webnovel

Air mata Jasmin

Setelah Yun Che kehilangan kesadarannya, tubuh Jasmin tidak lagi transparan. Dia perlahan membuka matanya dan melihat jejak darah di ujung mulut Yun Che demikian juga jalur-jalur luka mengerikan di lengan kirinya. Semua pandangan dingin dan tidak peduli di matanya menghilang seperti es yang mencair dan diganti dengan sejenis perasaan kompleks dan bingung yang dalam.

Yun Che tidak tahu berapa lama dia pingsan. Setelah dia akhirnya sadar kembali dan membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah mata Jasmin yang terbuka.

"Jasmin! Kau sudah sadar!?" Yun Che segera berteriak dengan terkejut dan gembira. Tetapi suaranya agak serak, dan ketika dia berusaha untuk bangun, dia merasakan berat tubuhnya menjadi jutaan kilogram. Setelah menjadi sangat lemah karena kehilangan darah terlalu banyak, dia berusaha banyak kali tetapi tetap tidak dapat bangun.

"Mengapa kau menyelamatkan aku?" Suara Jasmin menggambarkan kesehatannya yang lemah. Dia sekali lagi menatap sekilas luka mengerikan di lengan Yun Che dan segera mengalihkan matanya : "Jika saya mati, bukankah jauh lebih baik bagimu? Paling tidak, kau tidak perlu memikirkan permintaan yang aku ajukan; tidak perlu cemas jika aku akan membunuhmu sesudah aku membangun kembali tubuhku!"

"Karena… Jasmin menggunakan hidupnya untuk menyelamatkan aku…."

"Aku menyelamatkan diriku sendiri!" Jasmin menyatakan dengan suara agak tinggi.

Yun Che sedikit terdiam; dia bingung kenapa kalimat ini memicu reaksi yang demikian besar dari dirinya. Dengan agak tak berdaya, dia berkata : "Karena…. kau adalah guruku. Sebagai murid, bagaimana mungkin saya hanya menonton saat melihat Guruku akan meninggal di depan mataku?"

"Guru?" Jasmin tersenyum dengan sedih : "Jika aku lahir kembali, maka aku akan membantumu memperoleh kekuatan Sakti yang hebat dalam waktu sesingkat-singkatnya. Menjadi gurumu, hanya karena saya tidak ingin membantumu dengan gratis… Pada akhirnya, itu semua demi keuntungan diriku. Apakah kau sungguh percaya bahwa aku melakukan hal itu untuk kebaikanmu?"

"Saya tahu semua itu." Setelah mengucapkan semua perkataan itu, Jasmin gagal menemukan sedikitpun kekecewaan pada wajah Yun Che, malahan melihat dia sedikit tersenyum. Yun Che mendekatkan dirinya kepada Jasmin, melihat kedalam matanya dan dengan lembut berkata : "Tetapi semua itu tidak penting. Alasan kenapa saya begitu nekat menyelamatkan Jasmin, karena Jasmin seorang… gadis yang sangat cantik; secantik malaikat."

Jasmin terpaku ditempat.

"Meskipun Jasmin selalu berusaha keras membuat dirinya tampak tidak peduli, bahkan sampai pada titik terlihat menakutkan, itu bukanlah sesuatu yang alami dan tidak bisa ditutupi jika Jasmin tidak menginginkannya. Dengan seorang gadis cantik di sampingku, tidak peduli apa yang akan terjadi, tidak ada seorangpun yang ingin berpisah darinya. Tanpa ragu, saya juga, sama… Ini seharusnya alasan yang dapat diterima, bukan?"

"Alasan… macam apakah ini…" Bibir Jasmin yang mulai berwarna sedikit gemetar : "Saya telah membunuh… begitu banyak orang… Tahun lalu… di hari ulang tahunku ke dua belas, dalam sehari… satu hari… Saya membunuh lebih dari satu juta tiga ratus ribu orang… Seluruh tubuhku basah oleh merahnya darah… Maka namaku, 'Jasmin Yang Berlumuran Darah' diberikan oleh mereka kepadaku…

"! ! ! !" Hati Yun Che melompat kaget… Dalam sehari, membunuh lebih dari satu juta tiga ratus ribu orang!?

Menangkap shok yang hebat di wajah Yun Che, Jasmin menutup matanya dan berbicara dengan sedih : "Seorang seperti diriku, bagaimana mungkin disebut seorang gadis cantik… Saya Jasmin… Melati Terendam Darah… Saya setan mengerikan… yang membunuh tak terhitung orang…"

Yun Che menatap Jasmin sangat lama… Tetapi, ekspresi dimatanya tidak nampak shok atau takut; itu membawa perasaan yang kompleks, perasaan yang begitu kompleksnya sehingga tidak ada orang lain yang mengerti. Setelah cukup lama, dia memandang Jasmin, dan perlahan menggelengkan kepalanya : "Jasmin, meskipun tidak ada cara bagiku untuk mengalami perasaan membunuh begitu banyak orang pada usia yang baru dua belas tahun, tetapi saya percaya itu sangat menyakitkan… sejenis rasa sakit yang tidak terlukiskan yang tidak seorangpun ingin mengingatnya. Sesudah itu, mungkin juga disertai dengan mimpi buruk dan perasaan bersalah yang tanpa akhir, yang bahkan mendorong kamu untuk membenci dan mengutuk dirimu sendiri; bahkan lebih lanjut, menghancurkan jiwamu dengan melekatkan nama setan, tanpa perasaan dan belas kasihan kepada dirimu…"

Mata Jasmin tiba-tiba terbuka dan menatapnya dengan bingung.

