webnovel

Wajah hantu yang meringis

Editor: Wave Literature

Kamar Sha Er remang-remang, pencahayaan ruangan ini hanya berasal dari secercah cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela yang tertutup oleh gorden.

Dan ruangan ini terasa cukup dingin.

Sha Er fokus bermain permainan komputer. Dia bermain sebuah permainan komputer yang sedang populer yaitu CS (ed-Counter Strike).

Volume suaranya cukup kecil, tapi aku masih bisa mendengar suara tembakan, ledakan dan orang berteriak.

Aku melihat ke arah si gendut yang ternyata dia juga sedang melihat ke arahku.

Kami berdiri dan saling bertukar pandang, Sha Er seolah tidak menganggap keberadaanku dan si gendut di ruangan itu.

Si gendut merasa sedikit canggung. Dia mendekat ke arahku dan berbisik: "Kenapa aku merasa Sha Er sedikit aneh?"

"Aku juga merasa begitu."

"Lebih baik kita pergi saja dari sini." Ajak si gendut.

Aku mengangguk kepala mengiyakan ajakannya dan berkata, "Kamu keluarlah duluan."

Si gendut kaget dan membalas, "Kamu tidak ikut denganku?"

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan Sha Er."

Dia melihatku dengan tatapan curiga, tapi akhirnya dia berkata, "Baiklah, aku duluan."

Sebelum membuka pintu dia melihat ke arah Sha Er. Tanpa berpamitan, si gendut keluar dari ruangan itu.

Aku menghela nafas. Sekarang si gendut sudah tidak ada di sini, aku bisa menggunakan cincin perak ini untuk mengeluarkan hantu yang merasuki Sha Er. Menurut kak Yang Qin, aku hanya perlu memukul kepala Sha Er dan hantu itu akan pergi meninggalkan tubuhnya.

Aku tidak tahu mengapa ucapan kak Yang Qin membekas dalam benakku.

Dengan hati-hati, aku melepaskan penutup mata kiriku, mengepalkan tangan kiriku dimana aku mengunakan cincin perak dan secara perlahan mendekati Sha Er.

Sha Er masih fokus bermain CS.

Aku sangat berdebar-debar, jantungku berdegup dengan sangat kencang. Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini. Karena sejak kecil aku dapat melihat hantu, bahkan tidak jarang aku dibuat menangis karenanya, aku sering berurusan dengan hantu-hantu jahat. Namun kali ini sedikit berbeda.

Secara tidak langsung, Sha Er menjadi seperti juga karena aku. Jadi aku tidak bisa membiarkannya tetap seperti ini.

"Lebih baik kamu jangan mencampuri urusanku!"

Sebuah kalimat peringatan dengan suara berat terdengar ditelingaku.

Itu Sha Er! Bukan, itu adalah hantu yang merasuki Sha Er.

Sekujur tubuhku menjadi kaku, aku tidak dapat bergerak.

Sha Er berhenti bermain. Perlahan dia menoleh ke arahku. Kepalanya tertarik ke atas dan alisnya menukik ke atas. Bibirnya tersenyum lebar hingga ujung bibirnya hampir menyentuh telinganya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat mengerikan.

Saat itu dia masih duduk di meja komputer. Aku memanfaatkan kesempatan itu dan memukul wajahnya. Pukulan itu membuat wajahnya semakin terlihat seram. Walaupun aku sudah memukulnya menggunakan cincin perak, hantu itu tetap tidak keluar dari tubuh Sha Er.

Kenapa bisa seperti ini?

Bukankah kak Yang Qin bilang cincin perak ini dapat mengusir hantu yang merasuki tubuh manusia? Dia tidak mungkin berbohong kan?

Astaga, aku benar-benar tidak bisa meremehkannya.

Nyawaku sedang menjadi taruhannya, bagaimana mungkin dia berbohong kepadaku.

Aku menjadi panik. Sha Er menatapku dengan wajah yang menakutkan. Bukannya marah karena aku baru saja memukulnya, dia justru tersenyum angkuh ke arahku.

Senyum itu membuat bulu kudukku. Ruangan ini semakin lama semakin dingin, hingga tidak ada kehangatan yang tersisa.

Aku mundur beberapa langkah dan bersiap untuk kabur.

"Aku hanya bercanda denganmu, kamu jangan marah ya. Kamu lanjutkan bermain CS saja, tidak perlu memperdulikan aku. Aku tidak tidak akan mengganggumu lagi. Hahaha..." Aku tertawa kecil seolah tidak terjadi apa-apa sambil berjalan mundur. Sha Er tetap tidak bergerak dari tempat duduknya.

Aku sangat yakin, orang yang berada di depanku saat ini dia bukan Sha Er. Cara yang dikatakan kak Yang Qin padaku tidak ada pengaruhnya. Di otakku saat ini hanya ada satu kata, yaitu "Kabur".

Aku sudah berdiri hingga ke depan pintu dan dengan paniknya berusaha membuka pintu. Mataku melihat ke arah Sha Er, sebenarnya aku tidak tega meninggalkan dia tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tetap tinggal di sini.

