webnovel

Ilusi Hati

Author: NIXX
Urban
Ongoing · 190.4K Views
  • 16 Chs
    Content
  • 4.8
    17 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Hati itu memang aneh. Terkadang, sudah tau itu menyakitkan, masih saja dijalani. Bahkan, sudah jelas-jelas itu salah, masih saja diteruskan, seolah-olah hati mampu menebarkan sebuah ilusi agar bisa menjerat kita ke dunia fantasi khayalan kita. Dan ini yang sedang terjadi padaku, terjerat oleh ilusi hati, sehingga aku bertindak tolol dan merusak beberapa hati di sekitarku. Tapi ilusi hatiku membuat aku tak bisa lepas. Aku masih ingin terus dan terus mereguk dosa dari ilusi hati ini. Sampai kapan aku terbangun dari ilusi hati? WARNING : * mature content 21+ * pembaca berusia di bawah 18 th dilarang baca ini yah ^^ * bahasa vulgar dan kasar di dialog * bagi yg tidak menyukai bacaan vulgar dan mature, harap tidak perlu baca ini agar tidak terpelatuk! ^^

Tags
3 tags
Chapter 1Ilusi 1

[] Pacar Bejat []

Langkah gontai aku, Nevia Anggita sudah mulai memasuki apartemen yang aku sewa bersama sahabat jaman kuliah aku. Aku, gadis berumur 25 tahun, bersiul-siul santai disertai telunjuk kananku memutar-mutar kunci mobil. Ini sudah lumayan larut malam. 22:34 WIB.

"Nev!" seru perempuan yang kujumpai di ruang tengah sedang menonton televisi saluran luar negeri.

"Hai, beb!" sahutku sembari lemparkan kunci mobil yang kumainkan di telunjuk tadi ke sebuah keranjang kecil dekat meja telepon. Kuhenyakkan pantat ke salah satu sofa di sana.

Wilona, sahabatku, bergerak mendekat ke sisiku. "Jadi tatonya?" Ia menatap antusias ke aku.

"Ho-oh!" jawabku mantap. "Nih!" Aku pelorotkan celana pendek jins biru belelku hingga terlihat paha mulus ala girlband Korea. Boleh dong memuji diri sendiri.

"Wuaahh! Edan! Khehehe!" kekeh Wina—panggilan akrab Wilona—sambil tangannya mengelus paha atasku, di mana terdapat sebuah tato baru. "Keren!" Aku hanya angkat alis akan pujian Wina. "Andai gue juga bisa bikin ginian..."

"Kenapa gak bisa?" Aku turut amati tato baruku. Kalau kalian pernah tau album musik Guns N' Roses, Use Your Illusions II, ada salah satu gambar di sana, di track Pretty Tied Up. Nah, itu yang kugunakan untuk menghiasi paha kanan atas. Alasannya? Keren. Plus, aku juga penggemar lagu-lagu grup band heavy-metal yang hits di tahun 90-an bervokalis Axl Rose tersebut.

Wina mendesah sebentar. "Ah, lu kayak kagak tau aja gimana ortu gue." Ia surut ke belakang, punggungnya bersandar ke sofa.

"Makanya jangan mau lahir di sono, lah!"

"Gilak lu, yee! Mana gue tau bakalan jadi anak mereka!" Wina mencubit lenganku. Yang dicubit malah terkekeh. Iya, itu aku.

"Lagian lu musti bersyukur, beb, lahir di keluarga tajir, gak kayak gue."

"Halah! Udah, deh! Stop bullshit macam tu." Wina kibaskan satu tangannya sambil tergelak. "Eh, hepi-hepi, yuk!"

"Clubbing?" Aku melirik penuh tanya.

Wina mengangguk. "Mumpung besok gue gak ngantor. Anggap aja ini merayakan tato baru elu, shay!"

Aku mendengus geli. "Etdah! Tato baru aja pake dirayain. Tau gini, gue mo bikin tato saban minggu, dah!"

"Hahah! Serah elu, shay! Pokoknya elu besok kagak usah ngantor, yah!" Wina meraih ponsel dia di atas meja, bersiap men-dial.

