webnovel

Kotak Perangkap Jiwa

Sementara pada yang sama, saat Richman tidak sadarkan diri di gunung Liangpram dan dirawat Mamak Ping. Murni mendapati dirinya di ketinggian puncak gunung berbatu dalam sebuah perahu peti matinya. Dimana dirinya? apa yang terjadi? Murni mencoba keluar dari tempatnya sekarang, ia mendengar suara memanggilnya dari kejauhan, suara anak-anak.Lalu suara wanita. Murni menatap sekelilingnya penuh kabut hingga ia tak bisa melihat sekelilingnya dengan jelas. Ia takut. Takut ketinggian. Takut kesunyian yang mencekam. Suara itu memanggilnya. Ia harus mengikuti suara itu. Suara pembimbingnya. Murni melompat dari tempat itu, entah berapa tingginya. Ia memejamkan matanya. Ia pasti hancur bila melompat setinggi ini. Tetapi yang terjadi tubuhnya melayang ringan, seperti terbang. Ia terbang mengikuti suara yang memanggilnya. Ia bertemu seorang laki-laki. Ia seperti mengenalnya. Laki-laki itu memanggil sebuah nama. Murni. Namanya. Mendekatinya penuh kerinduan dan keharuan menggenggam tanganya, menggandengnya, membawanya ketepi danau. Berendam kaki. Hangat. Ia merasa hangat. "Kapan kamu pulang? Entah mengapa ia bertanya begitu. Aku membutuhkanmu? Murni memandang kepadanya. Sekarang ia tidak takut lagi. Laki-laki itu menghilang. Murni menangis mencarinya. Kemudian ia mendengar suara itu lagi memanggilnya. Sekarang sangat dekat. Laki-laki itu terbaring tubuhnya penuh luka goresan dan bengkak-bengkak. Tubuh itu di beri baluran obat. Murni memandang pemilil suara. Wanita memandangnya tak berkedip.Tajam dan lembut. Laki-laki itu terbangun dan memanggil seseorang. Mamak Ping. Laki-laki itu duduk. Duduk di sebelah Murni. Murni menatapnya dengan haru. Rambutnya keriting panjang hingga tengkuknya. Mamak Ping memberinya minum. Ia juga haus.Tapi Mamak memberinya air di piring. Kenapa di piring? Ia bertanya dalam hati. Ia ingin mengangkat piring itu. Tapi tak mampu. Akhirnya ia memasukkan wajahnya ke piring. Sekarang ia merasa nyaman. Sejuk. Membawanya kembali. Kembali kesebuah rumah khusus. Rumah sakit?! Oh dia melihat tubuhnya. Terbaring tak berdaya. Dengan selang infus, bantuan pernafasan. Tubuh itu sungguh menyedihkan. Ia tak mau punya tubuh begitu. Ia ingin pergi saja. Tapi ia tak bisa pergi. Murni merasa lelah. Ia lalu berbaring disisi tubuh miliknya.

***

Mamak duduk bersila, menundukkan kepala dan matanya terpejam. Membuka matanya perlahan. Ia mengambil sebuah botol guci terbuat dari batu alam. Menasukkan air di piring dengan hati-hati. Menutupnya dengan rapat lalu memasukkan dalam tas rajut. Kemudian ia mengambil rempah-rempah dimasukkan ke dalam tas plastik, mengikatnya dengan erat. Selanjutnya ia mengambil minyak kunyit dan rempah di wajan diatas tungku yang masih ada baranya. Memasukkan minyak itu ke dalam botol 200 ml menutup botol dengan erat

Richman diam menunggu Mamak bicara. "Tengah malam ini kamu turun¹ mandilah di danau Aco ², Ganti bajumu dengan ini, pergi ke Long Pahangai³ buang bajumu itu disana. Waktumu 2 hari sampai pulang jangan terlambat!" Mamak menyerahkan 1 set pakaian warna hitam dari kain tebal. "Air di guci ini masukkan dalam baskom, tambahkan airnya. kau basuhkan ke istrimu tanpa tertinggal dari rambut sampai ujung kaki" Mamak menyerahkan botol guci. "Bawa istrimu ke tempat orang mengaji, jauhkan ia dari mata jahat, berikan minyak ini ke nenekmu tukang urut itu, biarkan dia mengobatinya", Mamak mengangkat botol minyak memasukannya ke dalam plastik putih mengikatnya erat. "Rempah- rempah ini di rebus, airnya di minumkan dan di mandikan setiap pagi dan sore. Gunakan hanya 1 sendok makan. Ingat! 1 sendok makan saja". Mamak memasukkan semua benda-benda itu dalam tas hitam yang sudah usang dan memberikannya ke Richman. Richman mengikuti semua perintah Mamak. Dengan diantar Loi, ia pergi berendam di danau Aco, setelah itu berangkat ke Long Pahangai dengan Longboat. selanjutnya meneruskan perjalanan dengan pesawat yang disewa khusus olehnya dari bandara Datah Dawai, Desa Long Lunuk menuju Melak, melanjutkan perjalanan dengan pesawat lagi ke Samarinda.

