"Apa yang kau inginkan dari foto itu? Kau ingin uang? Akan kuberikan cek, kau bisa menulis nominalnya sendiri"
"Tidak" Bobby mendekatkan wajahnya ditelinga Jane dan berbisik "aku menginginkanmu Jane"
"Apa maksudmu?" Mata Jane menyipit bingung menginginkan yang bag-
"Tubuhmu, aku menginginkanmu" jawab Bobby tegas.
Bagaimana mungkin hal ini terjadi?!
Oh Tuhan!
Apakah ini hukuman-Mu karena Jane tidak pernah mengingat-Mu?!
Bagaikan petir yang menyambar disiang bolong, belum selesai rasa syoknya karena ia harus satu kantor dengan laki-laki sialan ini, dan sekarang ia harus berhadapan dengan laki-laki ini lagi yang meminta tubuhnya?!
Tidakkan hukuman Alex saja sudah cukup menyusahkannya?!
Mengapa harus ditambah dengan lelaki brengsek didepannya ini?!
Ingatkan Jane untuk pergi beribadah besok untuk meminta pertolongan Tuhan karena sepertinya semua makhluk di bumi ini sangat senang untuk menghukumnya dan membuatnya susah.
'Brengsek!! Laki-laki sialan! Keparat biadap kau Bobby' tidak ada yang bisa Jane lakukan selain memaki Bobby dalam hati karena jika saja dia mengumpat sekarang bisa-bisa Bobby akan melakukan tindakan bodoh dengan menyebarkan fotonya dan pasti kali ini Alex-kakak Jane akan membunuhnya.
Bobby menenggelamkan wajahnya diceluk leher Jane menghirup aroma harum tubuh Jane yang membuatnya candu, mencumbu bagian sekitar telinga dan leher Jane.
Dan tiba-tiba "Akhh~~" Jane tanpa sadar melenguh, sialan benar-benar gila cara Bobby menyentuhnya sungguh terasa sangat berbeda dari laki-laki yang pernah menyentuhnya.
Bobby tersenyum senang, desahan Jane adalah yang terbaik. Bobby terus melancarkan aksinya, tangannya menyentuh payudara Jane yang masih terbungkus rapi kemejanya.
Untung saja Bobby sudah paham betul seluk beluk dimana saja CCTV kantornya dan diruangan ini atau lebih tepatnya disetiap ruangan rapat memang tidak dipasang CCTV dan hal ini membuat Bobby aman untuk melancarkan aksinya.
"Mendesahlah, suaramu sexy baby"
Seakan baru sadar, lah dari tadi kemana aja Jane? Dia-Jane tidak membiarkan hal ini semakin jauh, Jane mendorong tubuh Bobby membuat Bobby terkejut lalu menghentikan aksinya.
"Ada apa?" Bobby bingung mengapa Jane ingin berhenti bukannya dia-Jane menikmatinya?
"..."
"Kau menikmatinya akui saja"
"Hentikan Bobby, ini dikantor dan aku atasanmu disini"
"Tapi kau pernah mendesah dibawahku dan sekarangpun sama"
BUGH
Satu pukulan mendarat diwajah tampan Bobby membuatnya kesakitan, aset berharganya dipukul keras oleh Jane. Kenapa wajah aset berharga? Tentu saja Bobby itu idol bukan hanya suara yang menjadi aset perusahaan tapi dia menjual wajahnya juga untuk menarik perhatian.
Jane merapikan baju dan roknya yang kelihatan sedikit kusut.
"Aw! Kau kejam! Ini aset perusahaan kau tahu!" Sambil memegangi wajahnya yang terasa sakit. Bayangkan saja Jane itu pintar dalam hal pukul memukul orang.
"Kau deng-"
Cklek
(Suara pintu dibuka)
Jane dan Bobby terpaku, masih dengan Bobby yang memegangi wajahnya.
"what's wrong with you B?" Kali ini yang masuk keruangan adalah manager Bobby diikuti Lin dibelakangnya.
Belum sempat Bobby menjawab Jane sudah menyambar duluan "Aah dia terjatuh dan aku mencoba melihat lukanya tapi dia tidak ingin kubantu" jelas bohong Jane asal bicara, Bobby menatap tajam Jane tidak percaya itu alasan terbodoh yang pernah didengarnya.
"Bobby seharusnya kau menjaga dirimu, pembuatan MV mu akan dilakukan 1 minggu lagi, jika kau seperti ini bisa-bisa semua persiapan harus ditunda" ceramah yang menjengkelkan ditelinga Bobby, sungguh menyebalkan, kali ini manager Bobby berbicara menggunakan bahasa kerajaannya membuat Jane tidak mengerti tapi Jane tahu pasti melihat dari ekspresi mereka, terlihat jika Bobby sedang dimarahi sekarang.