"Tetapi, Saya percaya bahwa Jasmin selalu merupakan seorang gadis yang baik hati. Alasan kenapa kau mengubah dirimu menjadi setan yang sangat kau benci, seluruhnya karena orang-orang penting dalam hatimu. Mungkin mereka teman dekatmu atau bahkan anggota keluarga yang terdekat… Untuk orang-orang ini, tidak masalah jika Jasmin membunuh lebih banyak orang dan bahkan bersimbah lebih banyak darah; sungguh tidak mungkin baginya menjadi setan."

"Disamping itu, untuk gadis imut dan cantik, tidak peduli betapa besar kesalahannya, mereka tetap dapat diampuni. Jika kau percaya ada tak terhitung dosa hina diatas tubuhmu, maka biarkanlah saya menanggung dosa-dosa ini bersama dengan Jasmin. Karena, kau adalah guruku; dan sebagai muridmu, tanggung jawab ini seharusnya, tentu saja, harus kita pikul bersama."

Jasmin sepenuhnya terpana dan menatap Yun Che dengan bingung, seolah dia kehilangan jiwanya. Pandangannya menjadi semakin kabur… Dia tidak dapat memahami mengapa, setelah pernyataannya yang jelas tentang dosa kejamnya, bukan saja dia tidak memperlihatkan ketakutan dan penolakan… Tetapi malahan, dia menatap demikian lembut dan berbicara sangat lembut…

Seharusnya tidak seperti ini… Saya membunuh demikian banyak orang; Saya setan yang menakutkan. Jelas bahwa setiap orang takut kepadaku; jelas bahwa seharusnya tidak ada seorangpun yang menyukai aku… Mengapa dia nekat menyelamatkan saya, mengapa dia memperlihatkan tatapan yang demikian lembut… Sesudah ibu dan kakak meninggal, sangat mustahil ada seseorang yang memperlakukan saya seperti ini….

Mata Jasmin menjadi semakin bingung dan melalui pandangannya yang kabur, wajah Yun Che perlahan berubah menjadi wajah kakaknya yang tersenyum lembut… Dalam sekejab, bola dan bola air mata mengalir keluar dari kelopak matanya, dari ujung matanya. Pada saat ini, dia, yang telah bersumpah tidak akan pernah menitikkan air mata lagi, mengalirkan air mata yang tak terkontrol. Celah kecil diam-diam terbuka dari hatinya yang selama ini ditutupi oleh kembencian dan dosa.

"….. Jasmin, jadi kau dapat menangis juga? Mmm, lebih mirip seorang gadis, bukan?" Yun Che disisi lain, tersenyum. Dia mengulurkan jari menyentuh wajahnya dan dengan lembut menyeka noda air matanya.

Meskipun demikan, Jasmin tidak menahannya, malahan menangis lebih keras. Ditengah mengalirnya air mata dan tangis yang tak beraturan, dia berkata : "Saya… Saya gurumu… Ketika… ketika kau berusaha menyelamatkan aku tadi, kau terang-terangan mencium aku banyak kali, dan sekarang… kau bahkan membuat saya menangis di depanmu… Kau tidak boleh… mengganggu guru seperti itu… Uu… uuuuuuuu…."

"Ehm, cacian guru memang benar." Yun Che berkata sambil tersenyum : "Jadi setelah guru kecil Jasmin pulih kesehatannya, hukumlah aku sesuai isi hatimu. Bahkan jika kau ingin mengembalikan ciuman itu, saya tidak akan menolak."

Apa yang dia pikirkan sepenuhnya benar; sifat sejati Jasmin, bukanlah seperti yang biasanya dia perlihatkan. Sejak dia mengalami pengalaman yang mirip dengan dirinya dan juga memiliki jenis aura dan pandangan yang sama sebelumnya, dia tahu apa yang ada di dalam hatinya dan bahkan lebih paham dimana bagian terlemah dan sisi terlembut dirinya.

Setelah menangis, suasana hati Jasmin berangsur tenang. Meskipun tubuh dan jiwanya masih sangat lemah, bahaya yang mengancam hidup telah dibawah kendali. Dia menjulurkan tangan imutnya dan menyeka semua air mata diwajahnya. Dia kemudian berusaha keras membuat wajahnya dingin dan acuh seperti biasanya; tetapi, matanya mengamati dari samping dan tidak membuat kontak mata dengan Yun Che. Kemudian, dia berbicara dengan suara tajam : "Meskipun tidak ada bahaya lagi sekarang, tetapi untuk tiga bulan, saya tidak dapat menyalurkan sedikitpun energi Sakti. Jika tidak, bahkan menggunakan seluruh darah ditubuhmu tidak dapat menyelamatkan aku."

