webnovel

Legenda Pitung Bule (III)

Sebelumnya, kita menyaksikan bagaimana eGod bicara dan turut andil dalam membebaskan Pitung, maksud saya… Kolonel Zaney yang gagah berani kembali ke markasnya, mengisi ulang tas brankas emasnya, sekaligus juga menghidupkan kembali semua prajurit eIndonesia yang dibabat Zaney. Kini Kolonel Zaney bergerak cepat menuju gudang senjata, sementara semua pasukan elite eIndonesia terbakar dendam membara.

Siapakah yang akan menuntaskan pertempuran anyar ini?

Sementara itu, Presiden Isnuwardana sedang menonton rekaman ulang bagaimana Northern Territory dan Western Australia jatuh ke tangan eIndonesia dengan mudah. Bendera sang saka merah putih berkibar gagah di kota-kota dan pusat administrasi serta berbagai lokasi strategis lainnya. Pasukan eIndonesia tengah menjaga dan menenangkan penduduk setempat sambil memadamkan api dan asap di mana-mana.

Pak Presiden menelpon, "Halo, ABeRI? Sudah pergantian hari, Queensland sudah ditaklukkan? Belum ada laporan dari kalian." Dan Queensland adalah jatah pasukan elit.

"Kami masih brifing mengenai situasinya, Pak President."

"Briefing? Masih briefing?!"

"Um.. iya. Ada sedikit masalah kecil. Yah… ada seekor tikus masih bertahan di sini sebelum kita bisa menguasai keadaan... Seekor tikus herkules..."

"Kamu kesulitan? Kita bisa saja mengirimkan pasukan cadangan. Toh daerah lain sudah dikuasai, komandan. Bagaimana menurutmu?"

Hening di ujung saluran. Sebelum komandan pasukan eIndonesia itu menjawab dengan enggan, "Kirimkan semua pasukan Pak Pres. Ini kayaknya bakal memerlukan banyak sekali bantuan."

Isnuwardana kini benar-benar terkesan, "Aku pingin melihat tikus macam apa ini yang kau sebut. Kirimkan aku siaran langsung! Segera!"

Zaney jauh lebih murka ketimbang para prajurit eIndonesia. Bayangkan was madder than Indonesian soldiers. Bayangkan jika kamu melihat puluhan prajurit yang berhasil kamu bokong mendadak kembali hidup dan menyerbu ke arahmu dengan penuh dendam. Bayang-bayang pertempuran masa lampau masih berkunang-kunang di benaknya bagaikan kabut hitam beracun. Kejadian kemarin benar-benar seperti mimpi.

Dalam waktu sejam, pasukan eAustralia dan aliansinya kembali dihancurkan. Zaney kembali benar-benar sendirian, terpaksa bertahan dan bersembunyi dalam gudang senjata. Setelah ia pertama kali memperlengkapi senjatanya, ia telah mengebom tujuh pos jaga, menjatuhkan tiga helicopter eIndonesia, enam ninja elit, dan dua tanker eIndonesia. Ia telah mengeduk uang dari brankasnya lagi dengan perasaan mual yang dialami jika seseorang harus mengulang lagi pekerjaan yang sangat berat; tiga jam telah berlalu sejak pergantian hari. Ia sangat lelah lahir dan batin. Namun ia tidak bisa berhenti.

Hujan serangan RPG, pelontar granat, ledakan bom demi bom mengguncang pos-pos eIndonesia. Zaney sekali lagi merasakan dirinya mati rasa. Ia bagaikan mesin pembunuh, tanpa emosi, tanpa nurani. Ia hanya ingat apa yang harus ia kerjakan: bertembur, memulihkan diri, mengambil senjata, bertempur, pulihkan diri, ambil senjata, lalu bertempur lagi! Terus dan terus!

