"Aku kira kamu bakal senang saat aku ambil cuti tahun ini," ujar Zaidan. Mengusapkan ibu jarinya dibuku jemari Hazel lembut.
Hazel mendesah pelan, menyandarkan kepalanya dibahu kursi pesawat. "Bukan begitu, awalnya aku sempat baper, karena aku kira kamu ambil cuti buat liburan bersamaku."
Zaidan memutar tubuhnya menghadap Hazel. "Ada orang penting yang harus aku temui diluar hari kerja."
"Lebih penting dari tuan Abraham?" tanya Hazel. Membandingkannya dengan Abraham, narasumber yang akan mereka temui di Bali nanti.
Zaidan mengangguk. "Ya."
Hazel memiringkan tubuhnya, menatap mata Zaidan dengan wajah serius. "Emm, lebih penting dari aku?"
Pria itu berpikir sejenak, kemudian mengangguk pelan. "Bisa jadi."
"Ishhh," desisnya kesal. Melipat kedua lengan didepan dada, memanyunkan bibirnya kesal. "Katanya aku manusia terpenting no. 1 di dunia?"
Zaidan terkekeh sambil memegangi perutnya. "Kapan aku bilang gitu, hem?" godanya, sambil menyentuh dagu Hazel, genit.
Hazel menurunkan bibirnya, menatap tajam mata Zaidan sambil menyatukan kedua alisnya. "Menurutmu?'
Zaidan mengatur napasnya dan membelai puncak kepala kekasihnya, tak peduli dengan tatapan orang-orang disekitar mereka. "You the one and only Hazel Star. Tenang saja, kamu dan dia merupakan orang paling penting dihidupku. Aku tak bisa memilih, karena kalian sama pentingnya bagiku."
"Dia? Siapa? " tanya Hazel penasaran.
Zaidan mendekatkan wajahnya, tersenyum jahil saat bibirnya berada tepat didepan bibir kekasihnya. Berhenti sejenak, dengan sengaja mengembuskan napasnya didepan wajah Hazel. Membiarkan deru napasnya menyapu kulit kekasihnya. Dan lagi-lagi tersenyum, menggerakan rahangnya kearah samping, membisikan sesuatu ditelinga Hazel seduktif. " Rahasia."
Hazel menutup tubuhnya dengan menarik selimut sampai leher. Mengenakan penutup mata dan juga memasang earphone, mendengarkan lagu kesukaannya berjudul Perfect dari Ed Sheeran. Jika sudah seperti ini, itu artinya ia ingin dunianya sendiri. Tak ingin ada orang lain yang mengganggunya dan mengusik ketenangannya. Dengan pikirannya, dengan perasasaannya, dia ingin menggantikan rasa cemburu itu dengan hal indah lainnya.
DEG!
"Cemburu? Tidakkah aku hanya akan jadi wanita tak tahu diri jika cemburu akan kekasih orang? Aku bukan dia, wanita yang dicintai Zaidan begitu besarnya. Aku bukan dia, wanita yang memiliki cinta sama besar seperti Zaidan. Aku hanya pemeran pengganti atau stuntman yang memerankan peran orang lain." batin Hazel sedih.
"Hei, kamu tidur?" tanya Zaidan sambil menggoyangkan lengan Hazel.
Zaidan tahu bahwa Hazel hanya berpura-pura, wanita itu tidak benar-benar tidur. Dan saat menyadari bahwa sang kekasih sedang merajuk, pria itu langsung menarik rubuh Hazel dan mendekapnya erat. Tak hanya itu, Zaidan juga mendaratkan beberapa kecupan kecil dipuncak kepala Hazel. Kebiasaan Zaidan yang semakin membuat hati Hazel teriris sembilu. Senang, sedih, dan rasa bersalah semakin menghantui diri Hazel kini. "I love you," bisiknya lembut. Memejamkan matanya, menghirup aroma tubuh kekasihnya dalam-dalam.
Ini yang Zaidan sukai, aroma tubuh natural Hazel yang sangat menenangkan. Tak heran jika setiap harinya Zaidan selalu ingin disisi Hazel. Dia menyukai keberadaan wanita ini. Tak heran jika Zaidan lebih sering memanjakan dan memperlakukan sang kekasih bak tuan putri kerajaan. Berada dipelukannya merupakan keharusan dan kebutuhan pribadi. Dia mencanduinya layaknya aromaterapi yang selalu memanjakan hidungnya setiap saat.