"Ah, geblek lu! Dikira gue yang punya kantor, apa?!" Kunaikkan lagi celana pendekku.

Wina hanya terkikik tak perduli, lalu tak lama dia sudah mulai bicara di telepon. "Iya, honey. Kamu buruan dateng. Setengah jam cukup, kan?"

Aku bangkit dari sofa. Dari nada mendayu Wina, sudah ketahuan sohibku sedang menelepon kekasihnya. "Gue ke kamar dulu, ganti baju."

Selang sejam lebih, kami sudah ada di sebuah klub malam terkenal. Aku, Wina, dan pacar Wina—Wildan Dimitri. Wina lebih suka clubbing bertiga saja daripada ramai-ramai.

Wildan adalah kakak kelas kami berdua saat di universitas, makanya kami bertiga akrab. Dan Wina menjadikan Wildan pacar karena menurutnya gabungan nama mereka keren : WilWin, atau 'akan menang'—kata Wina.

Terserah, deh!

Ditambah paras tampan Wildan yang sempat populer sebagai idola kampus, membuat Wina makin erat mengukuhkan niat menjadi pacar Wildan. Hubungan mereka sudah berjalan sekitar 3 tahun ini.

Wina bekerja di kantor Cosmopolitan Indonesia, sedangkan Wildan bekerja di kantor Arsitek ternama. Keduanya memiliki masa depan cerah bersama. Apalagi, Wildan sudah didesak Wina untuk segera melamar. Karena Wildan bersikukuh ingin mengumpulkan pundi-pundi uang terlebih dahulu sebelum siap menikahi Wina, maka pria itu melamar sebagai tunangan terlebih dahulu.

Sebenarnya Wina sudah menyampaikan bahwa pihak keluarganya yang akan menanggung semua biaya pernikahan mereka, tapi Wildan berkeras bahwa harus dia yang andil besar mengenai biaya apapun. Ini semua karena menyangkut harga diri lelaki. Wildan tak mau terlalu 'dibeli' oleh Wina dan keluarganya.

Sudah cukup banyak bantuan Wina pada Wildan, makanya dia tak mau menambah beban harga diri lagi tentang biaya pernikahan.

"Ini kita ngerayain tato baru Nevia, honey!" seru Wina keras-keras karena suara musik membahana di ruangan luas tersebut. Kami bertiga sudah duduk di salah satu bilik di lantai atas. Dari bilik itu, kami bisa melihat orang-orang asik berjoget di bawah sana.

"Tato baru?" beo Wildan. "Ckckck." Ia geleng-gelengkan kepala kepadaku. "Masih kurang yang di punggung tangan ama pergelangan tangan, tuh?" Dagunya menunjuk ke arah tato lamaku.

"Hahaha! Bacot lu, ah!" Kuhembuskan asap rokok kuat-kuat ke Wildan. Aku ulurkan tangan kiri, menunjukkan punggung tangan, di sana ada tato simbol logo Fairytail, sebuah anime Jepang kesukaanku. Tato itu berwarna merah muda. Mirip dengan yang dimiliki salah satu karakter utama di anime itu, Lucy Heartfilia. Padahal aku lebih mengagumi tokoh Erza ketimbang Lucy, tapi aku suka tato ala Lucy. Problem?

"Bah! Tato anak kecil!" ejek Wildan dibarengi seringai meledekku.

"Anak kecil apaan, woi!" Aku jelas saja tidak terima.

"Iya, elu! Anak kecil! Doyannya anime. Hahah!" Wildan masih meledek.

"Eh, kampang! Lu apdet soal anime dikit, napa? Anime sekarang justru kagak bagus untuk anak kecil! Anime sekarang isinya mesum, bunuh-bunuhan, mutilasi, ngerti gak elu, pe'ak!" Aku membela diri. "Lu kan mesum, lu tonton gih tuh anime hentai! Wina aja doyan nonton hentai, loh!"

Wina langsung memukul pelan lenganku. "Apaan, sih shay?" Ia terlihat malu aibnya dibuka.

Aku cuma terbahak meski dihujani cubitan Wina yang kesal.

