webnovel

Tidak Harus Memberi Tanda Di Tubuhku

Editor: Wave Literature

"Xiaoqi..." Bei Mingyan tampak berpikir dengan serius. 

Tiba-tiba ia mengerutkan kening dan menyentuh dahinya. 

Aku memandangnya dengan khawatir dan bertanya, "Ada apa?"

Ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin aku khawatir, "Tidak apa-apa, tapi tiba-tiba kepalaku terasa sakit."

Segera setelah aku memalingkan muka, aku bergegas bangun dan mendorong tubuhnya ke samping. Aku langsung menyelimuti tubuhnya dengan selimut brokat sutra, lalu tersenyum dengan tulus, "Suamiku, beristirahatlah dengan baik. Aku tidak akan mengganggumu."

Setelah mengatakannya, aku bangkit dan turun dari tempat tidur. 

Begitu aku berbalik, pinggangku telah dilingkari oleh tangan besar dari belakangku. 

Tanpa bersusah payah, aku diseret kembali ke tempat tidur olehnya. 

Ia berbalik lalu menekan tangan dan kakiku. 

"Apakah mudah bagimu untuk pergi dari tempat tidur suamimu?" Ia menatapku sambil tersenyum dan nafasnya yang dingin terasa di telingaku. 

Aku pura-pura tertawa, "Bukankah kepalamu sakit? Tidak cocok jika untuk melakukan olahraga berat." 

"Tergantung jenis olahraga apa itu." 

Suaranya begitu mempesona. Tanpa sadar pikiranku telah dibuat kacau olehnya dan jantungku berdebar semakin tidak karuan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk benar-benar melakukan apapun dengannya. 

Ketukan di pintu menyela rasa maluku yang luar biasa. Terdengar suara rendah dari pengawal di luar pintu, "Yang Mulia, Han Su sedang menunggu di luar pintu untuk berbicara." 

Sepertinya aku menemukan penyelamatku dan akhirnya aku punya alasan untuk pergi. Detik setelahnya, aku mendorong ia menjauh dengan perasaan gembira, "Kamu turun. Aku akan pergi dulu." 

Wajah Bei Mingyan terlihat suram. Ia kembali menarikku dan memenjarakanku di bawah tubuhnya.

"Biarkan aku pergi." Kataku dengan ngeri. 

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, bibirnya yang dingin sudah terkubur di leherku dan ia menghisapnya dengan lembut. 

Lidahnya yang dingin dan licin membuat sekujur tubuhku mati rasa. Ia semakin tenggelam di leherku dan aku tidak mampu melepaskan diri. 

Dia pasti sengaja! 

Karena ada seseorang di luar, di tahu bahwa aku pasti tidak berani berteriak dan ia mencoba menggertakku dengan cara seperti ini! 

Setelah beberapa saat, ia akhirnya melepaskanku. Bei Mingyan tersenyum dan memandangi mahakaryanya dengan puas. 

Aku bangkit dan melihat ke cermin. Ia bahkan menanam "stroberi" di leherku dengan tanda merah cerah yang sangat mencolok. 

Sekarang pertengahan musim panas dan aku akan memakai pakaian yang sedikit terbuka. Leherku akan terlihat. Siapapun yang pernah jatuh cinta, sekilas pasti akan tahu apa yang terjadi. 

"Aku sudah memberi tanda itu dan jangan lari." Ia menyeringai dan membelai "stroberi" itu. 

"Bajingan!"

Mau tidak mau memukul pundaknya, tetapi ia justru meraih tinjuku dan memegangnya, "Satu hal lagi, hari ini aku akan membiarkanmu pergi, tetapi jangan mencoba melarikan diri dari suamimu." 

Saat pintu kamar didorong terbuka dengan suara mencicit, hawa dingin tiba-tiba berhembus masuk.

Saat itu, Bei Mingyan duduk di sofa dan memelukku erat-erat. 

Begitu Han Su masuk, ia melihat pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat. Wajah datar itu berubah terkejut dalam sekejap dan ia cepat-cepat keluar karena malu. Sambil berdiri di balik pintu, ia berkata dengan suara ketakutan, "Mohon ampun, Yang Mulia." 

Dengan perasaan tidak senang aku mendorong lengan Bei Mingyan menjauh dan bersembunyi di balik tirai mutiara yang ada di ruangan bagian dalam. 

Han Su diizinkan masuk lagi. Aku bersembunyi di aula bagian dalam dan mendengarnya meminta maaf dengan hati-hati, "Yang Mulia, Hansu tiba-tiba lupa kalau Tuan Putri ada di sini." 

Bei Mingyan tersenyum, lalu ia bangkit dari sofa dan meluruskan pakaiannya, "Tidak apa-apa. Tidak pernah ada wanita di ruangan ini. Wajar kalau kamu lupa." 

Mereka berbicara tentang urusan pemerintahan dunia bawah. Aku sangat bosan sampai aku hampir tidur di kursi berukir.

Saat kesadaranku hampir menghilang sepenuhnya, aku mendengar sayup-sayup suara Bei Mingyan.

"Han Su, apakah kamu pernah mendengar nama Xiaoqi?" 

Tiba-tiba aku terbangun dan rasa kantukku hilang seketika. Xiaoqi? Kenapa ia menanyakan namaku? 

