webnovel

CHAPTER 20

Untuk melepaskan beban pikiran, setiap orang memiliki cara yang berbeda. Salah satunya ialah berendam di dalam Bathtub seperti yang Freya lakukan saat ini.

Karena pada faktanya, berendam bisa mengurangi. Ya, hanya mengurangi saja perasaan stres, pesimis terhadap masa depan, cemas, digantikan dengan prasaan nyaman dan senang ketika berendam.

Freya asik bermain-main dengan busa yang menyelimuti seluruh tubuhnya. meskipun tak bisa dipungkiri pikiran nya masih terbelenggu oleh ancaman Kevan semalam.

" Fre, kamu mandinya masih lama, sayang ? "

teriakan Shofi membuat Freya terperanjat.

" iya, ma. sebentar lagi."

jawab Freya lalu bergegas menyudahi acara berendamnya itu.

tercium aroma musk ditubuhnya ketika ia keluar dari kamar mandinya mengunakan bathrobe.

dan didapatinya Shofi sedang berdiri dihadapannya.

" bergegaslah, Fre. nanti kesiangan masuk kantor. kan tidak enak sama tuan Kevan."

" Kevan ?", Freya mengernyitkan dahinya.

" memangnya kenapa, ma?"

" dia kan bos dikantor mu, sayang."

" oh, ya...ya.. dia kan kedudukannya sama seperti papa."

jawab Freya mencibir.

" berkat Kevan perusahaan papa mu yang sempat terpuruk itu kembali bangkit. banyak tender yang ia menangkan. bahkan para investor asing diperusahaan semakin bertambah. ia sangat berpengaruh, fre."

mendengar itu membuat Freya teringat ancaman Kevan. ia akan membuat perusahaan papa hancur bila dirinya menolak menikah dengannya.

" sial. bisanya cuma mengancam." gumam Freya.

" apa, sayang ? "

" eh, nggak ma. bukan hal penting."

" oke, mama keluar dulu. segera turun lalu sarapan ya. "

kata Shofi beranjak pergi.

sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, pikirannya terus memikirkan sebuah jawaban.

selama ini James selalu memanjakan freya dari kecil. James selalu membiarkan Freya melakukan apa yang ia mau tanpa ada paksaan.

apakah saatnya kini ia harus mengalah demi kelangsungan hidup keluarganya dengan mengorbankan masa depannya ?

***

seperti biasa Emily selalu saja ngerecoki Freya yang membuatnya tidak pernah focus bekerja.

" kamu tau, Fre. sejak Mrs. Larry sedang ke Paris, suasana dikantor ini menjadi lebih santai dan tidak tegang seperti biasanya. "

Freya melirik tajam pada Emily.

" oops !! sorry. aku tau kamu keponakannya."

Emily langsung menutup mulutnya dengan tangannya.

" kembalilah bekerja, Emily. atau aku laporkan Larry nanti."

jawab Freya terkekeh.

Emily mencibir lalu membalikkan tubuhnya kembali ke meja kerja.

" Freya. "

panggil Thomas kemudian.

" Iya, apa apa Thomas?"

" bisakah kamu membawakan berkas laporan ini ke ruangan tuan Kevan ? pekerjaanku masih banyak. tolong ya. "

ingin sekali Freya menolaknya tapi dia tidak enak. walau bagaimanapun ia tetaplah pegawai baru disini. meskipun seluruh penghuni disini tau bahwa Freya anak dari James, tapi tidak ada perlakuan khusus padanya. sama seperti pegawai yang lainnya tetap menjunjung profesionalisme kerja.

" baik lah. mana berkasnya ? "

" ini."

jawab Thomas sambil menyerahkan satu map berkas.

" thanks, Freya."

Freya hanya membalas dengan anggukan.

lalu ia pun berjalan menuju ruangan Kevan. langkahnya terasa berat, ada rasa takut ketika sudah tiba didepan pintu kasa es ruangannya. ingin rasanya membalikan tubuhnya menjauh, tapi tidak mungkin juga kan.

butuh waktu sejenak untuk Freya mengambil nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, diulangi sekali lagi, dan akhirnya diketuklah pintu kandang macan itu.

" iya, masuk." jawabnya didalam sana.

Freya masuk dan berusaha tetap tenang.

melihat Freya, Kevan langsung menghentikan kegiatannya didepan laptop, lalu tersenyum miring sambil menyandarkan punggungnya dikursi kerjanya.

" ini berkas yang anda perlukan dari Thomas, tuan Kevan."

ucap Freya sambil menyodorkan map berkas itu kehadapan ya.

" kalo gitu saya permisi mau melanjutkan pekerjaan yang lain."

Freya pun hendak keluar dari ruang itu namun dihadang oleh Kevan.

Freya merasa ketakutan, perlahan ia mundur untuk menjauhinya namun tubuhnya terpentok oleh dinding ruangan. Kevan menghimpit tubuhnya dengan kedua tangannya bertumpu pada tembok dinding diantara bahu Freya.

" anda mau apa, tuan?" ucap Freya gemetar.

" jangan panggil aku tuan !! " bentak Kevan.

mendengar itu Wajah Freya memucat, tangannya yang menahan tubuh Kevan agar tidak menempel dengan tubuhnya jadi mendadak dingin.

" jawaban kamu apa, nona Freya ?"

suara itu terdengar begitu sangat dekat dengan telinga kanan Freya. bahkan Freya dapat mendengar suara nafas pria itu.

" oke. aku bersedia." lirihnya.

seketika membuat Kevan menyeringai dan bergerak sedikit mundur memberi ruang gerak buat Freya yang tadi dihimpitnya.

" anak baik."

jawabnya sambil mengusap kepala Freya.

" baiklah. sepulang tuan James dari Paris kita akan menikah. "

ucapnya sambil menyandar pada meja kerjanya.

" secepat itu ? ", tanya Freya tampak kaget.

" ya, aku ingin secepatnya hubungan kita sah secara agama dan sipil. aku tidak suka buang-buang waktu berpacaran jika akhirnya putus juga."

Freya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

" dasar pria gila. dan pria gila ini yang akan segera jadi suamiku ? oh no. bahkan ini lebih parah dari Revan. sebrengsek-brengseknya Revan tapi tidak berdarah dingin seperti dia ", umpatnya dalam hati.

" hey, apa kau mendengar ku, Freya ?"

tanya Kevan membuyarkan semuanya.

" oh, iya Revan. "

Kevan tampak menaikkan alisnya sebelah,

" siapa, Revan?"

" hhmm... maksudku Kevan"

kata Freya meluruskan.

" shit !! kenapa bisa salah ucap." umpatnya dalam hati.

" oke, lain kali jangan tertukar lagi. aku bukan Revan, tapi Kevan Mark O'Neill. "

mendengar itu Freya menyempitkan matanya memandangi Mimik wajah Kevan yang terlihat kesal saat dirinya salah menyebut nama. apa Kevan sudah tau siapa Revan ?

Ah, sudah lah. memang kedua nama itu nampak mirip. jadi wajar saja kalau salah nyebut.

" aku ada meeting dirumah sakit satu jam lagi. jadi sekarang kamu boleh pergi. lanjutkan pekerjaan mu dan nanti sore langsung dari rumah sakit aku akan menjemputmu."

ucapnya sambil membukakan pintu untuk Freya.

Freya hanya mengangguk pasrah lalu segera pergi dari ruangan itu.

" apapun yang terjadi, ya terjadilah. aku hanya ingin semuanya baik-baik saja."

gumam Freya seraya berjalan menuju ruang kerjanya.

Next chapter