Segala transfortasi dikerahkan mengangkut beberapa pasukan keamanan demi menuju lokasi kekacauan terjadi, di perusahaan Grace Orps. Salah satunya merupakan helikopter yang tengah mengantar Golden beserta beberapa bawahannya.
Gelagat Golden nampak gelisah di tempat. Beberapa kali berusaha menghubungi Rick dan yang lainnya, tapi panggilan selalu mengalami gangguan.
"Hei, berapa lama lagi kita bisa sampai ke Grace Orps?" tanya Golden terdengar risih pada sang pilot.
"Masih perlu 10 menit lagi, Kapten."
Golden mendecih, memijit pelipisnya sendiri. Dia tak menyangka kalau misi ini akan berakhir dengan kekacauan separah ini. Memang organisasi telah mengerahkan dua tim Agent, tapi tetap saja para Agent itu belum berpengalaman menghadapi kekacauan sepeti ini, apalagi mereka baru dua minggu bekerja.
"Cepatlah! Aku tidak bisa lagi menahan Virtozous ini!"
Mata emas Golden beralih pada sosok anak laki-laki yang sudah sibuk meretas sejak awal keberangkatan tadi. Kini panel-panel hologram di sekitarnya menimbulkan banyak notifikasi yang berhasil membuat anak Virtozous itu semakin pusing.
"Bagaimana pergerakannya, Biner?" tanya Golden pada anak Virtozous berkode nama Biner.
"Kelihatannya, dia berusaha membuat sedikitnya dua portal baru dan membiarkan beberapa portal lainnya kurusak," jelas Biner tanpa mengalihkan pandangannya pada panel hologram. "Aku berusaha untuk mengacak susunan program untuk portal barunya. Tapi, sepertinya dia membuat susunan program yang baru juga, sehingga aku tidak bisa memprediksi algoritmanya."
Dari penjelasan Biner saja, Golden sadar bahwa situasi akan semakin buruk jika mereka tidak tepat waktu untuk sampai ke Grace Orps.
"Kau masih bisa bertahan sekitar 10 menit, kan?" tanya Golden berharap.
"5 menit." Biner mulai mengomel, "Hanya 5 menit, atau sirkuit-sirkuit elektrik di tubuhku mengalami korsleting!"
Golden hanya bisa pasrah saja kalau sampai begini. Yang penting, dia dan pasukan mereka harus segera bertindak sesampainya di Grace Orps nanti. Jangan sampai kekacauan di gedung perkantoran besar itu malah menyebar sampai mengacaukan kota.
~*~*~*~
Kejadian 15 tahun lalu, di suatu daerah kepulauan. Nampak seorang gadis kecil berambut biru berlari-lari kecil di sekitaran kobaran api yang semakin besar membakar desanya. Beberapa warga desa terlihat berlarian ke arah berlawanan dari arahnya, bahkan di antaranya tanpa sengaja menabrak sang gadis karena diserang rasa panik.
"Ayah! Ibu! Adik…! Dimana kalian…?"
Gadis itu tak henti berteriak memanggil keluarganya yang terpisah. Kepulan asap tebal dan kobaran api yang terang cukup mengganggu penglihatannya, bahkan nafasnya mulai terasa sesak akibat kelebihan menghirup asap.
Lama-kelamaan langkahnya memelan, tertatih kerena hampir tak sanggup menyeret tubuhnya lagi. Namun kebetulan setelah melewati bagian kecil api, ia menemukan sosok ayahnya terjatuh ke tanah akibat dihempaskan oleh suatu sebab.
"A—." Belum ia sempat memanggil, sang gadis terkejut bukan main.
Gadis itu melihat seorang pria berjubah hitam berdiri di depan tubuh ayahnya dengan sepasang mata reptil yang sangat tajam mengintimidasi, mengangkat sebuah pedang berukuran besar di kedua tangan. Pedang itu memiliki gerigi-gerigi tajam yang berputar ganas mirip seperti gergaji mesin, tapi nampak lebih mengerikan.
Di hadapannya, dengan mata kepalanya sendiri sang gadis melihat apa yang seharusnya tidak boleh ia lihat. Pria itu tanpa perasaan menusuk tubuh sang ayah, membiarkan tubuh itu tertusuk dan tercincang habis oleh gerigi-gerigi mesin pedang tersebut.
Kaki kecilnya melangkah mundur, mata birunya membola sempurna, tubuhnya bergetar ketakutan, dan pikirannya kacau entah kemana.
Ayahnya… dibunuh… di hadapannya….
"AYAH!!!"
~*~*~*~
"Aligator!"