"Kamu percaya padaku?" tanya Zaidan lagi yang langsung mendapatkan respons berupa anggukan dari kekasihnya. "Aku akan membawamu masuk kedalam duniaku. Kamu mau?"
"Mim-mimpi itu." Hazel merasa dejavu dengan ucapan Zaidan barusan. Tentang perkataannya yang siap membawa Hazel ke dunianya dan menunjukan keadaan yang sebenarnya. "Dibalik keindahan dunianya, ada dunia kegelapan yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata."
Hazel terdiam sejenak dan mengangguk pelan. "Bawa aku dalam jalanmu, perkenalkan aku pada duniamu, bagi separuh lukamu, dan kembalilah bersamaku."
Kali ini Hazel tidak akan main-main dalam membuat alur kisah novel fiksi itu. Dia yakin, dibalik ini semua, pasti ada alasan kenapa seseorang menginginkan Hazel masuk kedalam dunia fiksi. Ada sesuatu yang tidak Hazel ketahui, termasuk seseorang yang mengirimi novel itu padanya. Terlebih lagi Hazel pernah memimpikan Zaidan bersama dua dunianya yang berbeda. Dimana setelah mengizinkan Hazel melihat keindahan dunia Zaidan, pria itu akhirnya menunjukan dunianya yang gelap dan hening. Lalu apakah kali ini apakah Zaidan benar-benar akan menunjukan dunianya yang sebenarnya?
"The Eternal Love?"
Pangeran berwujud Monster, berlapis jubah hitam, bertopeng, dan menutup kuku tajamnya dengan sarung tangan. Mungkin saat itu adalah kali pertama Zaidan membuka lapisan topeng pertamanya. Setidaknya satu lapis topeng sudah terlepas dari wajah pria misterius bernama Zaidan Abriana. Meski Hazel tahu, bahwa Zaidan memiliki beribu lapis topeng diwajahnya, setidaknya satu harapan telah didapatkannya untuk memudahkan dirinya melepas topeng lain diwajah pria itu. "Ya, setidaknya Zaidan mulai berani membuka satu persatu topengnya."
"Ikut aku!" ajak Zaidan. Menarik tangan sang kekasih tanpa menungu persetujuan.
Dan Hazel pun menurutinya. Berjalan mengekori Zaidan sambil menunduk guna menyembunyikan mata sembabnya. Dia tertegun, memperhatikan cara Zaidan dalam menggenggam tangannya. Melihat bagaimana ruas jarinya dipenuhi oleh ruas jari milik Zaidan Abriana. Mereka akan saling merasakan dan melengkapi. Ya, inilah salah satu kebahagiaannya.
"E-eh ngapain?" Hazel terkejut. Zaidan membawanya memasuki toilet kabin pesawat. Ini diluar dugaan dan juga diluar akal sehat Hazel pastinya.
"Aku penasaran," jawab Zaidan. Memojokan tubuh Hazel didinding. Mengukung bahu kecil itu dengan tubuhnya, menyangga dengan satu tangan kekarnya.
Hazel sama sekali tak mengerti dengan apa yang sedang Zaidan rencanakan sekarang. Zaidan melakukan hal seperti ini didalam pesawat, jelas ini bukan gaya pacaran mereka. Lagipula Zaidan bukan orang biasa, wajahnya begitu dikenali masyarakat Indonesia. Membuat satu skandal saja bisa langsung menjatuhkan namanya, pria itu harus lebih ekstra hati-hati dalam berulah ditempat umum. Pekerjaan yang mengharuskan Zaidan untuk menjual wajah, gaya bahasa, dan keterampilannya. Apalagi sekarang namanya semakin terkenal setelah berhasil menakhlukan beberapa petinggi negara dalam wawancaranya. Siapapun yang berbicara dengannya, akan kalah telak bagaimanapun caranya.
"K-kamu … jangan mesum disini!" kecam Hazel dengan segala kegugupannya. Lututnya melemas seiring pergerakan sang pria yang semakin menghimpit tubuhnya.
"Mesum? aku? Haha." Zaidan terkekeh sambil memandangi wajah tegang kekasihnya. Dia suka menggoda Hazel, menyukai pipi merah merona Hazel. Bagaimanapun Hazel terlihat jauh lebih polos dalam urusan bercinta.
