengusap punggung Rasya.

"Aku mencintainya,"

"Tetapi setau gue cinta tidak akan menyakiti loe, ini bukan cinta Sya. Jangan biarkan diri loe mengemis cinta padanya, Sadarlah."

"Dia suami gue, sudah sewajarnya gue tetap bertahan dengannya."

"Tidak ada yang wajar, hubungan ini tidak wajar Rasya. Loe hanya akan terus tersakiti seperti ini." ucap Hezky. "Life it's a choice."

Rasya menengadahkan kepalanya menatap Hezky. "A choice Sya, loe gak bisa stuck di satu titik. Loe gak boleh terus membiarkan hati loe di sakiti. Loe menunggu apa? nunggu sampai hati loe benar-benar hancur dan mati, Hah?"

Hezky yang tidak ingin sahabatnya terus tersakiti, mulai kesal karena Rasya terus berdiam diri di satu tempat.

"Come on Sya, bangkit dan langkahkan kaki loe. Pilih jalan yang bisa memberi loe kebahagiaan bukan hanya stuck di satu tempat."

"Ini bukan masalah jalan yang harus di pilih. Ini masalah kewajiban Hez, kewajiban gue sebagai seorang istri. Gue akan tetap berada disini mendampingi suami gue, tidak perduli sesakit apa luka yang harus gue terima."

"Idiot!"

Rasya tau Hezky sudah sangat kesal, baru saja kemarin dia curhat tentang Percy yang mengajaknya untuk memulai lagi dari awal, dan sekarang harus seperti ini.

Hezky melihat t-shirt yang di gunakan Rasya sedikit terbuka di bagian pundaknya hingga memperlihatkan sesuatu yang memerah disana.

"Apa loe melakukannya lagi dengan Percy?" tanyanya.

Rasyapun menceritakannya dengan tangisannya, Hezky sudah mengepal kuat karena emosi.

"Ini tidak bisa di biarkan." Hezky berdiri dari duduknya.

"Hez, loe mau ngapain?"

"Melakukan apa yang harus gue lakukan, loe paham." Hezky berlalu pergi meninggalkan cafe, Rasya ingin mengejarnya tetapi salah seorang waiters menahannya karena belum melakukan pembayaran.

***

Saat ini di kantor Percy ada Verrel. Mereka sama-sama diam membisu,

"Gue yang akan pergi," ucap Percy.

"Loe yakin?"

"Ya, gue butuh kesendirian saat ini." ucapnya mengusap wajahnya gusar.

"Malam ini penerbangan ke Wina," Percy menganggukkan kepalanya.

"Gue akan membunuh Martin dan Caren secara bersamaan, sialan!" pekik Verrel mengepal kuat.

"Dan gue ingin membunuh Rocky!"

"What?" Verrel menengok ke arah Percy yang duduk di kursi kebesarannya dengan kesal. "Rocky?"

"Rocky temen kampus gue,"

"Siapa lagi dia?"

"Mantan kekasih Rasya,"

"Prrttt,," Percy mengernyitkan dahinya saat mendengar kekehan Verrel. "Sialan, ngapain ketawa? Kagak ada yang lucu,"

"Jealous?"

"No!" pekiknya membuat Verrel sedikit terkekeh. "No, No, No! tidak pernah ada kata cemburu."

"Nggak cemburu tapi emosi banget," kekehnya.

"Loe lagi emosi, masih bisa ketawa. Aneh," gerutu Percy.

"Lumayan hiburan, bro." kekehnya membuat Percy mencibir kesal.

"Dia ternyata sudah tidur dengan Rasya."

"WHAT?"

"Tidak perlu berteriak," pekiknya kesal.

"Tidak mungkin, Rasya? oh ayolah Percy, kita kenal siapa Acha si tembem itu."

"Gue juga awalnya tidak percaya tapi ternyata benar."

"Loe tidur dengannya?"

"Jangan memasang wajah kaget seperti itu, bukankah gue suaminya." ucap Percy.