Namun sedikit demi sedikit wilayah perang gerilyanya makin terkikis, hingga akhirnya yang tersisa hanyalah gudang senjatanya. Pasukan bantuan eIndonesia terus mengalir, patah tumbuh hilang berganti, esa bilang dua terbilang, tidak peduli berapa banyak dari mereka yang gugur. Kol. Zaney merutuki kenyataan pahit itu.

all-x, Prince Rizkyputra, mamangbakso, flik_kenni, Jeverag, dan pasukan elit lainnya meneropong gudang senjata seratus meter di depan mereka. Pasukan pengepung terus bersembunyi, tidak kunjung bergerak.

"Dia ada di dalam Pak!"

"Kalo gitu, kenapa gak masuk ke dalam hah?! Kalian panggil diri kalian tentara ABeRI?" Telorkuda, wakil komandan ABeRI meraung marah.

"T-t-tapi pak... banyak ranjau... ada bazooka... P-p-pitung katanya kebal Bazooka... Saya..." prajurit itu menggigil.

"PENGECUT!! MAJU KALAU TIDAK MAU, TAK SUNAT SEMUA!" Irfan dan telorkuda serempak membentak para prajurit atas kepengecutan mereka. Tentu saja ancaman menghancurkan kejantanan para prajurit selama-lamanya jauh lebih mengerikan ketimbang mati.

Dengan enggan, dicambuk teror dan tak berdaya, para prajurit mulai maju… selangkah demi selangkah… Zaney meringis keji saat mengawasi mereka dari loteng gudang dan membuka handel alat picu. Tombol merah itu kini menyala merah terang, bagaikan meminta dipencet untuk menghasilkan ledakan maut.

Ketika bagian tengah gelombang prajurit telah menutupi ladang ranjaunya, Zaney memencet tombol itu sembari menembaki mereka dengan bazookanya habis-habisan! Ledakan dan bola api muncrat dan melejit hingga ke angkasa, jeritan maut para prajurit diredam bunyi ledakan dan getarannya yang mampu mementalkan prajurit. Bumi berguncang dan seluruh daerah di sekitar gudang tersalut api dan asap tebal.

"Oke. Pasukan umpan sudah menyelesaikan tugasnya. Sekarang, siapkah kalian untuk ronde dua?!" Jeverag mengawasi prajurit elite eIndonesia yang sudah mengenakan baju anti api lengkap dengan topeng gas. Masing-masing memegang senapan mesin, pistol, granat, serta berbagai pisau.

"Ronde tiga maksudmu, Komandan, " all-x berkomentar seraya mengangkat baru karang raksasa seberat 1 ton di masing-masing tangan.

"Sial berada di pihakmu, Kol. Zaney."

Komandan Jeverag langsung mengomando, "Go go go!!"

"Haik!" all-x melemparkan batu raksasa itu dengan kedua tangannya. Yang satu menghantam pintu gudang hingga ambrol, yang satu dilemparnya ke loteng tempat Zaney mengintai. Tembok loteng dan jendelanya kontan ambrol dan Zaney terpental terhajar batu dan serpihan tembok.

Zaney beruntung ia tidak tertindih batu karang itu, meski ia tergores-gores dan tersaput debu! Asap hitam dan teriakan-teriakan berbahasa asing lapat-lapat terdengar dari lantai bawah. Gas air mata, granat asap berbagai warna, juga granat pembuta menyambar-nyambar di lantai bawah.

Zaney berupaya berdiri meski ia masih grogi karena trauma hantaman batu. Ia memasang masker gasnya, mengokang senapan semi-otomatisnya, dan berupaya menyeret brankas. Saat itu juga, beberapa batang emas dan gepokan AUD terpental keluar.

Saat itu juga ia tercenung. Matanya terpaku ke isi brankas itu. Ia tak lagi menghiraukan suara-suara teriakan dan bahaya yang mendekatinya. Kesadaran jernih namun sangat pahit merembesi nuraninya. Pahit dan sungguh keras menempelengnya.