Sementara Uceng membawa KM Saribulan ke Kotabangun.

Di lain tempat di rumah sakit Samarinda.

Murni berbaring di sisi tubuhnya. Ia sudah mendapatkan kotak . Kotak tubuhnya. Kotak ini lebih nyaman dari peti matinya digunung. Kotak yang pas dengan ukuran tubuhnya, sampai ke jari tangan dan jari kakinya. Kotak ini Malah ini begitu pas di wajah dan bibirnya, Murni ingin berbicara, atau menimbulkan suara. Ia memanggil seseorang didekatnya. Tetapi suaranya tidak bisa terdengar. Ia bisa mendengar semua yang ada di sekelilingnya.

Kelihatannya ia tidak lagi memiliki ingatan, emosi dan tujuan, atau hal-hal yang membuatnya menjadi seseorang. Benaknya tertutup rapat. Dalam hati ia bertanya-tanya ada apa dengannya. Ia terperangkap dalam benaknya. Terperangkap antara kepekaan dan kehampaan. Berada pada posisi di tengah-tengah antara koma dan tak sadar. Antara kematian dan kehidupan.

Dalam kotak mesin penompang kehidupan. Untuk sementara Murni merasa tenang dan nyaman. Ia ingin istirahat, seperti baru saja pulang dari perjananan. Perjalanan yang melelahkan.

Lamat-lamat dia mendengar suara yang berbicara disisinya.

"Kenapa ngga mati aja sih!"

"Kakak!"

"Sia-sia usaha". Dia mendengus kesal. "Ssssttt!! kakak!" Hasnah mengingatkan Rita.

"Oyo kita pergi", Hasnah menarik Rita. "Dia seperti mayat hidup, sepertinya dia pake susuk". Hasnah menarik Rita keluar. Perawat itu hanya memberi waktu 5 menit. Dia memeriksa daftar nama yang boleh membezuk. Nama mereka tidak ada di daftar. Tetapi akhirnya mereka bisa membezuk. Rita memberikan salam tempel. Menyogoknya.

Mereka menghentikan langkah dan berbalik mencari jalan lain. Om Aji dan mbo Minah berjalan ke arah mereka.

Hasnah dan Rita bersembunyi di taman. Untunglah mereka berbelok ke ruang dokter. Di kejauhan Hasnah melihat Richman. Sudah 15 hari Richman menghilang. Jantung Hasnah berdegup kencang. Richman datang dengan pakaian seperti pendaki gunung. Rambutnya gondrong awut-awutan. Kumis dan jenggotnya tumbuh tak beraturan. Richman seperti dia 8 tahun yang lalu. Hasnah tertunduk lesu. Sesabar apapun ia menunggu, hati Richman bukan untuknya. Hasnah menyeka airmatanya. Ia tak menyangka menikah dengan Richman yang dicintainya membuatnya tak bahagia. Rita Memeluk adiknya. Ia tau Hasnah menderita. Tapi hanya Hasnah yang bisa membawanya pada kesejahteraan hidup keluarganya.

Meskipun sulit menjelaskan dengan bahasa ilmiah, kesadaran manusis tidak bisa diukur secara konkret dan belum ada tehnologi yang membaca benak maupun kesadaraan seseorang. Karena kesadaran adalah sesuatu ysng tumit dan misterius.bisa begitu rumit dan misterius. Pada saat Murni kehilangan kesadaran ia hanya bisa sebatas mendengar hal-hal di sekitarnya, tapi otaknya tak mampu memahami mengapa ia berada di situ dan apa yang terjadi pada dirinya.

_________

¹ turun dari gunung.

² Danau Aco yang terletak di Kampung Linggang Melapeh, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Posisinya berada di puncak Kampung Linggang Melapeh.

³ sebuah kecamatan di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, Indonesia.

Next chapter