Nara celingak - celinguk mencari sosok Vino. Tapi tidak menemukan keberadaannya di mana, "Dasar pengecut!" umpat Nara. Nara tidak sadar kalo Vino sedang berada tepat di belakangnya sekarang.
Vino lalu menepuk pundak Nara. Nara yang refleks langsung menoleh kebelakang. "Loe nyariin gue, Nat? Gue pasti datanglah. Siapa yang loe bilang pengecut?" Kata Vino sambil terus menatap Nara dengan tatapan mengejek.
Nara hanya tersenyum, "Akhirnya loe datang juga! Gue kirain loe bakalan gak berani datang."
'Sialan nih cewek! Sisa bisanya bilang gue pengecut.' Batin Vino dengan emosi yang tertahan.
"Menurut gue janji itu harus ditepati. Karena gue gak mau punya hutang sama loe! Oh iya, congrats ya atas kemenangan loe!" Ucap Vino sambil mengulurkan tangan kepada Nara.
Kemudian Nara menerima uluran tangan dari Vino. "Thanks, Vin!" jawab Nara singkat.
Dari kejauhan Devan yang sedang mencari sosok Nara berhasil menemukannya. Devan pergi berjalan kearah Nara dan Vino. "Loe disini, Vin? Gue cariin loe daritadi," ucap Devan sambil merangkul Vino.
Nara dan Vino langsung menatap Devan. "Oh iya, Nat. Kenalin ini teman gue Devan, Dev ini kenalin Nat," lalu Devan mengulurkan tangannya. "Halo gue Devan. Oh iya, selamat ya loe sudah menang hari ini. Gue kagum banget tadi melihat balapan loe. Nasib gue sama dengan Vino sama - sama dikalahkan sama loe," ucap Dev sambil tersenyum.
"Gue, Nat. Iya thanks. Loe juga bagus tadi balapannya. Itu semua karena keburuntungan aja," ucap Nara cuek.
Sekarang mata Nara menuju kearah leher Devan. Sejak dari tadi Nara sangat merasa familiar dengan kalung yang Devan gunakan. Memang sejak kejadian pada malam itu, Devan selalu memakai kalung cewek yang ingin segera ditemukannya itu. 'Kalung itu? Kayaknya punya gue lah. Tapi kok bisa ada sama cowok ini,' batin Nara.
Nara ingin sekali menanyakan hal itu kepada Dev langsung. akan tetapi tiba - tiba banyak para fansnya yang berdatangan. Sehingga Nara sudah kesulitan untuk melihat Dev.
Dev juga sedang didatangi para cewek cewek cantik yang centil. Dev berlari untuk menghindari mereka semua. sambil nafas yang terasa sangat tengah - tengah, Dev sekarang berhasil kabur dari mereka. 'Sialan! Padahal gue masih ingin mengobrol dengan Nat.'
Nat juga masih ingin menanyakan kepada temannya Vino tadi yang bernama Devan tentang kalung tersebut. Tapi sudah keburu Devan kabur karena didatangi fans - fansnya.
'Gue sangat yakin itu kalung gue. Pantesan gue cari kemana - mana gak ketemu.' Batin Nara.
"Vin gue bisa minta nomor hape teman loe tadi gak?" Tanya Nara sambil memegang hapenya.
"Maksud loe, Devan ya? Kenapa loe tertarik sama dia? Gue kirain loe cewek gak normal, Nat." Ledek Vino dengan muka mengejek.
"Sialan loe! Maksud loe apa bilang begitu! Udah buruan kirim nomor hape teman loe tadi. Gue ada urusan dengan dia," ucap Nara lalu memukul keras lengan Vino.
"Awwww.....!! Sorry, Nat. Gue keceplosan! Habisnya loe tomboy banget sih jadi cewek. Kemana - mana selalu pake topi rambut tidak pernah panjang. Selalu pendek sebahu. Mungkin pun gak ada cowok yang berani untuk deketin loe, pada takut semua sama loe!" Ucap Vino jujur.
"Gue gak butuh ocehan loe itu! Ikut gue ke suatu tempat. Gue gak bisa lama - lama berada disini." ucap Nara yang langsung mendapatkan anggukan dari Vino.