"Saya mengerti. Selanjutnya, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk berhati-hati dan tidak membiarkan kejadian seperti ini terjadi lagi." Yun Che berkata dengan sangat sadar akan kesalahannya.

"Manik-manik berwarna merah yang kau peroleh, telanlah itu… Benda itu, mungkin adalah sesuatu yang aku katakan kepadamu sebelumnya… sebuah benih dari Dewa Jahat!"

"Ahh?" Dalam keheranannya, Yun Che mengambil manik-manik ajaib yang dia pertaruhkan dengan hidup Jasmin : "Kau berkata, ini… ini…"

"Saya hanya menduga. Ini mungkin alasan kenapa naga api selalu tinggal disini. Ketika kau mengambil itu, saya merasakan elemen api yang sangat ajaib tersembunyi didalamnya; dan bahkan saya belum pernah melihat jenis elemen api seperti ini. Kau juga berkata sebelumnya bahwa kau merasakan sesuatu memanggilmu, dan kau sungguh tidak terbakar saat menggengam itu ditanganmu. Karena itu, mungkin benda itu benar salah satu dari lima benih Dewa Jahat yang disebutkan dalam peninggalan memorinya!" Jasmin berkata dengan nada suara yang tidak yakin.

"Juga…" Jasmin menggigit sedikit bibirnya pada arah yang tidak dapat dilihat Yun Che : "Selanjutnya, kau tidak diizinkan seperti tadi menyentuh wajahku tanpa izinku."

Setelah dia mengatakan hal itu, wajah Jasmin berseri merah dan kembali ke Mutiara Racun Langit. Yun Che ditinggalkan dan tidak bisa berkata apapun untuk sesaat.

Sebelumnya sebuah wajah sedingin es; kemudian sebuah tangisan seperti desiran suara topan dan sekarang sebuah wajah kecil tegang yang datang dengan perkataan yang dihiasi hawa pembunuhan… Kecepatan seorang gadis dapat tiba-tiba berubah sikapnya menjadi bermusuhan, sungguh, tidak logis.

Tubuh Yun Che juga sangat lemah; kehilangan sejumlah besar darah membuat vitalitasnya menurun drastis dan bahkan hanya untuk berjalan menjadi suatu tantangan yang sangat sulit. Jangan katakan naga api, bahkan jika seekor binatang Sakti datang, dia dan Jasmin akan jadi mangsa empuk.

"Jika kau membunuh satu juta tiga ratus ribu orang dalam sehari sudah dikatakan berdosa tak terampuni, jadi setan dan dipanggil Jasmin bersimbah darah… Maka, bagaimana dengan saya, yang dalam sehari, membunuh tujuh juta tujuh ratus orang dengan racun; yang menunggangbalikkan seluruh kota menjadi neraka dengan racun mematikan?" Yun Che diam-diam bergumam dalam hatinya : "Untuk mengatakan setan…. Sayalah setan sesungguhnya… Makanya kenapa saya tidak berani mengganggu malaikat disisiku… dengan cara apapun sampai hari saya kehilangan dia selamanya….

Yun Che menutup matanya dan berdiam diri cukup lama. Kemudian, dia membuka matanya dan membuka tangannya. Saat dia melihat ke manik-manik bulat yang bersinar dengan cahaya merah aneh di tangannya, dia berpikir tentang apa yang Jasmin katakan. Setelah ragu sesaat, Yun Che menguatkan hatinya dan memasukkan benda itu ke mulutnya.

Memegang benda itu tidak menyebabkan rasa tidak nyaman malahan sensansi sangat akrab yang tidak bisa dijelaskan. Juga, tidak perlu kuatir kalau itu mengandung racun… Dengan kata lain, seharusnya tidak akan terjadi hal yang buruk jika memakannya, bukan?

Manik-manik merah tua segera ditelan masuk ke perutnya.

Dalam sekejab, dia merasakan pergolakan yang tiba-tiba di Nadi Saktinya. Dia bahkan belum sempat memeriksa gerakan abnormal dari Nadi Sakti karena tak disangka permukaan tubuhnya melepaskan cahaya merah tua berbentuk bola. Sesudah itu, cahaya merah tua itu berubah menjadi lautan api yang membakar diatas permukaan tubuhnya dan memandikan seluruh tubuhnya dalam amukan neraka api merah tua.

"Ini… Ini….?"

Nyala api yang tidak terduga sangat mengejutkan dia. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, kenyataan bahwa tubuhnya tidak merasakan sedikitpun rasa panas dari cahaya yang membakar itu malahan merasakan semacam kenyamanan yang sulit digambarkan. Bahkan pakaiannya tetap utuh dalam nyala api ini seolah nyala api yang menakutkan ini hanyalah cahaya terang ilusi.

Next chapter