webnovel

PTSD

"Dulu kuliah satu kampus di Yogyakarta sama mas, tapi pas spesialis dia ambil kejiwaan"

Mereka berdua selesai dan keluar dari resto. Arsya mengantar Yumna sampai ke gerbang depan kos, sedangkan dia kembali ke homestay yang ditempati bersama dokter lainnya.

🔹🔹🔹

Keesokan harinya Arsya menjemput Yumna berangkat ke kantor, setelah itu dia menuju Gedung Nasional Indonesia tempat di adakan konferensi untuk membahas virus dari negeri Wuhan. Sesuai dengan perkiraan, acara selesai tengah hari dan Arsya bergegas menuju ke kantor menjemput Yumna ke dokter Afifa.

Sesampainya Arsya di kantor Yumna, dia sudah menunggu di depan dengan balutan rok dan kerudung mocca serta atasan broken white. Setelah mengucapkan salam, mereka menuju parkiran untuk menuju ke dokter Afifa.

"Kamu siap?" Yumna menghela nafas panjang, dan mengangguk.

"Insha Allah"

Tiga puluh menit kemudian Yumna dan Arsya sampai ke lokasi dokter Afifa. Papan nama tertulis dr. Afifa Reza, Sp.Kj membuat Yumna menjadi keringat dingin. Sudah ke sekian kali dia datang tapi tetap saja masih terasa takut. Melihat ketakutan Yumna, Arsya menggenggam tangannya dengan erat.

"Tarik nafas" perintah Arsya

Setelah menemui resepsionis mereka duduk di ruang tunggu. Afifa membuka pintu mendapati Arsya.

"Masuk Bay"

"Iya"

"Loh bukannya ini Yumna ya?" tanya Afifa heran, bukannya Bayu (Arsya) bilang membawa seseorang yang memerlukannya.

"Iya dok"

"Jadi ini Bay tunangan kamu. Ini mah aku kenal, kebetulan sesi kita memang hari ini ya na? kamu siap?" Yumna mengangguk, lagi lagi Arsya menggenggam untuk menguatkan.

Setelah berbincang cukup lama mereka masuk ke ruang konsultasi, Yumna sudah berbaring bersiap dengan sesi konsultasi. Arsya melangkahkan kakinya menuju ke luar, Yumna menahan tangan Arsya untuk tidak beranjak dari sisinya.

"Mas jangan pergi"

"Sebaiknya kamu di sini, temani dia" Arsya hanya menjawab dengan kedipan mata pertanda iya.

"Baiklah kita mulai. Kamu boleh menutup mata, ceritakan apa yang ingin kamu ungkapkan. Jika saya bilang berhenti, kamu harus berhenti. Intinya dengarkan saya. Apa kamu mengerti?" titah dokter Afifa

"Iya dok"

"Ceritakan apa yang membuatmu takut? apa terjadi sesuatu di masa lalu?" Yumna hanya terisak, dia tidak bisa berkata apapun. Mulutnya terasa kelu, hanya isakan tangis yang terdengar semakin kencang.

YUMNA POV

"Apa yang membuat kamu rasakan"

"Yumna sakit"

"Dimana yang sakit"

"Perut, dada, tangan, semua badan terasa sakit"

"Sakit seperti apa? na"

"Nyeri, pusing, sakit" aku sedikit merintih tanpa sadar

"Pernah merasa tiba-tiba sedih, lalu tiba-tiba bahagia? atau menangis tanpa sebab?"

"Ya, sering"

"Lalu apa lagi yang kamu rasakan"

"Yumna takut" Air mataku sudah mulai terasa mmbasahi pipi.

"Takut apa?"

"Yumna takut"

"Apa terjadi sesuatu di masa lalu?" Semakin deras air mata yang mengalir di pipi Yumna.

"Dulu hidupku sangat bahagia, aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku, teman-teman, dan bahkan aku memiliki mas Dicky. Sampai suatu ketika, aku merasa sangat tidak berguna" Air mata terus mengalir di pelupuk mata, Arsya yang melihat itu tidak tega.

"Hentikan" titah dokter Afifa. Sedangkan aku menggeleng, aku merasa masih cukup kuat untuk menceritakannya.

"Kehidupanku berubah 180 derajat, aku kehilangan semuanya. Aku merasa tidak berguna"

"Delapan tahun lalu . . . saat aku berusaha menggapai cita-citaku sebagai seorang polwan, saat itu aku sedang menunggu mas Dicky. . ." Dokter Afifa masih terus memerintahkan untuk membuka mataku. Nafasku sudah tidak beraturan, sudah sangat sulit bernafas. Sampai akhirnya aku sudah tidak mengingat apapun lagi.