"Kita mau kemana sih, Nat?" Tanya Vino yang merasa mulai dipermainkan oleh Nara.
"Udah loe jalan aja! Jangan banyak tanya. Bawel banget sih loe jadi cowok," ucap Nara ketus.
'Sial banget gue harus ngikutin nih cewek! Mana judes banget lagi. Tahan Vino tahan.' Batin Vino.
Sekarang mereka sedang berada di depan perusahaan Papanya Nara. Dengan saksama Nara memperhatikan sekitar lalu turun dari mobil. "Loe tunggu gue disini. Gue ada urusan sebentar," lalu Nara segera berjalan ke dalam.
Nara sangat ingin membuat perhitungan dengan Papanya. Karena Papanya juga jarang pulang, sekalinya pulang malah mukuli Mamanya.
Nara terus berjalan sampai memasuki ruangan Papanya. Dia bahkan tidak perduli dengan terikan dari sekretaris Papanya yang bilang tidak masuk seenaknya seperti itu. "Mbak Nara gak bisa masuk karena di dalam sedang ada rapat," teriak sekretarisnya yang tidak dipedulikan oleh Nara.
Sekretarisnya berusaha untuk menahan dan menghalang Nara supaya tidak masuk. Tapi tenaga Nara terlalu kuat sehingga sekretarisnya yang berusaha untuk menahan dirinya terjatuh. Secara bersamaan pintu ruangan Papanya terbuka. Nara kaget melihat hal yang sedang terjadi di dalam ruangan Papanya.
"PAPAAA!" Teriak Nara.
Papanya juga kaget melihat Nara yang tiba - tiba muncul seperti itu. "Kamu mau ngapain kesini? Pergi kamu dari sini," usir papanya Nara dengan emosi yang membara.
"Oh! Jadi begini kelakuan Papa di belakang Mama! Aku gak akan pergi dari sini! Siapa cewek murahan ini? Dasar pelacur!" Ucap Nara lalu berjalan mendekati Papanya dan wanita selingkuhannya itu. Nara lalu menampar keras tepat di pipi wanita itu.
Papanya berusaha untuk menghalangi Nara, tapi tidak berhasil. "Dasar anak tidak tau diuntung. Sudah syukur saya masih mau nerima Mama kamu yang murahan itu. dengar ya Mama kamu juga tidak ada bedanya dengan wanita ini. Cepat pergi dari sini!" Bentak Papanya.
Nara yang kaget setengah mati dengan apa yang barusan dikatakan oleh Papanya. 'Apa? Mama dulu sama seperti wanita ini? Gak, gak, gak! Itu pasti tidak mungkin.' Nara sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Aku kesini hanya ingin membuat perhitungan sama Papa! Kalo sampai Papa berani - beraninya nyakitin Mama lagi, aku tidak akan segan segan untuk menghancurkan Papa. Ingat itu!" ucap Nara dengan nada yang mengancam.
"Anak kemarin sore berani untuk mengancam saya? Dengar ya, saya tidak takut dengan ancaman kamu. Kalo kamu mau laporkan saya laporin saja!" Ucap Papa Nara dengan tertawa mengejek kepada Nara.
"Oke! kita lihat saja nanti. silahkan lanjutkan kegiatan menjijikkan kalian." ucap nara lalu segera pergi dari sana.
Papanya Nara sudah sangat emosi mendengar ucapan dari anaknya itu. "dasar anak sialan! tidak beguna!" teriak Papanya Nara.
Nara dengan penuh emosi berjalan menuju mobil. Lalu masuk dengan muka yang tidak bersahabat sama sekali. "Jalankan mobilnya. kita sekarang menuju rumah gue," ucap Nara singkat.
Vino yang sangat mengerti dengan apa yang terjadi tidak berani bertanya. Vino hanya mengikuti arahan yang diberikan oleh Nara kepada dirinya. Sesekali Vino menatap Nara dari kaca spion mata Nara mulai memerah berusaha untuk menahan tangisannya. 'Cewek tomboy kayak dia bisa sedih juga ya.' Batin Vino.