Sosok yang dipanggil itu hanya menaikan sebelah alisnya, membalas tatapan tajam dari mata biru Sherka yang menampakan kebencian mendalam pada dirinya.
"Gadis berambut biru…?" Pria itu nampak bergaya seolah-olah berusaha mengingat sesuatu sampai akhirnya ia menjentikan jari beberapa kali. "Ah…! Gadis di pedesaan para Fishar itu, rupanya. Sekarang, kau sudah besar. Bahkan menjadi bagian dari Agent NEBULA? Luar biasa…."
"Hentikan basa-basimu yang memuakan itu! Jadi, kau dalang dari semua kekacauan ini?!" tegas Sherka, emosinya benar-benar sudah meledak. "Kali ini, apa yang telah kau lakukan? Mencari pemasukan untuk kelompok mafiamu, hah?!"
Mendengar perkataan Sherka membuat Rick dan Regan bingung. Tentang pria yang dipanggil dengan nama yang berbeda, Sherka yang mengenalnya, dan tentang kelompok mafia.
"Mafia…?" ucap Rick bingung.
"Sherka, kau mengenal Ali?" tanya Regan mulai penasaran.
Sherka menoleh, melihat kedua pria itu nampak bingung. "Ali? Oh! Kalian belum tahu tentang siapa dia sebenarnya? Nama aslinya adalah Aligator Whisl. Dia merupakan seorang pemimpin kelompok mafia kelas antar planet yang dikenal sebagai VORA, dan sudah berhasil menjalankan banyak aksi kejahatan. Pemasukan kelompok mafianya berasal dari usaha pembunuh, pencurian, biotekno ilegal, produksi senjata ilegal, narkoba, kejahatan cyber, hingga prostitusi."
"Halooo…." Kali ini pria yang bernama asli Aligator itu malah kembali berbasa-basi dengan santai. "Jadi, sekarang kalian tahu 'kan kalau aku ini seorang mafia. Rasanya, terlalu berlebihan jika aku dipuji-puji sebagai pemimpin mafia. Aku tersanjung…."
"Aku tidak memujimu, Buaya!" teriak Sherka kesal pada Aligator.
"Mafia VORA…? Jadi, dia anggota mafia?" Terdengar dari ucapannya, Regan semakin marah ketika mengetahui bahwa perusahaan keluarganya dihancurkan oleh seorang mafia.
"Dia bos mafia?!" Rick terkejut, mulai memeluk tombaknya sendiri dengan mata membelalak. "Aduh…. Serem juga. Kami baru sadar kalau sejak tadi kami malah berhadapan dengan bos mafia."
"Jangan bercanda, Rick!" omel Sherka kesal melihat gelagat Rick yang mendadak jadi takut. "Aku serius bilang kalau dia merupakan pemimpin kelompok mafia!"
"Memangnya aku terlihat bercanda, Bawel?!" omel balik Rick tak terima. "Aku beneran takut kalau harus berhadapan dengan mafia! Kau tahu sendiri 'kan kalau para mafia itu suka membunuh orang dengan sadis, dan rata-rata dari anggota mereka merupakan psikopat jenius, kayak di film-film?!"
"Memang itu kerjaan mereka selama ini," jawab Sherka sambil bersedekap.
Rick mematung di tempat. Posisinya jadi sangat tidak menguntungkan di sini. Berhadapan dengan seorang mafia merupakan hal buruk baginya. Rick sudah cukup trauma ketika teman-teman satu kosnya dulu terus memintanya menonton film-film psikopat tentang kejahatan para mafia.
"Baiklah…." Iseng-iseng Rick berbalik, hendak berjalan menjauh. "Sepertinya, aku harus secepatnya balik. Kakiku mau pincang, nih."
"Eh! Eh! Eh…!"
Buru-buru Regan menggapai bahu telanjang Rick, meremasnya keras dan menatap Rick dengan tatapan menuntut janji, sangat tajam beserta aura-aura mencekam terasa di sekitar pria albino itu.
"Kau tidak boleh pergi, Rickolous…. Kau sudah berjanji untuk membantuku, bukan…?" ucap Regan dengan nada bicara berat.
Perlahan senyum canggung terlihat di wajah Rick beserta dua jari ia tunjukan pada Regan. "Hehe…. Kalau yang ini aku beneran bercanda."
"Rick!"
"Sudahlah, Regan…." Sherka menyapu debu-debu yang sempat menempel di jas hitamnya. "Kalian tidak perlu repot-repot lagi melawannya."