"Trus, itu yang di pergelangan tangan kanan elu, itu dari anime apa?" goda Wildan belum berhenti.

"Eh, goblok! Ini kan logo Guns N' Roses!" Kutunjukkan tato di pergelangan dalam tangan kanan ke Wildan setelah menaruh gelas shot-ku.

Wildan terkekeh. Dia sebenarnya sudah tau, tapi senang saja menggodaku. Bedebah, memang!

"Honey, ayo nge-dance, yuk!" ajak Wina ke Wildan.

"Gih sono lu berdua joget uget-uget kayak biasanya. Gue mo ngecek email kerjaan gue dulu!" usirku sambil kibas-kibaskan tangan ke dua sejoli di depan mata. Aku bekerja di salah satu kantor adversiting, juga kerja sambilan sebagai fotografer kuliner dan terkadang menulis esai di beberapa media massa. Itu masih ditambah online shop yang menjual pernak-pernik berbau anime dan Kpop. Pokoknya apa yang bisa jadi duit cepat dan banyak serta halal, maka akan aku jalani. Ini menandakan aku orang yang gigih, ya kan?

Wina sering geleng-geleng atas banyaknya kerjaanku. Biasanya aku membalas keheranan Wina dengan ucapan, "Gue musti ngumpulin duit untuk gue sendiri biar gue kagak kelaparan, beb. Ortu gue kagak setajir ortu elu."

Dalam waktu setengah jam berikutnya, aku sudah sibuk dengan ponsel, memeriksa beberapa e-mail yang masuk. Ada beberapa pelanggan menanyakan parka dari Hypnosis Mic. Kebetulan fandom itu masih hits belakangan ini, apalagi sejak ada penambahan divisi baru. Ada juga yang menanyakan sweater BTS yang memasang logo Unicef—karena boyband Korea itu pernah diundang untuk berbicara di Unicef.

Aku membalas satu persatu e-mail yang masuk, termasuk e-mail dari rekan kerjaku yang menanyakan kesiapan kerangka iklan yang sedang kami kerjakan.

"Weew!" Wildan sudah kembali ke bilik bersama Wina. "Honey gue teler, nih!" Dia mendudukkan Wina yang mabuk, tak sadarkan diri.

"Lu apain bebeb gue, heh?" selidikku, melirik Wina yang terkapar di atas sofa bilik. Tak bergerak, malah mendengkur halus. Kebiasaan Wina jika mabuk, tidur.

Wildan terkekeh singkat. "Cuma gue kasi dorongan dikit doang, kok!" Lalu pria itu mulai mendekat ke arahku. "Sini kasi liat tato baru lu!" Tangan Wildan sudah menaikkan rok kulit sintetisku hingga paha kerenku terekspos apa adanya. "Humm... mayan bagus."

Aku menoyor dahi Wildan. "Mayan gundul lu!"

Belum sempat aku menurunkan rok yang dikesiap Wildan, pria itu sudah mendaratkan ciumannya ke tato baruku. Maka, aku cuma putar bola mata melihat aksi mesum Wildan.

Selanjutnya, kami berdua sudah saling belitkan lidah masing-masing dalam cumbuan panas. Tak pelak, Wildan memaksa pulang karena dia sudah tak tahan.

Sesampai di apartemen, usai merebahkan Wina ke kasur, Wildan asik bergulat dan bergumul bersama aku di kamarku, di sebelah kamar Wina.

Kami membara dengan birahi masing-masing. Aku tak ragu-ragu melenguhkan libido, meski Wina ada di kamar sebelah. Aku yakin sahabatku itu takkan terbangun meski ada bom meledak sekalipun, karena tabiat mabuk Wina memang begitu.

"Haanghh! Brengsek lu, Wil—anghh!" Damn! Aku terus menjambak rambut Wildan ketika pria itu tak berhenti memulas titik erotis kewanitaanku menggunakan lidah agresifnya. Dia sangat paham bagian-bagian yang membuatku 'gila'.

Tak sampai sepuluh menit, Wildan sudah memacu batang jantannya ke liang basahku dalam berbagai posisi, hingga 33 menit berikutnya kami tumbang di kasur sembari terengah-engah.