Dari keadaan tanpa emosi, tiba-tiba ia merasakan rasa sakit yang menyayat. Kepalanya jernih untuk pertama kalinya sejak dimati-rasakan oleh kemurkaan perang.

Ia sadar bahwa perang telah berakhir.

eAustralia akan dikuasai penyerbu asing pemakan nasi ini.

Ini tidak hanya berarti pertempuran ini. Tidak hanya Queensland, tanah airnya tercinta. Seluruh eAustralia telah runtuh dan aliansi perlindungan mereka diremukkan...

Apa yang sedang ia lakukan kini? Terus berjuang menembaki gelombang demi gelombang musuh tiada henti, menghabiskan uang dan sumberdaya yang dipercayakan rakyat eAustralia kepadanya… untuk ia gunakan dengan bijak? Sudah bijakkah ia?

Apakah keputusan terbaik bertarung hingga dolar, batangan emas penghabisan? Hingga semua perlengkapan medis dan senjata ludes? Pada akhirnya, eIndonesia masih tetap akan menang. Ia akan tertangkap dan disiksa keji. Perjuangannya hanya akan sia-sia belaka.

Nuraninya menjerit: "TIDAK! Aku tidak bisa menyia-nyiakan jerih payah, pengorbanan jiwa raga, serta harapan warga eAustralian hanya untuk terus menarungi pertempuran yang sudah jelas hasilnya ini! Aku harus memikirkan masa depan eAustralia…. Emas ini suatu hari bisa memuat eAustralia kembali menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat!"

"Aku telah berjuang cukup keras dan menunjukkan kepada eDunia apa yang bisa dilakukan warga eAustralia! Bahwa eAustralia memberikan perlawanan gigih! Aku tidak bisa gugur konyol di sini dan membiarkan mereka menjarah isi brankas ini! Sekarang aku harus meloloskan diri dan menyelamatkan brankas ini! Demi masa depan eAustralia!"

Seraya berpikir demikian, Zaney menyiapkan diri untuk menembus rintangan terakhir dan paling sulit: meloloskan diri hidup-hidup sambil menyeret brankas penuh emas, dari gudang senjata penuh asap, penuh ninja, pasukan elit, tukang bakso, dan seorang herkules. Zaney melepaskan seragam militernya, kemudian menggantinya menjadi seragam pasukan eIndonesia yang ia jambret sebelumnya. Melarikan diri adalah prioritas utamanya, tapi tidak tanpa balas dendam yang serius!

Prajurit bolodewo dan kopassus flik_kenni tengah mengendap-endap di dekat beberapa drum sambil mengawasi ninja-ninja FUBAR melompat-lompat dari satu rak bertingkap ke rak bertingkap lainnya. Gudang luas itu benar-benar dipenuhi dengan senjata. Jangkauan penglihatan sangat buruk karen aneka asap….

Prajurit bolodewo melihat bayangan prajurit eIndo yang tengah tersengal-sengal sambil menyeret sesuatu yang bentuknya seperti peti besar.

"Ini... Inih... ada... emas..." suara terbata-bata itu berseru seakan tengah mengulum batu-batu.

"Emas???!!" flik_kenni dan Bolodewo kontan terlompat mendengar kata "emas". Mereka segera berderap mendekat. Lalu mereka melihat koper brankas itu. Lalu saat mereka membuka tutupnya, cahaya terang emas masih bisa terlihat oleh senter khusus anti-asap mereka.

Suara asing dalam bahasa inggris berbisik halus, "Bagus. Aku juga perlu senter itu..."