"Sebaiknya sekarang kau bawa dia keruang kesehatan, kurasa dia membutuhkan itu" lanjut Jane tanpa dosa malah tersenyum kearah manager Bobby yang terlihat kesal dengan anak asuhnya.
"Baiklah terima kasih Mrs. Atres"
"Tidak perlu memanggil nama keluargaku seperti itu, cukup Jane saja"
"Baiklah Mrs. Jane, sekarang kami akan pamit, sekali lagi terima kasih" tidak ada balasan dari Jane, dia hanya bergumam "hm" dan tersenyum hangat kearah manager.
'Sialan! lihat saja nanti' gerutu Bobby ketika melihat senyum kemenangan dibibir tebal Jane, kemudian dia-Bobby bersama managernya berlalu meninggalkan Jane dan Lin diruangan.
"Apa yang kau lihat Lin? Hentikan tatapan menyebalkanmu itu aku tidak suka, aku akan keruanganku sekarang" tanpa menunggu kalimat balasan Lin yang menatapnya curiga, dia melangkah keluar ruangan disusul Lin dibelakang menunjukkan arah dimana ruangan barunya.
Apa kabar Bobby? Dia sedang tersiksa karena sesak diselangkangannya little-B sudah bangun dan harus menyelesaikan masalah ini sendirian dikamar mandi. Poor Bobby.
..
"Ini sudah malam Jane, sebaiknya kita pulang dan menyelesaikan ini besok atau hari senin pun tidak masalah"
Benar saja ini sudah pukul 8 malam dan Jane masih sibuk mengutak-atik laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaannya hari ini.
"Kau duluan saja Lin, aku akan menyusul pulang" masih terus menatap layar persegi didepannya.
"Tapi ini su-"
"Tidak, aku akan menyelesaikannya malam ini, aku tidak mau jika besok hari liburku terganggu karena berkas sampah-sampah ini, kau pulanglah duluan, aku tidak mau kau menungguku, aku ini sudah dewasa"
"Hm, baiklah jika begitu tapi ketika selesai kau harus segera pulang"
"Hm" gumam Jane malas, kemudian Lin segera keluar ruangan Jane untuk kembali keapartemen mereka.
..
Sudah sekitar 2 jam lamanya Lin meninggalkan Jane sendirian yang berkutat pada berkas-berkas menyebalkan ini, tepatnya sudah pukul 10 malam, Jane memutuskan untuk pulang dan disinilah sekarang ia sudah berada diparkiran, pekerjaannya sudah selesai dan besok adalah jadwal bermalas-malasan untuknya.
"Sialan! Kenapa ban mobilku bocor!" Jane menendang-nendang ban mobilnya kesal.
"Aku yang membocorkannya" sahut laki-laki yang berada disebrang mobilnya.
"Kau?! Sialan!" Teriak Jane kesal bukan main.
"Ayo aku antar pulang, cepatlah ini sudah larut malam"
"Ini semua karenamu brengsek! Kau membuat ban mobilku bocor! Dan aku tidak bisa pulang!"
"Maka dari itu aku bertanggung jawab mengantarmu pulang Jane" Laki-laki yang sangat dikenali wajahnya diingatan Jane walaupun menggunakan hoodie, masker dan kacamata, dia tahu itu Bobby, memang siapa lagi? Bobby berjalan menghampiri Jane dan tersenyum hangat pada wanita yang sedang marah didepannya.
"Ingin kupukul lagi?"
"Pukul saja, ada CCTV disini dan kau akan ketahuan menganiaya artismu sendiri"
"Tapi kau yang membocorkan ban mobilku dan aku bisa membela diriku untuk itu"
"Silahkan saja, yang membocorkan ban mobilmu bukan aku tapi orang lain aku yang menyuruh mereka" Bobby tersenyum senang bukan main melihat Jane yang sedang marah didepannya terlihat begitu menggemaskan.
"Kau Sialan Bobby, ak-"
"Berhenti bicara, masuklah kemobilku atau kau mau foto kita beredar dimajalah? Atau dikoran? Televisi? Info gosip atau artikel? Semuanya terdengar bagus, kau tinggal memilihnya saja" jelas Bobby yang malah membuat Jane semakin membencinya.
Bobby berbalik menuju mobilnya dengan rasa jengkel Jane menghentakkan kakinya marah mengikuti Bobby berjalan kearah mobil Bobby yang ada diseberang mobilnya.
Bobby membukakan pintu mobil untuk Jane "silahkan masuk my princess" kemudian tersenyum manis diakhir kalimatnya.
"Cih aku tidak sudi jadi princess mu" kemudian masuk kedalam mobil dengan wajah ditekuk sebal dan wajah itu malah menaikkan semangat Bobby untuk semakin menggoda Jane.