Dengan ayunan tangan Sherka, tiba-tiba muncul sebuah pedang Berserker dengan gerigi-gerigi tajam dari hasil pembentukan butiran-butiran hologram, transferan dari Gelang AndroMega miliknya.
"Kali ini, biarkan aku yang melawannya…," ucap Sherka dalam dengan ekspresi yang sangat serius.
"Tapi, Sherka—."
"Kalian tidak perlu ikut campur, Regan! Ini urusanku dengan iblis ini!"
Gadis ini benar-benar keras kepala. Setelah tahu siapa orang yang berada di hadapan mereka, Sherka ingin bertindak sendiri, bertarung melawan Aligator satu lawan satu.
"Wah…." Aligator menancapkan pedang besarnya di aspal. "Bertambah satu lagi orang yang akan melawanku? Tak apa. Aku memang sudah lama tidak memanaskan otot-ototku ini."
"Kau…." Sherka mendesis semakin kesal.
Semua gerigi pada pedang Sherka mulai bergerak cepat hendak mencincang apa saja yang mengenainya. Matanya tajam menatap Aligator, kedua tangan menggenggam erat gagang pedang, dan mengambil posisi siap untuk bertarung.
"ALIGATOR!!!"
Sherka melesat cepat menuju Aligator dengan pedang gergaji siap diayunkan di tangannya. Ketika Sherka mengambil tindakan, Aligator segera menahannya dengan pedang besarnya juga. Maka terjadilah gesekan cepat yang menimbulkan percikan api besar pada permukaan pedang Aligator karena mengenai gerigi-gerigi mesin pedang Sherka.
"Sherka!"
Regan hendak membantu, tapi tangannya dicegat Rick. Nampak Rick menggelengkan kepala, enggan membiarkan Regan ikut mengambil tindakan.
"Kau tidak lihat dia semarah itu kalau kita ikut campur?" kata Rick memperingatkan, "Kita tidak tahu apa yang terjadi antara Sherka dan Aligator. Biarkan Sherka menanganinya sendiri. Kalau dia nampak kesulitan, baru kita bantu."
Regan pun memutuskan untuk diam, menyetujui perkataan Rick. Mereka hanya bisa memperhatikan pertarungan antara Sherka dan Aligator sampai gadis itu kelihatan perlu membutuhkan bantuan. Lagipula, mereka berdua butuh istirahat sejenak setelah pertarungan berat tadi. Apalagi, Rick dan Regan hampir kena tembak dari pelontar plasma.
Aligator dan Sherka sama-sama saling menahan serangan hingga keduanya menjauh, lalu mulai saling adu tebasan. Suara benturan dari dua pedang metal berukuran besar cukup mengganggu pendengaran, ditambah dengan percikan-percikan api kecil yang sering muncul di setiap tebasan akibat gerigi pedang Sherka. Walau pedang yang mereka gunakan sangat besar, mereka masih bisa bertarung dengan gerakan cepat.
"Gerakan mereka sangat cepat," komentar Regan, cukup takjub dengan cara bertarung Aligator dan Sherka.
Rick meringis ngeri melihatnya, "Ish…! Aku jadi ngeri sendiri melihat mereka bertarung secepat itu menggunakan pedang berukuran besar. Tombakku yang ukurannya tidak sampai setengah dari ukuran pedang mereka saja sudah membuatku pegal-pegal kalau bertarung secepat itu."
Keduanya terus adu tebas sampai Sherka menjauh dengan bersalto ke belakang sambil menebas aspal, tebasan dari gerigi pedang gergajinya menciptakan sabit biru holografik yang melesat cepat ke arah Aligator.
Aligator menghindari serangan itu dengan berguling ke samping. Tanpa perlu perintah suara pada gelang AndroMega lagi, pedangnya otomatis bertransformasi menjadi Plasma Launcher setelah diputar. Beberapa kali Aligator menembakan plasma medium ke arah Sherka, tapi Sherka mampu menghindarinya dengan beberapa gerakan akrobatik.
Semua itu terjadi sangat cepat, bahkan Rick dan Regan hampir tak bisa menangkap pergerakan mereka dengan jelas. Beberapa kali keduanya terkejut ketika melihat ledakan-ledakan yang dihasilkan dari berbagai serangan.
"Tidak akan kubiarkan kau lolos!" tegas Sherka semakin mengeratkan genggaman pada gagang pedang.
Sambil terus menghindari dan menepis serangan plasma Aligator, Sherka berlari cepat menghampirinya. Gadis itu segera melancarkan serangan berikut dengan mengayunkan pedang ke arah Aligator. Aligator nampak menahan serangan itu dengan Plasma Launcher, tapi ada yang aneh dari reaksi tubuhnya.