Setelah Wildan berhasil menormalkan laju napasnya, ia menoleh ke samping, ke aku yang terpejam masih tersengal-sengal. Ingin mengatakan sesuatu, namun urung. Ia pandangi wajahku sambil senyum.

Bagai tau tengah diamati, aku buka matanya dan memang mendapati Wildan sedang memandangiku. "Apaan?"

"Lu cantik banget saban abis gue tohok," puji Wildan.

"Brengsek lu!" Aku pun bergulir memunggungi Wildan, tak perduli pantatku segera diremas Wildan. Dan belahan kewanitaanku juga dielus dari belakang. "Dasar pacar brengsek."

Kekehan meluncur dari mulut Wildan. "Khehehe! Pacar siapa, nih? Pacar lu?"

"Dih! Najis!" elakku tanpa berniat menghentikan ulah nakal tangan Wildan pada kewanitaanku. Bahkan aku juga enggan menoleh ke belakang. "Gue ogah yak punya pacar bejat gak setia kayak elu!"

Tawa Wildan makin jelas meski sebentar. "Tapi kan elu dah kayak pacar gini, sayang..." bisik Wildan di belakang telingaku. Sekarang tangannya diarahkan ke depan tubuhku, meremas bongkahan padat penuh di dadaku.

"Lu bukan pacar gue, gublu! Lu cuma sex buddy gue doang! Itu aja gegara elu ngemis-ngemis mulu."

Wildan tak hiraukan kalimat pedasku. Dia malah kian giatkan aksi tangannya. Kemudian balikkan tubuhku menjadi telentang. "Tapi gue cinta elu, sayang."

"Brenti panggil sayang ke gue, jijik dengernya. Kayak om gadun aja lu! Cih!" Aku memandang jijik ke Wildan. "Dan elu... lu cuma cinta bodi gue doang, gue tau itu. Lu tu bajingan maruk, tauk! Wina juga seksi, yekan? Masih aja lu gak puas."

Wildan senyum kecil. Tanpa acuhkan ucapan sengitku, dia pun kembali gulirkan lidahnya ke benda mungil paling sensitive milikku di bawah sana, hingga aku kelojotan saking nikmatnya. SHIT!

Setelah berhasil mengocok liang basahku menggunakan dua jari dibarengi lidah terus menindas erotis di bagian sana, aku pun menyerah dan semburkan cairan spesialku.

Usai begitu, Wildan bangkit memburu bibirku untuk ia cumbu. Aku memaki-maki. "Bedebah—mmpghh! Itu—ermffhh—bekas—ummchh!"

Wildan tertawa dalam cumbuannya. Dan setelah puas menggoda, ia kembali lesakkan batang jantannya ke liang hangatku dan memacu selama lima belas menit lebih sebelum akhirnya kembali semburkan peluru cair ke dalam sana.

Selang 24 menit berikutnya, Wildan pun pulang ke apartemen dia sendiri.

Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil, dia pasti sedang asik mengingat-ingat momen intimnya tadi bersamaku. Dasar lelaki brengsek.

Ini memang bukan pertama kali kami melakukan begitu di belakang Wina. Ia sudah menyukaiku sejak lama. Bahkan semenjak belum mengenal Wina.

Itu sih pengakuan dari Wildan padaku.

Aku adalah adik kelas Wildan di SMA. Dari acara MOS, rasa suka itu pun lahir, meski aku tak tau. Wildan hanya memendam cintanya pada sang adik kelas, yaitu aku.

Dan ia tak mengira bakal bertemu denganku di universitas. Harapannya kembali muncul dan kian bertambah subur begitu dia berhasil mendekatiku meski harus berkedok menjadi pacar Wina. Bisa dikatakan alasan dia menerima cinta Wina adalah agar bisa dekat denganku. Ini aku ketahui karena Wildan sendiri yang cerita ke aku.

Brengsek? Mungkin.

Bangsat? Bisa dibilang demikian.

