webnovel

Chapter 24

Kelli berjalan menuju kelasnya, bajunya yang berantakan itu menjadi sorotan. Tas yang berada di bahunya itu menunjukkan jika dirinya terlambat.

Kelli memasuki kelasnya, anak satu kelas melongo melihat penampilannya. Ia melempar tasnya di meja, kemudian mendudukkan dirinya di kursi.

"Kalian kenapa? Kok liatin gue kayak gitu? " tanya Kelli, beberapa dari mereka membuang muka.

"Lo kok telat? Terus penampilan lo berantakan banget." Kelli tertawa kecil.

"Tadi ada masalah di jalan, bukannya gue biasanya berantakan ya?" tanya Kelli lagi, kali ini dengan senyuman menyebalkan.

"Biasanya lo nggak seberantakan ini Kell, " ujar Putri. Kelli hanya menjelaskan jika ban motornya bocor, minus tentang adegan keroyokan itu. Mereka hanya manggut - manggut.

"Tadi kan di absen dan lo nggak ada. Pak Milan bilang kalau misal lo masuk, Lo disuruh menghadap beliau di ruang guru," papar Nita, Kelli mengumpat dalam hati. Ia lupa jika guru piket hari ini Pak Milan, jika dirinya tahu pasti ia sudah mengajak Reyhan untuk bolos di tempat lain, yang pastinya tidak kembali ke sekolah.

Jika dulu mungkin ia biasa masuk keluar ruang BK atau ruang guru, karena ia ingin menarik perhatian mamanya dan pelampiasan di tinggal Vian pergi. Tapi sekarang, ia rasa ia harus mulai belajar berubah pelan - pelan. Hubungan dengan mamanya sudah membaik, ia tidak mau membuat mamanya kecewa. Dan sebentar lagi ia akan menemukan Vian-nya, tinggal menunggu waktu saja.

" Ya udah gue ke ruang guru dulu, makasih ya Nit." Nita mengangguk. Setelah merapikan sabuk dan dasinya, ia keluar kelas menuju ruang guru.

***

"Permisi." Kelli masuk dan berjalan ke arah meja Pak Milan. Disana sudah ada satu laki - laki, dan Kelli merasa familiar dengan bahu lebar laki - laki itu. Kelli pun mendudukkan dirinya disamping laki - laki itu, di depannya Pak Milan menatap dirinya tajam.

"Benar tebakan saya, kalian terlambat dan bolos kan?" tanya pria paruh baya itu. Kelli melirik ke arah samping, disana ada Reyhan yang juga sedang meliriknya.

"Pak, saya dan Reyhan terlambat karena ban motor saya bocor. Kalau Bapak nggak percaya, saya punya buktinya." Kelli menyodorkan ponselnya, disitu ada foto ban motornya yang bocor dan pria paruh baya yang membetulkan ban motornya. Itu foto beberapa tahun lalu saat ia SMP, foto yang selalu ia jadikan senjata alasan agar dapat menolongnya disaat genting seperti ini.

"Ya sudah, kalian saya maafkan. Lain kali di cek ban motornya sebelum berangkat," ucap Pak Milan, senyum Kelli mengembang.

"Siap Pak, " balas Kelli mantap. Ia dan Reyhan pun keluar dari ruang guru.

"Itu foto jaman kapan? Perasaan lo tadi..hmphmp." Kelli membungkam mulut Reyhan di saat yang tepat, mereka masih di pintu dan laki - laki itu berniat ingin membongkar alasannya. Yang benar saja. Begitu keduanya menjauh dari ruang guru, Kelli melepas tangannya.

"Duh kok basah, lo jorok banget sih." Kelli mengusapkan tangannya ke baju seragam Reyhan.

"Lah salah sendiri, lo bekap mulut gue. Mana tangan lo asin pula," ucap Reyhan sebal.

"Lo juga salah. Lo mau bongkar semuanya, hah? " Kelli menatap Reyhan tajam.

"Padahal asik di hukum," gumam Reyhan yang masih dapat Kelli dengar, perempuan itu menatap aneh Reyhan.

"Dasar nggak waras, " gumam Kelli dan berlalu meninggalkan Reyhan.