AUTHOR POV

"Jadi Yumna kenapa fa? "

"Dari diagnosaku dari gejala psikosomatik yang di alami seperti nyeri, kelelahan, dada sakit, apalagi kamu tahu kan dia ada maag kronis. Hmm " dokter Afifa menjeda kalimatnya.

"Mendengar dari sekilas cerita yang dia sampaikan, Yumna adalah gadis ceria sampai entah kejadian apa yang membuatnya menjadi pemurung" lanjut Afifa.

"Post-traumatic stress disorder?"

"Betul Bay"

PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis.

Para penderita PTSD memiliki pengalaman atau pernah menyaksikan dengan kejadian-kejadian traumatis. Kejadian tersebut biasanya mengancam jiwa atau fisik dan membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Situasi tersebut tentunya sangat menakutkan, bahkan bisa saja mendekati kematian.

Penderita PTSD biasanya akan mengalami kejadian-kejadian yang sama terus menerus dengan berbagai persepsi. Bisa saja berupa penglihatan, mimpi, ilusi, halusinasi, atau kilas balik.

Jika tidak ditangani dengan tepat, PTSD dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang bisa terjadi akibat PTSD adalah gangguan jiwa berat –seperti skizopherenia ataupun percobaan bunuh diri. Hal lain yang bisa ditimbulkan ialah gangguan tidur menetap, ataupun penghargaan diri yang rendah. Pada akhirnya hal ini dapat memicu berbagai gejala psikosis atau gangguan kejiwaan lainnya. (kutipan)

"Iya, aku belum tahu pastinya trauma apa yang di alami. Pelan-pelan Bay, aku khawatir jika memaksakan justru tidak baik untuk kesehatannya juga. Sepertinya dia memendam trauma yang sangat panjang. Biasanya PTSD terjadi karena pelecehan seksual atau kekerasan semasa anak-anak. Tapi semoga dugaanku salah."

"Apa karena itu, dia memintaku berfikir ulang untuk menikahinya?"

"Aku harap itu hanya pradugaku. Sementara ini aku akan memberinya antidepresan dan untuk pengobatannya kita tetap harus melakukan terapi"

"Apa yang sebenarnya terjadi na?" Arsya mengusap tangannya ke kepala Yumna, sedangkan Yumna masih berada di alam mimpinya.

"Kamu harus tetap berada di sampingnya Bay, kamu tahu kan, selain depresi, kecemasan, dan mempengaruhi di nakanan penderita PTSD juga lebih berkemungkinan memiliki keinginan untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri" jelas Afifa kepada Arsya.

"Lakukan yang terbaik untuknya, aku percayakan padamu fa"

"Insha Allah Bay, kita sama-sama berdo'a ya semoga Yumna segera sembuh. Aku tinggal nggak papa?"

'Kamu kuat sayang, kamu pasti bisa lalui ini. Apapun yang terjadi di masa lalu aku nggak peduli, yang ku mau kamu sembuh. Aku akan selalu disini untukmu' batin Arsya

"Mas" suara Yumna mengagetkan lamunan Arsya

"Dek, kamu udah sadar?"

"Yumna dimana?"

"Kamu masih di ruang Afifa"

"Duuhh" Yumna berusaha bangun, tapi kepalanya terasa masih sangat nyeri. Yumna kemudian menyenderkan ounggungnya di ranjang.

"Udah kamu tiduran aja dulu, kita tunggu Afifa bentar" Yumna hanya mengangguk, kepalanya masih terasa pusing. Entah kenapa suaranya seperti orang habis menangis dan rasanya sedikit plong hatinya. Tidak lama kemudian dokter Afifa masuk.

"Yumna udah sadar?"

"Alahmdulillah"

"Lain kali jika ada sesi lagi, saat saya bilang berhenti kamu harua berhenti. Jangan memaksakan, kamu tahu bahayanya untuk dirimu?" dokter Afifa terlihat seperti dokter yang memarahi pasiennya yang bandel.

🌹🌹🌹

Terima kasih buat yang sudah kasih PS dan sering komen. Jangan lupa kasih PS nya lagi yaa 😉. Buat yang belum kasih PS, di tunggu 😊😊. 100 power stone minggu ini bakal up setiap hari.

ditaa_febriany

Firza_Ninis

Iza_Asmaraali

Muh_Lis_8775

layhaagung

Muryani26

Prita_Maylinda

Bunda_kabade

Mynm_PN

Bikin cerita bab ini sampe nangis sendiri, author lebay. Semoga yang membaca ikut merasakan ya.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Lail88creators' thoughts
Next chapter