Aku berusaha membuka pintu, tapi pintu tersebut terkunci rapat!

Jantungku tidak berhenti berdegup dengan sangat kencang, rasanya mau meledak.

Perlahan Sha Er berdiri dan menghampiriku.

Aku yakin saat ini wajahku pucat pasi, aku bahkan dapat merasakan keringat dingin keluar di seluruh tubuhku.

Sha Er berjalan menghampiriku dan berhenti tepat di hadapanku. Melihat wajahnya membuatku seluruh tubuhku gemetar ketakutan.

Sorot matanya yang dingin menatapku, nampak suram dan gelap.

Dia menutup gorden yang ada di sebelahku sehingga tidak ada cahaya apapun yang masuk ke dalam ruangan itu, kemudian dia mencekikku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku kesulitan bernafas.

"Sha… Sha Er, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" 

Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cekikannya. Aku mencakarnya hingga berdarah, tapi Sha Er tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan sedikitpun. Wajahnya menunjukkan seolah tidak terjadi apapun.

"Jangan campuri urusanku atau kamu akan mati!"

Dia menekankan setiap kata dalam kalimatnya dan aku dapat merasakan ancaman dari setiap ucapannya.

Aku merasa cengkramannya semakin lama semakin kuat, membuatku semakin kesulitan untuk bernafas.

"Aku… aku tidak… tidak akan mencampuri urusanmu."

Saat itu tidak yang lebih penting dari bertahan hidup!

Aku memohon padanya untuk melepaskanku.

Matanya semakin lama semakin bertambah besar. Wajahnya pun nampak semakin menakutkan. Bola matanya yang berwarna hitam pekat terus bergerak ke atas hingga hanya terlihat bagian matanya yang berwarna putih. Terlihat cairan berwarna merah mengalir keluar dari dalam matanya.

Darah! Aku dapat mencium bau darah yang sangat pekat dan amis.

Otot wajah Sha Er mengecil secara perlahan hingga wajahnya terlihat sangat tirus seperti hanya tersisa tulang kan kulit, tidak lagi terlihat seperti wajah manusia. Matanya yang berwarna putih terlihat semakin mengerikan. Aku ingin berteriak tapi cekikannya membuatku tidak dapat bersuara.

Ini bukan lagi wajah Sha Er, ini adalah wajah hantu laki-laki yang kemarin malam aku lihat di pemakaman. Dia adalah hantu laki-laki yang kurus, pendek, dan kepala besar.

Aku menggunakan tangan kiriku yang mengenakan cincin perak untuk memukulnya, tapi tetap tidak terjadi apa-apa. Hantu itu tetap tidak keluar dari tubuh Sha Er.

Aku mulai putus asa.

Kak Yang Qin, kamu membohongiku….

Dia terus mencekikku hingga aku hampir kehilangan kesadaran. Aku sudah tidak dapat merasakan tubuhku sendiri, pikiranku kosong.

Saat aku mulai berpikir ini merupakan detik-detik kematianku, dia melepaskan cengkramannya. Aku sangat lemas hingga aku langsung terjatuh di lantai. Aku terbatuk- batuk sambil berusaha menghirup segala udara di sekitarku. Pandanganku masih kabur, aku tidak dapat melihat dengan jelas.

Pada saat itu, tiba-tiba pintu terbuka dari luar dan terdengar suara,

"Sha Er, semua orang ingin bertemu denganmu."

Itu adalah suara kepala desa.

Aku masih menundukkan kepalaku berusaha mengatur nafasku yang masih tersengal-sengal. Kepala desa terkejut dan berkata, "Bukankah kamu Ji Sixi? Ada apa denganmu?" sambil membantuku untuk berdiri.

Kulambaikan tanganku pertanda aku baik-baik saja. Aku menatap laki-laki yang baru saja berusaha membunuhku, wajahnya telah kembali menjadi wajah Sha Er.

Kepala desa melihatku, kemudian melihat ke arah Sha Er dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan kepada Sixi?"

Sha Er tertawa dan berkata: "Yah, aku tidak melakukan apapun. Tiba-tiba dia terjatuh dengan sendirinya, mungkin karena diluar udaranya terlalu panas."

Tanpa ragu kepala desa langsung mempercayai perkataan Sha Er, kemudian kembali menatapku "Jika kamu tidak enak badan kamu dapat beristirahat disini sebentar. Aku akan membawakan air dingin." katanya sambil berjalan meninggalkan ruangan.

"Tidak perlu repot-repot." kataku buru-buru.

Dengan segera aku menahan kepala desa untuk tidak pergi meninggalkan ruangan. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi jika dia meninggalkan aku dan Sha Er berdua lagi di ruangan ini. Jika aku terus disini, bukan tidak mungkin Sha Er dapat membunuhku.

Aku dengan cepat berpamitan, "Aku tidak apa-apa, aku harus segera pulang."

Next chapter