Melalui tirai manik-manik, aku samar-samar melihat wajah tanpa ekspresi Han Su menunjukkan sedikit keterkejutan. Setelah beberapa saat hening, ia menggelengkan kepala, "Aku belum pernah mendengarnya." 

Bei Mingyan mengangguk dalam diam dan wajahnya menunjukkan perasaan kecewa, "Aku terlalu banyak berpikir." 

Malam ini, Bei Mingyan ingin aku tinggal di kamarnya. Berani-beraninya ia menyuruhku untuk tinggal di kandang serigala? Siapa yang bisa menjamin kalau aku tidak akan dimakan? 

Akhirnya ia mengirimku kembali ke dunia manusia setelah melayangkan protes keras kepadanya.

Saat itu, di dunia manusia sudah terang karena matahari sudah terbit. 

Berdiri di bawah sinar matahari yang hangat, aku merasa sangat senang dan tenang. 

Tapi tiba-tiba aku teringat satu hal: satu jam di dunia bawah sama dengan satu hari di dunia manusia. Sudah berapa lama aku berada di dunia bawah?

Aku bergegas kembali ke rumah dengan perasaan cemas. Aku tidak tahu bagaimana reaksi keluargaku jika tidak melihatku di manapun belakangan ini. Kalau mereka melapor ke polisi, akan sangat sulit untuk dijelaskan kepergianku. 

Setibanya di rumah, aku segera membuka pintu dan melihat suasana sarapan keluarga yang bahagia. Xia Qianyang duduk di meja, berbicara dan tertawa dengan ayah dan Liang Qiu. Mereka tidak peduli sama sekali dan tetap melanjutkan untuk berbicara, sementara kursi makanku kosong.

Ketika ayah melihatku masuk, ia langsung terkejut dan berkata, "Qianqiu, kenapa kembali begitu cepat. Aku pikir kamu harus berlatih untuk waktu yang lama."

"Berlatih apa?" 

"Bukankah kamu mengatakan kalau ini sudah hampir masuk sekolah dan kamu akan mengambil bagian dalam pelatihan pilot di Universitas?"

"Oh, oh," aku tersenyum canggung dan buru-buru menjawab, "Itu sudah selesai."

Jadi mereka pikir bahwa selama beberapa hari ini aku tidak tinggal di rumah disebabkan karena aku pergi ke pelatihan?

Setelah sedikit berbasa-basi, aku bergegas kembali ke kamar. Saat aku membuka pintu, Bei Mingyan sudah ada di sana, sedang duduk dengan anggun di sofa dan menatapku dengan tajam. 

"Aku sudah mengaturnya untukmu. Jangan khawatir tentang keluargamu." Ia tertawa lalu menarikku untuk duduk di pangkuannya. 

Aku cukup takjub dengan kemahirannya berbohong. Jika suatu saat aku dibawa olehnya ke dunia bawah, ia pasti akan memiliki cara untuk membuatku menghilang di dunia manusia secara wajar.

Sore itu, aku menghentikan Xia Qianyang yang akan yang akan pergi untuk menanyakan keberadaan Qin Manying. Memikirkan semua pengalaman yang ada di Fengdu, aku merasa sangat marah. Aku hampir saja dijadikan tumbal oleh raja hantu rubah itu. 

Xia Qianyang mengatakan kepadaku bahwa ia dan Qin Manying telah putus karena Manying telah berbohong tentang kehamilannya dan berbohong tentang kekayaannya.

Aku merasa lega akhirnya Xia Qianyang tidak tertipu olehnya.

Xia Qianyang mengatakan kepadaku bahwa awalnya ia tidak tahu dan hampir memberikan uang itu kepada Qin Manying. Hingga suatu malam, ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seorang pria aneh berbaju hitam dan mengatakan kepadanya bahwa Manying berbohong. Saat Xia Qianyang menceritakan pada Manying, ia meminta Xia Qianyang untuk tidak percaya itu, yang justru membuat Xia Qianyang semakin curiga.

Ketika aku mendengar ini, aku mengerti. Melihat ke belakang, aku menemukan Bei Mingyan berdiri di sudut ruangan, tersenyum dalam diam. Aku membalas senyuman ringan darinya.

Waktu berlalu begitu cepat dan akhir liburan musim panas hampir berakhir. Di malam sebelum laporan Universitas, tiba-tiba Xu Shengze menghubungiku. 

Aku sudah lama tidak berhubungan dengannya. Mungkin karena Bei Mingyan yang selalu terpaku padaku. Aku khawatir jika aku terlalu banyak berhubungan dengan pria lain ia akan cemburu. Aku tidak tahu harus senang atau bersedih saat melihat matanya yang cemburu.

Duduk di bar Xu Shengze, aku mencium bau anggur merah ringan dan menatap pria dewasa yang duduk di seberangku.

Xu Shengze memandangi anggur merah di gelasku dan berkata dengan lembut, "Xiao Qi, sekolah akan dimulai besok. Ingatlah untuk berhati-hati di Universitas."

Aku gemetar, lalu melihat sekeliling dan berkata kepadanya dengan suara rendah, "Jangan panggil aku Xiao Qi di tempat umum."

Next chapter