webnovel

Bagian Tiga Belas Apa Yang Kulihat Malam Itu

Kuliah Kerja Berhantu

Bagian Tiga Belas

Apa Yang Kulihat Malam Itu

Part sebelumnya :

"Sudahlah ... semuanya terlah terjadi, Put! Tidak ada yang harus disesalkan!" ujarku mencoba menenangkan hatinya.

Aku tidak pernah sadar, kalau sebenarnya ada sepasang mata yang kini tengah memperhatikanku di balik pintu.

"Hmmm ... tampaknya mereka memang melakukan itu ya semalam!"

***

Sudut Pandang Putri

POV

Hari-hariku selama di KKN ini terasa begitu lama, aku begitu rindu dengan rumah, keluarga dan juga lingkungan kehidupanku yang selama ini kulakukan. Tapi semua ini tentunya harus aku jalani, jika tidak, apa yang nantinya akan aku pertanggungjawabkan dengan nilai dan juga kuliahku nantinya. Seperti malam ini contohnya, aku masih sibuk, menyiapkan beberapa hal untuk besok pagi. Aku harus mendatangi Bu Kades, bertemu dengan warga, memberikan penyuluhan tentang akibat dan bahaya obat-obatan. Yah ... begitulah hariku besok hari, pasti berat dan terasa lelah, tapi harus bagaimana lagi. Aku masih harus menyudahi semuanya sendiri.

Malam telah berjalan begitu larut, aku masih sibuk dengan laptopku untuk mengetik beberapa hal terkait skripsiku kala itu. Teman-teman yang lain seperti Ceni, Ira dan Aisyah sudah terlelap dalam tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 01.05 Wib menandakan waktu telah mengarah menuju pagi. Aku segera menutup laptopku dan berniat untuk menuju Toilet, hal ini sudah biasa kulakukan sebelum aku pergi tidur.

Aku berjalan pelan, mencoba untuk tidak mengganggu teman-teman yang lain agar tidak terjaga. Sebenarnya aku cukup takut untuk pergi ke toilet di tengah malam seperti ini, ingin juga rasanya membangun anak cowo seperti Handaka, mungkin rasanya akan sedikit romantis kalau ada pria yang rela menunggui seorang wanita di tengah malam seperti ini. Hmm ... tampaknya aku benar-benar menyukai Handaka.

Langkah kaki ini berjalan mencoba untuk melangkah ke arah kamar anak-anak cowo. Aku kemudian berhenti tepat di depan pintu kamar yang tidak terkunci hanya ditutupi oleh selembar kain tipis berwarna merah. Aku mencoba untuk melongo dan melihat ke dalam, tapi ... ternyata anak-anak cowo juga sudah tertidur lelap semuanya. Aku yang tidak enak untuk menganggu mereka kemudian meninggalkan kamar tidur anak-anak cowo dan beranjak menuju kamar mandi. Aku berjalan pelan, udara dingin menusuk kulit dan samar-samar suara anjing mengonggong kian menggema, sebenarnya aku takut, tapi ... rasa ingin kencing ini lebih besar dari rasa takutku, tampaknya tidak lucu kalau tengah malam begini harus mencuci celanaku, hanya karena aku terkencing-kencing di celana.

Aku kemudian masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan lampu agar terlihat sedikit terang dan kemudian mencoba untuk kencing, rasanya aku melakukan hal itu sekitar 1-5 menit lamanya karena aku sambil bermain handphone tentunya. Aku tidak pernah sadar, sebenarnya sedari tadi dari balik langit-langit kamar mandi ini perlahan ada sesuatu yang bergerak.

Makhluk ini bergerak pelan, mencoba mendekati Putri dari belakang, berharap anak manusia ini tidak mengetahui apa yang tengah terjadi di belakangnya, dengan pelan dan senyap kemudian makhluk berwarna hitam bagai kabut hitam ini mulai menampakkan wujudnya menjelma menjadi Kuntilanak yang kini bersiap untuk mencekik Putri dari belakang.