Sesampainya di rumah Nara. Nara langsung menyusun semua barang - barangnya dan Mamanya. Nara sudah memutuskan untuk segera keluar dari rumah ini. Nara sudah bertekad untuk mencari tempat tinggal baru untuk dirinya dan Mamanya tinggalin.
"Loe mau kemana sih, Nat? kok loe bawain semua barang barang loe." tanya Vino penasaran.
"Itu bukan urusan loe, Vin. Mendingan loe bantuin gue masukkan semua barangnya ke bagasi mobil," jawab Nara ketus.
"Oke!" Kata Vino singkat.
Setelah selesai mengepak semua barang - barangnya, Nara dan Vino pergi meninggalkan rumah itu.
"Bantu gue cari rumah kontrakan. kalo bisa yang dekat dengan kampus kita," ucap Nara sambil menatap Vino.
"Bentar deh, gue tanyain sama teman teman gue dulu ya," ucap Vino lalu segera menghubungi teman temannya.
"Tadi gue udah ada share di grup dan di media sosial gue. Nanti kalo udah ada kabar akan segera gue kabarin. Jadi sekarang kita mau kemana?" Tanya Vino.
"Gue juga gak tau kita mau kemana. Terserah loe aja deh," ucap Nara sambil mengangkat bahunya.
"Lah, gue mana tau loe maunya kemana? Loe belum makan kan? Gimana kalo kita cari tempat makan aja dulu. mana tau nanti gue sudah dapat info dari teman teman gue. Loe mau gak?" Tanya Vino.
"Terserah loe," ucap Nara singkat.
Sesampainya di tempat makan yang sudah dipilih oleh Vino, mereka berdua segera memasuki Restoran itu yang kata Vino disini makanannya sangat enak - enak dan menggugah selera.
Tapi tidak untuk Nara yang sekarang perasaannya sedang di campur aduk. Nara masih sangat tidak terima melihat Papanya yang tega selingkuh dibelakang Mamanya. Sedangkan Mamanya mendapatkan perlakuan kasar dari Papanya.
Nara tidak memiliki nafsu makan. Dia hanya mengaduk - aduk makanannya. Vino yang menatapnya langsung berkata, "Itu makanan untuk dimakan! Bukan untuk diaduk - aduk."
Tapi Nara tidak mempedulikan perkataan Vino sama sekali. Nara hanya menatap tajam lalu melanjutkan lagi aksinya.
Vino hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya aja. 'Dasar nih cewek aneh banget! Gue kok mau mau aja ya nuruti semua kemauan nih cewek.'
Vino sudah mendapatkan sebuah informasi tentang rumah kontrakan yang sedang dicarinya. "Nih, gue baru dapat info dari teman gue tentang rumah kontrakan yang sedang loe cari, di daerah kampus loe! Mau lihat kesana?" tanya Vino sambil menunjukkan hapenya tentang keadaan rumahnya.
"Boleh juga! Kita langsung gerak kesana aja, Vin," ucap Nara yang sangat bersemangat.
"Ayok jalan sekarang! kenapa loe diam aja!" Ucap Nara lagi sambil membalikkan badannya kembali menatap Vino yang masih terpaku di tempat.
Mereka sekarang sudah berhenti disebuah rumah yang tidak terlalu besar, tapi bersih dengan halaman yang kecil dengan taman yang indah. 'Boleh juga nih rumah.' Batin Nara.
"Loe yakin mau tinggal dirumah seperti ini? " Tanya Vino lagi.
"Emangnya kenapa? Lagian rumahnya juga bersih dan tidak terlalu mahal dekat dengan kampus gue lagi!" Kata Nara yang sangat tertarik sambil melihat ke sekitar rumah lalu melihat hingga kedalam rumah. Di dalam rumah dengan ruang tamu kecil yang hanya sepetak lalu 2 buah kamar berukuran yang sangat kecil. kamar mandi dan dapur yang lumayan luas.
Vino hanya terdiam saja sambil menutup hidungnya karena tidak bisa terkena debu.
"Oke! Gue akan ambil rumah ini!" Ucap nara sangat yakin.
Lalu Vino berjalan keluar dan berkata kepada pemilik rumah, "Pak saya suka dengan rumah ini. Saya akan mengambil rumah ini. Berapa ya kira - kira harga per tahunnya?" Tanya Vino.