Tak ada peluang untuk kabur dari kukungan Zaidan membuat tubuh Hazel bergetar ketakutan. Apalagi wajah tampan itu semakin mendekat, ditambah lagi Zaidan terus tersenyum yang membuat Hazel semakin meleleh. Dan sekarang tatapan Zaidan berubah, kedua matanya berganti menatap sepasang bibir ceri Hazel. Jelas saja ini dilarang, mereka tidak boleh melakukannya disini. Ini gila.
"Kamu ..." bisik Zaidan syahdu, merapikan anak rambut Hazel dan menyelipkannya dibelakang tellinga. Mengusap kedua pipi itu lembut dan kembali berbisik, "cantik," sambungnya lagi yang diakhiri dengan senyuman maut khas milik Prince Frozen.
DEG! DEG! DEG!
Walau bukan yang pertama kalinya Zaidan memperlakukan Hazel se-intens ini. Tapi untuk ditempat umum, Zaidan belum pernah melakukannya. Apalagi didalam pesawat dengan ketinggian 35.000 kaki dengan kemungkinan CCTV akan menangkap apapun yang mereka lakukan. Jika Zaidan benar-benar melakukannya kali ini, itu artinya dia sudah gila.
Bak penggoda ulung yang sangat berpengalaman, Zaidan semakin gencar menggoda kekasihnya. Dan kini pria itu tengah memandangi wajah sang kekasih dengan tatapan yang begitu intens. Manik matanya bersinar, entah hal apa yang membuat kedua matanya seperti ini. Dia memang bukan tipe penggoda, namun untuk urusan menarik perhatian wanita, Zaidan memang ahlinya. Dan Hazel hanya bisa mengakui bahwa pria tampan didepannya ini adalah kekasihnya, pria yang sangat sulit ditebak kepribadiannya.
"Ada sesuatu yang begitu indah dimatamu," bisik Zaidan. Semakin mendekatkan wajahnya kedepan dan sedikit memiringkan kepalanya.
Hazel tersipu. Terbukti dengan adanya mawar merah yang mekar bebas dikedua pipinya, juga getaran geli yang berasal dari tebaran kupu-kupu diperutnya. Layaknya penjahat, dia menunduk seolah baru saja tertangkap basah hanya karena wajah tesipu tanpa izin. "Terimakasih," bisiknya malu. Sibuk meremas jemarinya sendiri, sembari mengulum senyumnya kikuk.
Zaidan menggeleng. "Bayangan wajahku dimatamu … benar-benar tampan."
Pria itu berdecak kagum. "Wah, jika aku wanita, aku juga akan mencintai diriku sendiri." Puji Zaidan pada dirinya sendiri. Melipat bibirnya kedalam, mengulum senyum jahil khasnya. Dia senang menggoda Hazel, apalagi sampai membuat gadis itu merajuk kesal. Dan benar saja, raut wajah Hazel berubah seperti tebakan Zaidan.
Perempuan itu memalingkan wajahnya ke samping, menyembunyikan rasa malunya yang berlebihan. "Baiklah, priaku ini memang tampan. Dan semua orang mengakui fakta itu, kecuali orang buta yang bisa menampik ketampanan parasmu. Tapi jujur saja, sebagai kekasihmu, aku tidak suka jika priaku tebar pesona pada wanita lain, selain aku."
"Aku tidak pernah melakukannya, Hazel. Tapi jujur …" memotong ucapannya sendiri dan kembali berbicara. "Entah kenapa, hanya matamu yang mampu menyinarkan wajah tampanku. Sampai-sampai aku selalu ingin bercermin diwajahmu setiap harinya."
"Sebenarnya ada apa dengan matamu? Kenapa Tuhan menciptakan sepasang mata yang begitu istimewa?" Zaidan terlihat kembali mendekatkan wajahnya, menatap kedua manik mata sang kekasih lebih lekat dari sebelumnya.
Hazel membisu saat menyadari tubuh mereka kini saling menempel satu sama lain. Zaidan berhasil menepis jarak diantara mereka tanpa Hazel sadari. Bahkan ia kini kembali merasakan debaran jantung sang kekasih yang berirama, indah, dan menakjubkan. Menghirup dalam-dalam wangi khas tubuh Zaidan, sepertinya mereka saling mencandui aroma tubuh pasangan. "Matamu jauh lebih indah," bisik Hazel dalam hati.
"Abriana" Perempuan itu meremas ujung sweaternya guna melampiaskan rasa gugup yang semakin membuncah. Telapak tangannya basah, tubuhnya berkeringat. Dan jangan lupakan dengan keadaan lututnya yang hampir meleleh bak ice cream.