Wildan patut bersyukur karena setelah upaya dia berpuluh kali merayuku akhirnya bisa juga dia menaklukkan aku, meski dari awal, aku menetapkan hubungan kami hanya atas dasar sex buddy, tidak lebih.

Meski ingin protes, Wildan telan saja keputusan sepihak dariku. Asalkan dia bisa terus bersamaku, tak masalah apapun status kami. Ditambah Wina yang terus menempel Wildan, pria itu makin tak berkutik. Ia tadinya sudah memantapkan niat memutus hubungan dengan Wina, namun aku mencegah dengan berbagai pertimbangan.

Apalagi Wina sudah terlalu sering membantu Wildan dalam hal financial, termasuk membantu biaya operasi tumor ibunda Wildan. Dia tambah tak berani memutuskan Wina.

Maka, hubungan terlarang antara dia dan aku hanya bisa dijalankan diam-diam saja semenjak aku ada di tahun akhir kuliah.

Aku sendiri tak kalah merasa bersalah ke Wina karena sudah tega berbuat gila dengan pacar sahabat sendiri. Sayangnya, kewarasan nuraniku terkalahkan oleh bujuk rayu Wildan. Aku terbuai dan terhanyut, meski terus bersikeras hubungan kami tidak lebih dari having fun saja.

Jiwa bebasku lebih mendominasi keputusan yang kubuat. Apalagi aku akui, aku tipe seenak dengkul. Aku hanya menganggap, selama janur kuning belum melengkung, maka tak masalah aku sering tidur dengan Wildan tanpa sepengetahuan Wina. Konyol. Sekaligus gila dan bejat di mata siapapun yang tau, pastinya.

Aku mengakui, kok!

Sejak aku menjadi sex buddy Wildan, sejak itu pula aku mengenal suntik KB. Aku tidak ingin tolol dengan sebuah kehamilan yang tidak perlu. Dan karena Wildan juga melakukan kegiatan intim pula dengan Wina, maka aku terkadang tidur dengan pria lain yang menarik hati. It's my prerogative!

Wildan tau, dan ia pernah memprotes, meski dibantah dan makin aku hina. "Elu berani protes karena gue ngentot ama orang lain?! Lah, elu aja ngentot ma Wina. Bahkan gue gak tau ama siapa lagi elu selain ke gue ama Wina."

Dengan serangan kalimat demikian, biasanya Wildan surut dan diam, walaupun hatinya sangat tidak bisa menerima. Tapi mau bagaimana lagi? Dia juga melakukan itu dengan Wina, entah karena aji mumpung, atau paksaan Wina.

You May Also Like

Setelah Bercerai, Keluarga Besar yang Berkuasa Menyambutnya Kembali ke Rumah!

Setelah Tan Ming hamil, suaminya menyerahkan surat cerai padanya. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Tan Ming masih merupakan anak yatim piatu yang tidak ada yang menginginkan. Orang tua angkatnya mengadopsinya dari panti asuhan karena mereka kesulitan memiliki anak sendiri. Namun, nasib sial Tan Ming tidak berubah karena hal itu. Dalam waktu satu bulan, ibu angkatnya hamil. Setelah adiknya, Tan Si, lahir, Tan Ming menjadi orang yang paling tidak disukai di keluarga. Sejak kecil, dia harus mengalah pada Tan Si dalam segala hal. Orang tuanya hanya menyukai Tan Si karena Tan Ming bukan anak biologis mereka. Tiga tahun lalu, Keluarga Tan memaksanya menikah dengan seorang pria yang koma demi kepentingan bisnis mereka. Selama dua tahun penuh, Tan Ming hidup sebagai seorang janda. Hingga setahun yang lalu, ketika suaminya yang koma tersebut bangun secara tidak terduga, Tan Si jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kali ini, Tan Ming memutuskan untuk tidak mengalah lagi. Dia dengan tegas berusaha memutus hubungan dengan Keluarga Tan. Namun, dia tidak menduga bahwa pada akhirnya dia akan dihadapkan dengan surat cerai. Untuk kepentingan anak-anak dalam kandungannya, Tan Ming dipaksa oleh suaminya untuk menandatangani surat-surat tersebut. Ketika anak-anaknya lahir, ayah biologis mereka sedang menemani wanita lain untuk tes kehamilan. Saat dunia Tan Ming berada dalam kegelapan terdalam, kerabat kandungnya muncul. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya hingga Keluarga Tan pun memandang mereka dengan hormat, dan mereka menyambutnya kembali ke rumah! Setelah kembali ke rumah, dia tidak lagi menjadi anak yang tidak diinginkan. Tidak hanya dia memiliki orang tua yang memanjakannya, tetapi dia juga memiliki tiga saudara laki-laki yang sangat memperhatikannya! Kemudian, mantan suaminya menyesali keputusannya dan datang untuk meminta maaf secara langsung. "Tetap jauh dari hidupku," kata Tan Ming.