"Ap...??" Bolodewo tak sempat berucap ketika tinju Zaney melesak di ulu hatinya, dan flik_kenni rubuh terbungkuk-bungkuk saat tendangan Zaney menghantam selangkangannya. Melihat kedua korbannya pingsan, dalam waktu kurang dari satu mikro detik, Zaney melakukan gerakan Jujitsu bernama Irimi-nage, di mana ia bisa mengayunkan sambil mengendalikan tubuh lawannya seperti gasing, sambil cengkraman jari besinya meremukkan jemari Bolodewo yang dipaksa memencet tombol senapan mesinnya. Ia mengarahkan senapan itu ke rak-rak dan ninja yang tengah berlompatan di atas!!

"MU-MUSUH!! T-TOLONNGGG!!!" Bolodewo menjerit kesakitan.

"MUSUH? MANA?!!"

"SINI! DI… SINI!" Satu bogem Zaney membuat Bolodewo membisu selamanya.

"MA-MANA? Bolo! Kenapa lu tembakin kita!"

"Sialan! Saya gak bisa lihat!"

"Saya kena! Medik!!"

"Wei awas! Raknya… Raknya jatoh! Aaaaaahhhhhhhh!"

Gudang itu seketika berubah menjadi neraka instan! Zaney melemparkan bolodewo dan segera menyeret peti kasnya.

Lalu ia mendengar teriakan keras all-x, "Rak-rak ini mengganggu saja! Minggir semua!" all-x menyerudukkan bahunya ke rak yang paling jauh, dan kini rak-rak itu bertumbangan menabrak satu sama lain seperti deretan buah domino! Zaney hanya bisa merutuk, "Demi buaya dan kangguru suci!"

Ia menggendong koper itu di punggungnya, merantainya agar kencang di dada dan pinggangnya dengan kecepatan super, sambil meluruk ke celah berbentuk segitiga di reruntuhan rak yang telah jatuh sebelumnya! Debam dahsyat dan getaran rak-rak rubuh, ledakan senjata dan mesiu membahana. Topeng gasnya hampir terliputi debu ketika ada rak yang rubuh menimpa persembunyiannya, namun ia terlindung dalam celah segitiga itu.

Sementara, kekacauan dan tembak-menembak liar antar prajurit eIndonesia yang kalap terus berlangsung, dan seruan...

"Ada bocoran gas dan minyak! Demi Gatotkoco!"

"Ini bom bunuh diri! Kaburrrrrrrrrrrr!"

Zaney dengan senang hati mengabulkan ketakutan prajurit eIndonesia. Drum minyak yang telah ia sabuki dengan C4 ia ledakkan!

Dentuman gelombang bara menghancurkan sebagian gudang! Kini semua prajurit eIndonesia berlarian panik menyelamatkan diri. Zaney merangkak keluar dari persembunyiannya. Kekosongan gudang membuatnya mampu bergerak ke sayap gudang tersembunyi tempat ia menyimpan jipnya...

"Kalian semua sebuta kampret! Itu Zaney! Kejar dia!!"

Zaney tidak mau berpaling. Ia tahu Herkules eIndonesia sedang berusaha membokongnya. Jadi ia melemparkan sebiji granat ke belakang, granat fragmentasi! Granat itu meledak mempesona berikut lolongan kesakitan yang kedengaran bukan seperti manusia. Raungan kemurkaan yang membahana makin mendekatinya membuktikan bahwa granatnya tidak bisa menghentikannya, demi Emu suci!

The grenade explode magnificently along with an unhuman scream of anger and defiance behind him! But by Holy Emu(s)!

"ZAANEEEYYYYY!!!" raung all-x.

"Indo keparat! Makan nih!" Ia lalu melemparkan sebuah tabung kaca ke lantai, isinya adalah bola-bola titanium sebesar kelereng yang telah diberi pelumas!

"Apa... nasi?" raungan all-x terhenti ketika pijakannya tergelincir oleh bola-bola licin itu dan ia berdebam di lantai dengan sukses!

