Ardan melanjutkan makannya. Dia tidak menanggapi apa yang dikatakan Aqila. Dia tahu perasaan yang dia rasakan adalah kesalahan besar. Ardan sedang memikirkan cara bagaimana agar perasaan ini cepat hilang.
"Kak koq diam? gimana? aku harus terima Fadhil gitu?" tanya Aqila. Berharap Ardan melarangnya.
"Itu sih terserah kamu, Qila. Kamu kan yang punya hati. Tanyakan saja sama hatimu. Dia memang orang yang tepat untukmu atau tidak. Kalau memang mantap ya terima. Lagipula Mama dan Papa juga kasih restu kan? selagi tidak untuk main-main apalagi pacaran." ucap Ardan sambil mengunyah potongan semangka.
"Oh begitu ya, Kak?" Aqila berharap Ardan akan melarang. Tapi ternyata ekspresinya juga biasa saja.
"Aku udah selesai, Qila. Aku mau ketemu sama Mama. Ada yang mau aku bicarakan sama beliau." ucap Ardan.
"Mau ngomongin apa Kak? kayaknya serius banget."
"Adalah pokoknya. Udah kamu selesai dulu aja makannya." Ardan meninggalkan Aqila seorang diri dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com