JQK · Urban
Not enough ratings
366 Chs

Genius Wife & Superstar Husband

[ Completed Novel ] Aku akan menikahimu dengan satu syarat: Pernikahan kita harus dirahasiakan! Carolina Akai adalah seorang mahasiswi yang tidak sengaja memasuki kamar hotel lain ketika sedang berpesta dengan teman-temannya. Di dalam kamar itu, dia tidak sengaja melakukan cinta satu malam. Awalnya Carolina berpikir dia tidak akan menemui pria berambut merah itu lagi, tapi siapa yang mengira bahwa pria berambut merah itu adalah CEO sementara perusahaan tempat dia akan melakukan magang? Dan yang lebih parahnya lagi, pria itu ternyata adalah Aktor Korea Selatan, membuat kehidupan kampus Carolina yang tadinya tenang, kini dikelilingi oleh fans-fans pria itu yang ingin meminta bantuannya! Ethan Nam sama sekali tidak mengira dia akan bertemu dengan wanita yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menggodanya di kantor milik papanya! Melihat wanita itu yang berpura-pura tidak mengenalnya setelah mereka menghabiskan malam yang begitu menyenangkan, Ethan merasa kesal dan terus memanggil anak magang itu ke ruangan miliknya. Tiba-tiba Ethan mengetahui bahwa anak magang itu ternyata hamil setelah apa yang mereka lakukan dan bersedia untuk bertanggung jawab dengan menikahinya. Tapi bukannya Carolina langsung setuju dan berterima kasih karena Ethan mau bertanggung jawab, wanita itu memberikan syarat bahwa dia akan menikahinya jika pernikahan mereka dilakukan secara rahasia? Kira-kira bagaimanakah kehidupan pernikahan Ethan dan Carolina yang terjadi karena sebuah kecelakaan? Apakah pernikahan itu akan berlangsung lama? Lalu kenapa Carolina ingin merahasiakan pernikahan mereka? Bagaimana dengan karir Ethan yang merupakan seorang aktor di Korea Selatan? Apakah karirnya akan baik-baik saja ketika dia memutuskan untuk menikah padahal dia adalah aktor yang baru terkenal? *** Perhatian! Dalam beberapa bab ada konten dewasa, di awal-awal cerita tidak terlalu vulgar (?) tapi di akhir-akhir mulai ada vulgarnya xD Diharapkan para pembaca bijak dalam membaca! Cek ceritaku yang lain yang berbahasa Indonesia: 1. Genius Wife & Superstar Husband 2. Kisah Cinta Vampir Wanita