Udara dingin yang menusuk, dan bulu kuduk yang tiba-tiba meremang aku rasakan. Aku benar-benar takut, sedari tadi tampaknya ada suatu hal yang bergerak-gerak di belakangku, tapi aku tidak yakin akan itu. Aku mencoba untuk menoleh ke belakang dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Namun betapa terkejutnya aku, ternyata yang kini tengah berada di belakangku adalah sesosok Kuntilanak dengan bola mata hancur meneteskan darah yang tersenyum ke arahku. Aku rasanya ingin teriak dan lari dari keadaanku saat ini, namun tak bisa. Aku terlalu takut. Aku benar-benar takut hingga kedua kaki, tangan, bahkan mulutku tidak bisa mengeluarkan suara dan bergerak mematuhi perintah otakku.

Aku benar-benar kalut kala itu, tapi tiba-tiba makhluk ini kian mendekat, jari-jarinya yang dipenuhi kuku nan tajam mendekati leherku dan sesaat kemudian aku merasa makhluk ini akan mencekikku. Aku kemudian tidak sadar dan mulai berpikir kalau aku akan mati malam ini.

Aku pingsan di dalam kamar mandi dengan posisi celana yang masih turun sebatas lutut, kesadaranku hilang dan semuanya terasa gelap. Tak lama kemudian aku terjaga, aku merasa seperti berada dalam sebuah kotak kubus berwarna hitam pekat.

"Apakah ini yang dinamakan kematian?" pikirku dalam hati.

Aku masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada diriku saat ini. Namun tampaknya informasi sangat minim dan aku tidak tahu berada dimana saat ini.

Kuntilanak itu tiba-tiba saja muncul dengan raut muka yang menyeringai. Ia seolah tersenyum, walau senyuman itu terasa begitu menakutkan untuk aku sikapi. Aku mundur beberapa langkah, hingga kemudian tubuhku berhenti membentur dinding.

"Pergi! Pergi kau! Jangan dekati aku!" bentakku dengan lantang ke arah Kuntilanak itu.

Makhluk itu tidak bergeming sedikit pun sembari menatap tajam ke arah mataku. Ia kemudian mendekat dan terdengar suara lirih keluar dari mulutnya.

"Temani aku ... aku kesepian di sini." Ucapnya pelan. Wajah penuh dengan luka dan bola mata yang meneteskan darah itu terlihat menatap tajam ke arahku.

"Tidak ... kau bukan Manusia! Pergi dari hadapanku sekarang juga!" ucap Putri sembari berteriak keras.

"Aku ingin punya teman, tempat ini terasa sangat sepi." Ungkap Kuntilanak itu.

Putri masih terus meronta dan kemudian sosok Kuntilanak itu masuk ke dalam tubuhnya. Putri tidak bisa berontak dan kemudian tanpa sadar, dia telah terbangun dan kini berada di dalam kamar. Terlihat Ceni dan Ira ada di sampingnya.

"Kamu kenapa, Put? Kamu pingsan tadi di kamar mandi." Ucap Ira.

"Kepalaku sakit. Apa yang terjadi?" balas Putri.

"Malah kami yang ingin bertanya hal itu kepadamu. Kenapa kamu bisa pingsan di kamar mandi? Apa kamu sakit, Put?" tanya Ceni yang terlihat khawatir sembari memegangi dahi Putri. Ia mengecek suhu tubuh Putri apakah panas atau pun tidak.

Handaka yang kebetulan ingin ke kamar mandi dan lewat di depan kamar para wanita melihat Ceni dan Ira yang masih terjaga di waktu Subuh seperti ini, "Ada apa ini, Ra?" tanya Handaka penasaran.

"Oh, Kamu ... Han. Ini Putri tiba-tiba saja pingsan. Aku dan Ira membawanya ke kamar setelah menemukannya terbaring di lantai kamar mandi." Jelas Ceni.

"Lebih baik ganti dulu baju dari Putri. Aku lihat bajunya basah itu. Nanti dia jadi tambah sakit." Saran Handaka yang kemudian meninggalkan ruangan itu.

Ceni dan Ira baru sadar, kalau baju yang dikenakan oleh Putri ternyata basah. Putri kemudian menceritakan apa yang terjadi dengannya malam itu kepada Ceni dan Ira.

#Bersambung