"Oh sialan, loe tidur dengannya hanya untuk memastikan dia perawan atau tidak."

"Apa salahnya, gue awalnya hanya ingin menyakinkan diri gue saja. Supaya tidak ada kebohongan lagi di antara kita."

"Tapi kenapa harus dengan melakukannya, Oh my god. Dimana otak loe Percy?" Verrel tidak habis pikir dengan apa yang Percy lakukan.

"Berhenti menyudutkan gue, itu sudah hak gue sebagai suami."

"Tapi tidak untuk memastikannya dia masih virgin atau tidak. Ya tuhan,," Verrel sungguh tak habis pikir.

"Gue selalu ingin menjaganya tetapi dia malah mengecewakan gue."

"Loe mulai jatuh cinta padanya?"

"Tidak."

"Iya,"

"Tidak,"

"Terus kalau tidak kenapa emosi? Loe bukan ustad atau orang alim, jadi jangan so kaget dengan kenyataan dia sudah tak perawan. Kenapa emosi?" tanya Verrel.

"Tetap saja emosi, gue menyayanginya."

"Tapi saat Datan grepein Pretty, loe gak sampai seemosi ini."

Percy melotot ke arah Verrel. "Bukannya loe juga menyayangi Pretty?"

"Beda kasus."

"Apanya yang beda? Sudah tau cinta, harusnya akui saja."

"Berisik loe." cibirnya.

"Maaf Pak, nona ini memaksa masuk." Percy dan Verrel menoleh ke arah pintu dimana Hezky berdiri.

"Biarkan saja," ucap Percy, dan sekretarisnyapun berlalu pergi. "Ada apa, Hez?"

Hezky yang emosi segera berjalan mendekati Percy.

Plak

"Loe bajingan!"

Percy mengernyitkan dahinya menatap Hezky dengan kekesalannya. Verrel hanya meringis menatap sahabatnya yang di tampar orang Hezky.

"Apa-apaan ini?" pekiknya.

"Loe menuduhnya tidur dengan Rocky, kenyataannya loe yang pertama buat dia!"

"What?" pekiknya. "Loe dateng kesini hanya untuk membahas masalah ini? memalukan,"

"Tidak ada yang memalukan saat sahabat gue hancur."

"Dengar Hezky, gue masih berusaha bersikap sopan sama loe. Jaga tatakrama loe, sebelum security gue menarik loe keluar dari kantor ini."

"Gue gak perduli,"

"Loe sungguh pria bodoh yang gak peka, loe ingat tepatnya malam kamis tanggal 17. Loe merenggut keperawanannya saat loe sedang mabuk."

"What?" pekiknya. " are you kidding me?"

"Tidak, malam itu kamu merenggut mahkotanya dan dia menangis karena yang loe sebut adalah nama Rindi!" pekiknya. "Dan sekarang loe menyakitinya lagi, menuduh dia tidur dengan pria lain. Loe benar-benar bajingan!"

Setelah meluapkan emosinya, Hezkypun berlalu pergi meninggalkan mereka berdua yang masih melongo kaget.

Bug

Percy tersungkur ke lantai saat seseorang meninjunya. "What? apa yang loe lakukan?"

"Buat Rasya," ucap Verrel dengan santainya.

"Loe gila?" pekik Percy beranjak.

"Loe yang gila, loe ingat saat itu loe datang ke kantor gue dan loe bilang loe mimpi bercinta dengan seorang gadis. Wajahnya berubah-ubah dari Rasya ke Rindi , loe ingat kan loe bilang itu. Dan gue pikir itu bukan mimpi, sialan!" pekik Verrel.

"Gue gak menyangka selama ini gue berteman dengan seseorang yang sangat bego,"

"Berhenti menghina gue, Sialan! Loe gak tau apa yang gue alami."

"I don't care." Verrel berlalu meninggalkan Percy sendirian.

"Sialan!" Percy menendang meja kaca di depannya.