Hazel terkesiap dan memejamkan matanya, refleks. Hazel hanya bisa pasrah sambil menutup mata saat Zaidan menurunkan kecupannya dari kening ke tempat lain seperti: kelopak mata, hidung, dan kedua pipinya. Zaidan menjelajah wajah Hazel dengan bibirnya, tak lagi dengan jemarinya. "Aku suka ketika mendengar bibirmu memanggil nama belakangku," ucap sang pria sambil memiringkan wajahnya. Mendaratkan satu kecupan hangat dikening kekasihnya, lebih lembut dan berdurasi lama dari kecupan yang biasa dia berikan.
"I love you. I love you. And I love you." Zaidan berbisik tepat didepan telinga Hazel.
Jantung Hazel berpacu sangat cepat saat Zaidan mendekatkan bibir mereka. Sedikit membuka sepasang bibirnya untuk menyambut tamu yang selalu dinantinya sedari dulu. Namun, semua khayalan itu pupus saat Zaidan memilih untuk menghentikan aksinya, pria itu memilih untuk mengusap kedua pipi Hazel dengan ibu jarinya kemudian menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hazel. "Cuci wajahmu, aku tunggu diluar."
"Ah, o-oke."
Perempuan itu terdiam didepan wastafel setelah membasuh muka dengan air dingin. Berusaha mengembalikan kesadarannya yang telah hilang beberapa waktu lalu. Ini ulah Zaidan, si jahil itu sukses membuat pipi Hazel memerah seperti tomat. Dipandangnya lagi pantulan wajahnya dicermin. "I-ini kalung siapa?" menyentuh lilitan kalung dengan liontin berbentuk hati yang melilit dilehernya. Mengusap liontin itu sambil memutar kembali memorinya pada waktu-waktu yang telah dilewatinya seharian ini.
Dan tak lama kemudian perempuan itu tersenyum, sepertinya dia sudah tahu siapa yang telah memasangkan kalung dilehernya tanpa izin. Zaidan. Ya, sepertinya pria itulah yang memberinya kalung berliontin hati. Pria itu membuat pengalihan untuk memberikan hadiah manis dengan cara yang unik. Memasangkan kalung diam-diam sambil menggodanya tanpa henti, benar-benar mengalihkan perhatian Hazel dari trik sulap cinta ala Zaidan Abriana.
"I love you."
"I love you."
"And I love you."
Entah berapa banyak Zaidan mengucapkan kalimat "I love you" selama ini padanya. Sejauh ini Hazel tak pernah bosan dengan kata-kata indah yang terus terngiang dikepalanya. Namun ada perasaan sedih setelah mendapat pengakuan cinta berkali-kali dari mulut pria sesempurna Zaidan. Karena pada kenyataannya semua itu ditujukan bukan untuk diri wanita dihadapannya, melainkan Hazel yang dicintai Zaidan didunia fiksi.
"Apakah aku pantas membalas dengan kalimat I love you too?" gumam Hazel sambil menatap cermin yang memperlihatkan pantulan kalung dilehernya.
Hazel kembali dengan senyum miris. Berjalan sambil merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit kusut. Sial. Zaidan sukses membuatnya malu setengah mati hari ini. Lihat saja pandangan penumpang lain terhadapnya. Beragam tatapan didapatkannya, termasuk dengan tatapan cibiran wanita muda yang duduk disekitar bangkunya bersama Zaidan.
"Kau akan menjadi milikku sampai aku mati dan aku akan menjadi milikmu sampai kau mati." Ungkap Zaidan dengan senyum tulus tanpa campur sisi genit seperti sebelumnya.
Hazel tersenyum simpul. "Aku takut kamu berubah."
"Berubah menjadi Leonardo Dicaprio?" canda Zaidan sambil terkekeh pelan.
"Tak mengingatku dan melupakanku." Hazel bergumam setelah merebahkan tubuhnya dikepala kursi, memejamkan matanya, dan mengembuskan napasnya lembut.
Zaidan membuat tatapan kosong sambil menatap intens wajah kekasihnya. Mengabsen seluruh wajah Hazel dengan pandangan matanya. "Aku rasa kekhawatiranmu terbalik, Hazel. Nyatanya aku tetap mengingat dan mencintaimu dimana saat sebuah fakta berbicara bahwa kamu tak lagi mengingatku, bahkan melupakan cerita tentang kita."