"Woy, lo mau kemana?!" teriak Reyhan.

"Ke kamar mandi, kenapa Lo mau ikut?!" balas Kelli tanpa menoleh. Reyhan bungkam, ia berlalu pergi dengan wajah yang memanas.

***

"Halo Kak Vion, Kak Bian, aku gabung ya." Bian mengabaikan perempuan itu, sedangkan Vion mengangguk ragu.

"Oh iya Kak Vion, Kak Reyhan dimana ya? Kok nggak kelihatan," tanya Nita seraya mengunyah baksonya, Vion yang fokus dengan ponselnya itu menoleh.

"Dipanggil sama Pak Milan," ucap Vion singkat, perempuan di depannya itu manggut - manggut.

'Berarti sama kayak Kelli dong,' batin Nita kesal, ia mengaduk baksonya tanpa minat.

"Lah itu si Rey," celetuk Bian, Vion dan Nita mengikuti arah pandang laki - laki itu, senyum Nila mengembang.

"Gimana Rey?" tanya Vion, Reyhan mendudukkan dirinya di sebelah laki - laki itu.

"Nggak jadi di hukum, kucing garong ternyata punya senjata. Pada akhirnya Pak Milan bebasin kita dari hukuman. Tapi alasannya emang benar," terang Reyhan.

"Senjata?" tanya Bian dengan kerutan di keningnya.

"Iya, senjata. Jadi dia punya foto. Foto waktu ban motornya bocor, padahal dia waktu di bengkel tadi dia nggak pegang ponsel," jawab Reyhan.

"Wihh pintar banget si Kelli," puji Bian dan Vion.

Nita benci, kenapa selalu Kelli. Ia membenci perempuan itu, Kelli selalu cari perhatian ke semua laki - laki. Terutama kepada Reyhan, laki - laki yang ia sukai.

Nita bergumam lirih,"Pintar dari mananya, itu licik namanya."

"Lo bilang apa tadi, Nit?" Nita tersentak, ia tidak menyangka jika Bian mendengarnya. Laki - laki itu tersenyum sinis.

"Lo kenapa sih Bi?" tanya Reyhan.

"Ini si Nita, masa dia bil—" ucapan Bian terpotong.

"Anu Kak, Nita permisi ke kamar mandi ya." Nita berlalu pergi seraya menyumpah serapahi Bian di dalam hati, ia harus berhati - hati dengan laki - laki itu.

***

Kelli berjalan ke arah perpustakaan, ia mendapat pesan dari Rian untuk menemui laki - laki itu disana. Sesampai disana ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Rian, tapi ia tidak menemukan laki - laki itu.

"Psst...," bisik seseorang, Kelli mengernyit ia berjalan menuju rak buku.

"Dimana sih," gerutu Kelli.

"Nyari gue?" Kelli menoleh, ia mendapati Rian dengan cengiran lebarnya.

Keduanya duduk berdua dan mulai membahas pelajaran matematika. Kelli mulai menyukai pelajaran horror itu, melihat semangat perempuan itu Rian tersenyum. Hari ini mereka membahas tentang eksponen dan logaritma, dan Rian memberi 15 soal untuk Kelli.

"Ini Yan, udah selesai. Coba lo cek," ujar Kelli seraya memberikan kertas jawabannya, Rian menerimanya dan mulai melihat hasil jawaban Kelli.

"Gimana? Betul semua, kan?" tanya Kelli dengan mata berbinar, Rian tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Lo hebat Kell," puji Rian, Kelli tersenyum lebar.

drrtt... drrttt..

Tengil : Ke kantin sekarang, nggak pakai lama.

Kelli mengerucutkan bibirnya kesal, ia mematikan ponselnya. Kelli tidak enak dengan Rian, laki - laki itu masih menatapnya penasaran.

"Yan, maaf ya. Reyhan minta gue ke kantin, nggak papa kan gue tinggal?" Tanya Kelli, Rian mengangguk. Kelli beranjak dari kursi dan pergi ke kantin. Sepeninggal Kelli, Rian tersenyum kecut. Setiap perempuan yang ia sukai, Reyhan selalu merebutnya. Tapi kali ini, ia tidak akan melepaskan Kelli untuk Reyhan.

Next chapter