webnovel

Nasihat dari Orang Terdekat

Sesi makan siang aku lewatkan sendiri kali ini. Tuan Lux sepertinya masih tak enak hati dan tak mau keluar dari kamarnya. Setelah makan aku melanjutkan kegiatan tanya jawab dengan pendeta yang memberikan sesi ceramah padaku kemarin.

Selesai sesi, John tiba-tiba mengajakku bicara empat mata.

"Tidak semua hal bisa kami jawab. Saya tak menyangka Anda begitu tertarik pada Klien Kami Tuan Lux Hemel Imanuel." kata John yang duduk di depanku.

"Aku tak paham maksudmu?" sahutku mengelak.

John menjelaskan ulang. "Anda menyuruh Pastor Peter menanyakan tamu Tuan Lux pada resepsionis."

"Ohhh"

"Ada aktiviatas mencurigakan dari wifi kami. Anda mengakses beberapa data tentang Tuan Lux dan Nyonya Snail. Jika aku tak salah itu diakses dari laptop yang ada di kamar Anda Nona Vina"

"Si pendeta itu melapor padamu?"

"Salah, semua hal terdeteksi dengan mudah dari sini. Kami memantau Anda dua puluh empat jam penuh. Tanpa ada yang bisa anda sembunyikan dari kami. Tidakkah anda menyadarin dan membacanya di kontrak sebelum datang ke sini."

Tepat sekali, aku tak membaca hal-hal detil seperti ini waktu itu. Aku mengerti sekarang, semuanya terekam. Artinya mereka akan dengan leluasa mengetahui apa isi chat atau telepon kita. Aku baru ingat sekarang, perusahaan ini tidak hanya memiliki sumber daya yang baik tapi memiliki kecanggihan yang baik pula. Tidak ada satu hal pun yang bisa luput dari pantauna mereka.

"Menyadap seseorang atau mengganggu privasi seseorang adalah suatu bentuk kejahatan. Jadi saranku, jangan lakukan halseperti itu lagi. Kecuali.."

"Kecuali apa?"

"Anda mendapat iizin dari yang bersangkutan"

Aku tertawa lepas. "John, aku hanya mengakses sosial media dengan mesin pencarian. Apa ada aturan kau harus izin untuk mencari sesuatu di mesin pencarian?" tanyaku padanya.

"Tidak, tapi yang Anda lakuakn menjadi kelewat batas saat anda membawa Pastor Peter ke sini dan memaksanya bicara di telepon."

Aku terdiam berfikir sejanak. Mencari cara agar aku bisa mencari tahu dengan legal.

"Jadi maksudmu jika aku yang bertanya sendiri itu akan dianggap legal?'

"Iya. Tidak maksudku" jawab John kebingungan. "Jika itu berhubungan dengan privasi orang lain tentu itu tidak diperbolehkan dan tak akan dijawab. Namun jika itu mengenai diri anda sendiri, maka semua akan baik-baik saja."

Aku berguman memahami apa yang ia katakan. Intinya, tak boleh secara sembunyi-sembunyi. Lakukan terang-terangan.

"John, apa yang kau tau tentang Carmilo Snail?" tanyaku

"Apa?" , ia terkejut dengan pertanyaan yang aku ajukan.

"Kau bilang aku tak boleh sembunyi-sembunyi. Sekarang aku bertanya dengan gamblang. Apa yang kau tahu tentang Carmilo Snail?"

Ia berdiri memandang sekeliling. Angin berhembus cukup kencang siang ini. Panas dingin, tapi kulitmu tak akan menjadi hitam karena ini Wesct Cost area. Daerah pesisir barat.

"Aku tak tahu apapun tentang dia."

Aku menarik tubuhku bersandar ke kursi malas. Aku mencoba merasakan hembusan angin dari atap gedung pencar langit tempat kami berada.

"Baiklah, aku akan menanyakannya sendiri pada Tuan Lux Hemel Imanuel."

Pergi meninggalkan John adalah hal yang cukup sulit. Ia terus mengawasi dan pergi kemana pun aku pergi. Siang ini aku hanya bisa membuatnya berhenti di depan pintu apartemen 4021. Dalam kemarahanya, John menuliskan pesan agar aku tak melupakan kegiatan makan malam dengan tamu khusus malam ini.

Tak ingin membuat John mengunakan kekuasannya untuk memaksaku keluar aku segera membalas pesan singkat darinya. Aku juga meminta agar ia tak menungguku di luar karena aku tak akan kemana-mana sampai makan malam.

Di dalam ruang tamu aku tak melihat Lux sama sekali. Mungkin ia sedang mengikuti sesi lain. Aku memutuskan menyalakan televisi sampai jam mendekati makan malam.

Selesai bersiap makan malam aku keluar dari kamar tepat bersamaan dengan masuknya Tuan Lux. Ia tak bicara apapun hanya melirikku dengan seribu pertnyaan jelas tertulis di wajahnya. Aku duduk di sofa dan memakai sepatu hells yang mereka siapkan untukku.