***

Rasya termangu di tempatnya saat mendapat pesan singkat dari Verrel. Verrel menyuruhnya melupakan pria idiot itu, dan dia juga berjanji akan mengenalkan Rasya dengan pria yang jauh dari tampan dari Percy. Biarkan Percy terpuruk dengan penyesalannya,

Rasya terkekeh membaca pesan aneh dari Verrel. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang apartement, tidak ada tanda-tanda kedatangan Percy.

Hingga tak lama handphonenya berdering membuat Rasya segera mengangkatnya.

"Jangan menunggunya,"

"Ada Verrel? Apa kau kesepian tanpa ada Leonna?" terdengar kekehan dari sebrang sana.

"Dia sedang ke Austria,"

Rasya termangu di tempatnya mendengar penuturan Verrel. "Kapan?"

"Baru saja, mungkin dia akan pergi selama beberapa hari atau minggu."

"Oh begitu yah," Ada rasa sakit di hatinya, Percy bahkan tidak mengabarinya. Apa dia begitu tak di anggap, walau sebagai seorang istri.

"Mumpung dia tidak ada, bagaimana kalau besok malam loe ikut gue. Gue akan kenalkan loe dengan salah satu client gue, dia masih muda dan tampan."

"Berhenti menawariku hal hal aneh, gue gak mau terjerumus." kekeh Rasya.

"Jangan selalu mengurung diri, keluarlah nikmatilah hidup loe. Jangan terus terfokus pada pria tolol itu." Rasya kembali terkekeh mendengar ejekan Verrel.

"Pria tolol itu suami gue."

"Yah, dan loe mencintainya."

"Sayangnya iya," kekeh Rasya. "Mungkin gue juga tolol karena cinta ini."

"CInta memang mampu membuat orang menjadi tolol." keluh Verrel. "Sya,"

"Hmm"

"Bagaimanapun juga pria tolol itu sahabat gue. Sebenarnya dia begitu menyayangi loe, mungkin juga dia pernah mencintai loe. Entahlah. Tapi satu hal yang gue tau, dia begitu menyayangi loe dan ingin selalu menjaga loe."

"Loe tau, dia pernah bilang Rindi itu bagaikan bunga mawar yang begitu indah. Walau banyak duri tetapi siapapun selalu ingin memetiknya. Dan loe bagaikan bunga lily yang hidup dengan penuh keteguhan. Loe seperti bunga lily yang langka dan sulit di dapat. Bunga lily yang tidak seharusnya di petik untuk di miliki demi keegoisannya tetapi bunga lily yang akan selalu ia rawat dan jaga tetap mekar di tempatnya hingga terus tumbuh dan memperlihatkan keindahannya. Itulah loe bagi dia."

Mendengar penuturan Verrel, air mata Rasya luruh membasahi pipi. Benarkan Percy mengatakan itu dan menganggapnya seperti itu.

"Gue gak berbohong, loe tau gue Sya. Gue bukan tipe pria yang suka menyenangkan wanita dengan bualannya."

"Hmmm,"

"Seperti itulah loe di mata Percy. Gue bahkan pernah menanyakan apa dia mencintai loe. Tetapi dia bilang, dia tidak akan pernah mencintai loe. Hanya rasa sayang yang akan selalu dia curahkan buat loe. Agar loe gak akan pernah lepas darinya dan tidak akan ada kata putus atau berakhir di antara kalian."

Ada rasa bahagia di hati Rasya mendengar penuturan Verrel barusan.

"Makasih Rel,"

"Apa loe masih tertarik buat gue kenalkan dengan pria lain?"

"Sepertinya tidak," kekehnya. "Aku akan tetap menunggunya."

"Oke, kalau berubah pikiran hubungi gue."

"Pasti, dan jangan terlalu menyakiti Leonna." hanya kekehan Verrel yang terdengar disana hingga sambungan telpon terputus.

Rasya tersenyum menatap kosong ke depan.

Next chapter