Zaney memberanikan diri berpaling ke belakang dan demi Koala terkutuk, all-x tengah telentang di lantai, tubuhnya masih terbakar-bakar! Zaney berupaya menghapus kenangan bak mimpi buruk itu dan menguak kain yang menutupi jip itu. Ia melemparkan kopernya ke bangku belakang, melompat ke kursi kemudi, lalu memutar kunci jipnya! Mesin mobil itu langsung meraung hidup!

Zaney menarik napas lega. Tidak ada adegan seperti di film-film saat mesin mobil tidak mau menyala di saat-saat genting. Sebentar lagi ia bisa keluar dari gudang terkutuk ini… Tanpa sadar ia menengadah dan melihat Prince Rizkyputra sedang bergantung terbalik bak kalong sambil mengeke sebuah peluncur rudal ke arahnya!

Momen hidup atau mati itu sungguh singkat! Namun bagi Kol. Zaney, bentangan waktu itu bagaikan setahun rasanya. Saat otot bahunya menggembung menjadi ukuran tiga kali lipat, saat tenaga dalamnya terkonsentrasi dalam ledakan napas, menjadi gerakan melemparkan pisau rambonya tepat ke lubang peluncur rudal itu! Lemparannya yang menyaingi pitching Suzuki Ishiro itu meledakkan peluncur rudal itu berikut empunya!

Zaney tanpa menunggu lagi melajukan jipnya, menabrak barikade dan pasukan eIndonesia, sebelum ia memencet denotator terakhir: bom yang meruntuhkan gudang itu! Dengan special efek ledakan yang hanya bisa dibeli oleh projek film eHollywood, gudang itu rontok berkalang tanah!

"Kejaaarrrrrrr! Kejarrrrrrr dia!" Jendral-jendral eIndonesia hanya bisa berteriak tanpa daya. Namun Pak Presiden Isnuwardana tanpa diduga menghentikan mereka.

"Jangan kejar. Ia sungguh adalah seorang pahlawan besar. Negara yang besar senantiasa menghormati pahlawannya, bahkan dari pihak musuh sekalipun…" Demikian terkesan beliau hingga tetesan air mata bergulir di pipi Pak Presiden Isnuwardana.

Kol. Zaney mengemudi menembus hutan. Jipnya di sana rusak saat melompati tebing. Ia melompat keluar dari jip, lalu berenang sampai ke hilir dengan koper itu di punggungnya...

Keesokan harinya, ia berhasil mencapai perbatasan Canberra...

Ia berhasil bertahan hidup.

Dalam catatan perang musuh, ia dicantumkan berhasil membunuh lebih dari 60 prajurit eIndonesia, berhasil bertahan hidup melawan lebih dari 100 kopasus elit. Canberra War Memorial Hospital mencatat 20 luka karena peluru dan tak terhingga goresan dan bengkak dari tubuhnya.

Koper uang yang ia selamatkan kemudian ia jadikan eAustralia National Fund, organisasi yang digunakan untuk membangun kembali dan mendanai gerakan eAustralia merdeka.

Kol. Zaney tetap menjadi pahlawan legendaris di mata rakyat eAustralia maupun eIndonesia. Ia menginspirasi semangat perlawanan tanpa akhir dan harapan eAustralia merdeka di masa depan. Setelah 8 bulan penjajahan, eAustralia akhirnya berdiri lagi di muka Dunia Baru setelah mencapai persetujuan pembebasan wilayah dengan pemerintah eIndonesia. Salah satu negosiator dan tokoh karismatik yang berada di balik meja perundingan pembebasan eAustralia tidak lain adalah Zaney. eIndonesia, yang dahulunya adalah musuh sengit eAustralia kini bersahat dengan Zaney karena ketakjuban mereka.

Atas pencapaiannya yang luar biasa, pemerintah eAustralia menganugrahkan medali kehormatan tertinggi: The Australian Order Medal, Knight Sir Zaney.

Demikianlah kisah ini, berdasarkan legenda nyata, mengenai...

Si Pitung… Kol. Inf. Zaney.

Next chapter