"Pergi ke sebuah pesta malam ini?", tanya Lux keheranan dengan pakaian yang melekat di tubuhku.

"Tidak, hanya makan malam biasa. Mereka menjadwalkan makan malam dengan seorang tokoh publik.", jawabku santai.

Setelah merasa siap aku berdiri.

"Sampai jumpa Tuan Lux. Semoga beruntung dengan makan malam Anda."

Lux hanya diam tak menjawab sementara aku pergi dan menuju restoran.

"Aku terlambat, maafkan aku."

Aku menoleh ke arah pria tinggi beraksen Bristh.

"Tidak apa-apa, publik figure tidak pernah terlambat. Kamilah orang sipil yang datang teralu cepat."

"Jangan bicara seperti itu. Perkenalkan aku Hansel. Hansel Keith. Aku seorang Actor laga."

"Saya tau. Senang berkenalan dengan Aktor sebesar Anda. Tuan Keith. Saya sempat menonton beberpa film yang Anda bintangi."

"Panggil aku Hansel. Tuan membuatku terlihat cukup Tua."

Aku tersnyum. "Aku takut tak pantas memanggil anda dengan nama Anda."

"Jangan seperti itu. Kau adalah wanita tercantik yang pernah aku temui seumur hidupku. Kau bahkan pantas masuk dalam kandidat calon istriku."

Bermulut manis itulah yang terlintas di benakku saat ia mulai bicara. Aku berdiri menyalaminya. Tapi ia memilih untuk memberikan pelukan.

"Covina Ven. Aku tak menyangka kau lebih cantik dari yang terlihat di fotomu. Sungguh aku tak bercanda."

Aku hanya tersenyum melihatnya mengoceh ini itu. Ia membawa bunga mawar, angggur terbaik serta cokelat terbaik. Naluriku bertanya, berapa bayaran yang ditawarkan untuk berkencan dengan aktor sepertianya tiap jam ya?

"Tuan Hansel" kataku dengan lembut padanya.

"Hansel"

"Baiklah Hansel. Kau tak perlu pura-pura suka denganku. Aku cukup bisa menahan diri untuk menerima kenyataan."

Hansel terihat bingung. " Vina aku tak mengerti apa maksudmu. Bisa kau menjelasknnya? Sepertinya alat penerjemahku sedikit bermasalah."

Aku mengambil gelas berisi red wine dan mencicipnya sedikit di lidahku lalu meletakkan gelas itu kembali.

"Hansel Keith, aktor kelahiran Canada 33 tahun lalu. Berdarah asli Inggris. Anak pertama dari pasangan Aktor Tommy Keith dan model Alexandria Keith. Kau adalah aktor bernilai jutaan dollar. Kau dibayar cukup mahal untuk menjadi duta Sleep and see Coorp. Kau dikejar banyak wanita tapi kau seperti tak mempedulikan mereka sama sekali. Bagimu wanita itu bisa dibeli dan bodoh. Satu lagi, kau tak suka orang biasa sepertiku.

Namun, demi karir kau berpura-pura menyukai berinteraksi dengan siapapun termasuk orang-orang yang tak selevel denganmu. Kau menyukai White Wine dan memiliki rumah mewah di Beverly Hill. Katakan di mana letak kesalahan ku dalam menganalisa tentang biografimu?"

Hansel bertepuk tangan. "Kau jenius! Kau adalah orang pertama yang tau sifat asliku Covina Ven."

"Trimakasih."

"Ah, jadi kau tau semua tentang aku. Tak adil rasanya jika aku tak tahu apapun tentang mu. Begini saja, bagaimana kalau Aku membawamu ke rumahku sambil bercerita siapa kau sebenarnya? Apa kau setuju?"

Aku mengambil jus di mejaku. Dan menyingkirkan Red Wine. Aku merenungkannya dalam satu tegukan.

"Berapa nilai kontrakmu dengan Sleep and See? Apa kesepakatanmu dengan mereka mengenai kencan ini?"

Hansel membetulkan dasinya."Aku tak tau nilai pastinya. Yang jelas jika aku berhasil membuatmu berhenti dari progam dua puluh tahun tidur, aku akan mendapat nilai kontrak dua kali lipat." , ujarnya dengan santai tanpa basa basi.

"Hmmm menarik. Untuk kencan ini?"

"Sebenarnya, managerku mengatakan kau bukan orang yang akan menyerah begitu saja. Tapi jika kau mau mengikuti semua saranku, aku akan cukup mendapatkan bonus. Meskipun aku gagal. Tapi jika tidak, mereka akan menggantiku dengan Aktor lain tahun depan.Jadi aku mohon kejasamanya Nona Covina Ven"

Aku berfikir. Apa yang harus aku lakukan berikutnya. Di sini, diam, atau pergi ke rumahnya. Jika hanya diam di sini, John mengawasiku. Jika pergi, akan sangat membosankan bicara dengan orang yang sudah jelas kau tahu ia tak menyukaimu.

"Baik, aku ikut ke rumahmu. Lakukan saja tugasmu, dan aku akan urus urusanku sendiri."

"Setuju!"

Next chapter