Tubuh Aligator terlihat mengalami glitch beberapa kali hingga berubah menjadi hologram. Sherka membelalak, menyadari sesuatu.
"Teleportasi hologram?"
Sherka hendak menoleh, tapi tak sempat karena dari belakang ia sudah diserang oleh pedang Berserker Aligator sampai terpental membentur pilar penyangga hingga hancur dan menimpa tubuhnya.
Bukan Sherka namanya jika mati begitu saja akibat tertimpa reruntuhan pilar. Dia masih bisa bangkit setelah melempar beberapa bagian pilar, tapi sekarang keadaan tubuhnya agak melemah, bahkan Sherka perlu dibantu pedangnya untuk bangkit. Nafasnya terasa tak beraturan akibat lelah, beberapa bagian pakaiannya sobek, dan tubuhnya pun mulai dipenuhi banyak lebam serta luka-luka lecet.
"Kau merupakan wanita yang tangguh Sherka." Aligator menyugar rambut hitamnya ke belakang. "Apa kau berlatih sangat berat hanya untuk bisa mengalahkanku? Dendammu tidak main-main rupanya."
"Ck! Cu-cukup!" Sherka berusaha berteriak saat nafasnya masih belum teratur. "Berhenti bersikap tengik! Aku akan segera menghabisimu…!"
"Sungguh? Dengan keadaanmu seperti itu?" Aligator memalingkan wajahnya sesaat. "Ayolah, kau wanita…. Kali ini, aku akan membiarkanmu lolos, dan kau juga biarkan aku lolos. Di lain kesempatan aku berjanji kita akan kembali bertarung."
"Aku tidak perlu dikasihani olehmu!!!"
Sherka melesatkan tubuhnya kembali ke arah Aligator, akibatnya tanah yang ia pijaki hancur porak-poranda. Sherka kembali berusaha menebas Aligator. Aligator berusaha menahan tebasan Sherka, tapi tebasan itu berhasil mendorong sedikit tubuh Aligator.
"Kau jadi semakin kuat kalau marah." Aligator menyeringai, "Baiklah. Kalau kau ingin menyusul ayahmu, akan aku wujudkan."
Aligator berhasil lepas dari tebasan Sherka. Dengan gerakan lebih cepat, Aligator memberikan serangan bertubi-tubi sehingga membuat gadis berambut biru itu kewalahan untuk menangkis dan menahannya.
Ketika Sherka lengah akibat kewalahan, Aligator mulai melancarkan tebasan yang lebih keras lagi pada Sherka. Namun kobaran api tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Berikutnya, Aligator merasakan pedangnya ditahan oleh sebuah tombak merah.
Tentu saja, Rick yang berusaha melindungi Sherka dari serangan Aligator.
Dari samping juga nampak Regan bergerak cepat hendak menebas Aligator, tapi Aligator mampu menghindar dengan melompat mundur ke belakang.
"Rick, Regan, apa yang kalian lakukan…?" desis Sherka tak terima dengan tindakan dua rekan Agent-nya.
Rick memutar-mutar tombaknya sesaat. "Kau terlihat sudah mulai kewalahan, Sherka."
"Biarkan kami membantu," usul Regan, "Di sini yang punya dendam bukan hanya kau saja."
Melihat ketiganya, Aligator terkekeh kecil sambil menyembunyikan seringainya dengan punggung tangan. "Jadi…, kalian bertiga berusaha mengalahkanku? Tiga sekawan mulai bersatu, rupanya."
"Ingatlah, Ali, Aligator, atau apalah namamu itu! Kau banyak berhutang atas segala tindakan kejimu," tegas Regan sambil mengacungkan katananya, "Kau ada hutang nyawa dengan keluarga Sherka. Kau juga berhutang karena telah menghancurkan perusahaan cabang milik ayahku."
"Dan kau juga…. Eee…." Rick susah mencari kata-kata untuk ikut ia ungkapkan. "Aku hanya kesal padamu! Dan ini juga karena tugasku sebagai Agent untuk mengalahkanmu, menangkapmu, dan menyerahkanmu pada organisasi!"
Aligator tidak menanggapinya, hanya memutar bola matanya acuh sambil memutar pedangnya hingga kembali bertransformasi menjadi Plasma Launcher.
"Terserah. Aku tak peduli."
Tanpa pikir panjang, Aligator menembakan plasma masif ke arah mereka bertiga, mengakibatkan benda-benda yang mengenai sekitar parkiran ini hancur seketika. Syukurlah, mereka masih bisa menghindar.
"Kalian hampir membuat kesabaranku habis."
~*~*~*~