FallenAngel4869 · Urban
4.9
676 Chs

Lolos dari Mantan, Diculik oleh Saingannya

Selama tiga tahun terakhir, Ariana Ari Harlow telah memberikan segalanya untuk suaminya. Mereka menikah karena saudara perempuannya memilih untuk lari pada malam pernikahan, karena ia percaya rumor bahwa Nelson Corporation bangkrut. Ari mencintai Noah sejak usia 16 tahun, ia pikir ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Namun, dia tidak tahu bahwa saudara perempuannya telah menggali perangkap untuknya, dan ini bukan awal kehidupan baru, melainkan neraka baru baginya. Ia terpaksa menghentikan pendidikannya sebagai dokter karena Nyonya Nelson yang terhormat tidak bisa memiliki tangannya tertutupi darah. Ari menyetujuinya. Untuk Noah, ia menjadi istri yang sempurna yang merawat mertua dan suaminya. Namun, yang menanti dia tidak lain hanyalah penghinaan, suaminya malu padanya dan ibu mertuanya berpikir bahwa saudara perempuannya, Ariel, lebih cocok untuk anaknya. Namun, Ari bertahan. Dia berpikir suatu hari dia akan dapat menghangatkan hati suaminya. Namun dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya! Patah hati, Ariana memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, tapi entah bagaimana dia malah terlibat dengan Nicolai. Musuh dan saingan suaminya. Mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun Nicolai tampaknya tidak peduli dengan rintangan yang menumpuk di hadapan mereka. Bahkan, dia bertekad untuk masuk ke dalam kehidupan Ari dan membakarnya. Dalam keadaan mabuk, suatu kali dia memegang lehernya mendekat ke dinding pub kumuh, “Kau boleh menyangkal sebanyak yang kau mau, putri, tapi kau menginginkanku.” Matanya melirik dada Ari yang naik turun dan matanya semakin gelap, merahnya tampak tak terkendali, posesif seolah dia ingin mencabik jiwa dari tubuhnya dan menyematkannya ke dalamnya sendiri. “Taruhan jika kupandang, kamu akan basah untukku.” Panas membara di pipi Ariana saat dia mendengus, “Diam.” “Buat aku,” kata Nicolai saat dia menumbukkan bibirnya di bibirnya. Ciumannya membakar jiwa Ariana, dan kehangatannya menyengat kulitnya setiap kali mereka bersentuhan. Ia berpikir bahwa kesalahan terbesarnya adalah terlibat dengan Nicolai. Namun, Ari segera menyadari dengan cara yang sulit, Secara harfiah, diinginkan oleh mimpi buruk seindah itu jauh lebih buruk daripada sebuah kesalahan. Dan situasi menjadi rumit ketika suaminya menemukan kebenaran tentang segalanya. “Temak hatiku, Ari,” kata Noah saat dia menempatkan moncong pistol di mana hatinya berada. “Karena hidup tanpa kamu adalah hidup yang tidak kuinginkan, jadi tembaklah aku atau kembalilah. Aku memohon padamu.” Sekarang Nicolai telah memberinya pilihan, akankah Ari jatuh cinta dengan dia dan melompat ke dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya? Atau akankah dia kembali ke suaminya, Noah, yang telah ia cintai sejak ia berumur 16 tahun? Dan akankah Ariana menghindari bahaya yang mengintai dalam kegelapan, menunggu dia untuk melakukan kesalahan dan kehilangan segala sesuatu yang berharga baginya? Akankah dia menemukan kunci dari semua rahasia yang mengikat dirinya dengan Noah dan Nicolai serta takdirnya yang rumit? ******* Potongan: “Ini semua tentang uang, bukan? Ambil itu dan hilang,” Dia berteriak sambil melemparkan kartu hitam ke wajah Ariana. Ariana tidak percaya dengan telinganya ketika dia mendengar suaminya atau calon mantan suaminya menghina dia seperti ini. Tiga tahun. Ariana Harlow memberikan Noah Nelson, tiga tahun dan namun ketika dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya yang lebih tua, Ariel—— ini yang dia katakan kepadanya. “Saya akan menceraikanmu,” Ari menyatakan dan pergi. Dia pergi tanpa sepeser pun tetapi Ari tersandung ke Nicolai. Musuh dan saingan suaminya, pangeran Mafia kota Lonest, bajingan terkenal karena kecenderungan kekerasannya. Pertemuan malang itu meletakkan dia di jalur Nicolai, dan begitu saja dia menatapnya. Pertama kali mereka bertemu, Nicolai memintanya untuk mengundangnya makan malam. Kedua kali mereka bertemu, dia memberinya sejuta dolar. Ketiga kali mereka bertemu, dia menyatakan, “Kamu akan terlihat bagus di pelukanku, bagaimana menurutmu putri?” ********

fairytail72 · Urban
Not enough ratings
386 Chs