"Sekitar 15 juta gitu Dik. Kalo orang adik berminat ya sudah mulai besok rumah ini akan dibersihkan dulu," ucap Bapak pemilik rumah.
"Oke, saya ambil Pak. Tapi harganya masih bisa di nego kan?" Tanya Vino.
"Masih kok Dik. Harga netnya 14 juta ya Dik. Kalo teman adik berminat. Hanya bisa kurangi harga segitu aja," jawab Bapak pemilik rumah.
"Oke, Pak kami ambil ya. Pembayarannya dilakukan setelah rumah ini selesai diperbaiki dan dibersihkan ya Pak." Kata Vino sambil berjabat tangan dengan pemilik rumah.
"iya dik."
Lalu Nara dan Vino pergi meninggalkan rumah itu.
"Kita sekarang mau kemana?" Tanya Vino.
"Loe antar gue kerumah sakit lalu tugas loe udah selesai untuk hari ini. Besok loe langsung pergi ke rumah itu dan lihat pekerjaan mereka sampai selesai. Kabarin gue kalo udah beres. lalu angkatin barang barang gue yang ada dibagasi mobil loe ke dalam rumah itu. Setelah itu kita akan bertemu karena gue masih ada urusan sama loe!"
Vino hanya mendengarkan semua perkataan Nara dengan saksama.
'Sialan banget nih cewek! gue bener benar diperlakukan seperti pekerjanya." Umpat Vino dalam hati.
****
Vino memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Sesampainya didepan Vino menatap mobil yang sangat dikenalnya.
'Devan? Ngapain dia malam malam begini kerumah gue?'
Vino langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Devan yang sedang duduk diteras rumahnya.
"Akhirnya loe pulang juga, Vin. darimana saja sih loe? Udah 1 jam lebih gue nunggu loe disini. Mana hape loe mati lagi," kata Devan dengan kesal.
"Ya, mana gue tau hape gue mati. Lagian kita juga gak ada janjian kan? Kenapa loe marah? Lagian tumben amat loe datang kerumah gue? Ada apa sih?" Tanya Vino dengan menggerlitkan alisnya.
"Karena loe gak bisa dihubungi makanya gue samperin loe kesini. Gue minta nomor hapenya si Nat dong! Gue ada keperluan nih. Loe pasti punya kan?" Kata Devan.
"Loe malam malam kesini cuma mau minta nomor hape tuh cewek? Bukannya ingin bertemu gue? Kesel gue!" Ucap Vino dengan tatapan yang tidak menyangka.
'Tapi si Devan tumben amat minta nomor hape cewek sama sebegininya? Tadi juga tumben tumben tuh cewek tomboy minta nomor hape si Devan? Apa jangan - jangan mereka berdua ini saling tertarik ya? Kok bisa barengan ya, mereka saling meminta nomor satu sama lainnya.'
"Kenapa loe diam aja? Mana nomornya? Gue ada urusan nih sama dia," kata Devan lagi.
"Jangan bilang loe tertarik ya Dev sama nih cewek? Kalian kok bisa kompakan ya? Sama - sama minta nomor hape masing masing. Gue jadi perantara kalian nih," kata Vino sambil mengejek Devan.
"loe mau kasih atau gak sih? Dia minta nomor gue juga?" Kata Devan dengan raut muka tidak percaya.
'Kenapa tuh cewek minta nomor gue juga ya? Ala palingan karena tadi gue balapan bareng dia. Jadinya dia penasaran sama gue.' Batin Devan.
"Iya, iya, nih nomor nya. Loe marah marah aja sih, Dev! Lagian loe ada urusan apa sama tuh cewek?" tanya Vino dengan kesal.
"Itu bukan urusan loe! Udah ya gue pulang dulu. Thanks." Lalu Dev pergi untuk meninggalkan Vino yang masih penasaran dan kesal dengan sikap Dev.
"DEV LOE BENAR BENAR YA!! KESINI CUMA HANYA MINTA NOMOR TUH CEWEK!" Teriak Vino dengan kesal karena di cuekin oleh Devan.