webnovel

Membuntuti Penyihir (8)

Ia kembali melangkah menuju arah lemari tempat persembunyian Milena. Kali ini walau bukan untuk membuka lemari, hati Milena berdegup kencang.

Sang penyihir meraih sapu yang patah dan dengan langkah tergesa-gesa menaiki tangga. Milena membuka sedikit lemari dan mengintip ke arah perginya. Suasana hening. Ia menelan ludah berat. Matanya melirik kotak yang berada di atas meja. Ia bisa mengambil apapun isi dari kotak itu sekarang, tapi sang penyihir akan segera tahu ada yang memasuki pondokannya.

Hal terburuk yang dipikirkannya adalah sang penyihir akan memeriksa seluruh ruangan dengan mantra kegelapan, kemungkinan besar ia akan tertangkap. Lalu? Lalu apa? Diawetkan dalam stoples kaca dingin? Terkungkung sendirian dalam kegelapan tanpa cahaya hangat mengenai kulitnya? Segala kegembiraan dan kesenangan direnggut darinya hanya demi menjadi bahan ramuan penyihir kegelapan?

Membayangkan hal itu membuat tenggorokannya kering, isi perutnya serasa jungkir balik.

Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Derap langkah itu terdengar pelan dan mantap. Milena buru-buru kembali bersembunyi.

Dilihatnya sang penyihir membopong sebuah kotak yang lumayan besar. Ukiran di kotak itu lebih rumit dengan hiasan emas di segala sisinya. Kotak yang sangat indah! Mata Milena berbinar.

Suara gedebuk terdengar ketika kotak itu diletakkan di atas meja yang penuh dengan botol-botol ramuan. Kotak itu terlihat lebih rumit dari yang ada sebelumnya. Ada huruf-huruf rune kuno yang terukir di setiap sisinya. Di bagian atas terdapat sebuah kombinasi yang mungkin seumur hidupnya tak akan bisa ia pecahkan.

Sepertinya kotak itu terbuat dari besi. Peri alergi terhadap besi. Benda itu bisa jadi masalah buatnya. Pertanyaan besar mengusik batinnya: Benda apa yang paling berharga yang ada dalam kotak itu lebih dari isi kotak sebelumnya? Bahkan ada huruf-huruf rune kuno dan kombinasi palang aneh sebagai pelindungnya? Apakah buku sihir paling gelap? Atau harta yang memiliki kekuatan paling hebat yang pernah ada? Milena bergerak-gerak gelisah di balik lemari, ia sangat penasaran dengan isi kotak itu.

Sang penyihir menggerak-gerakkan tangan kanannya pada bagian atas kotak berhuruf rune itu. Ia mendendangkan sebuah mantra yang hanya berupa bisikan, lalu sebuah cahaya ungu hitam gemerlap bersinar keluar dari bagian atas kotak itu. Tangannya membuka kombinasi yang ada tanpa menyentuhnya, palang-palang itu bergerak sendiri bagaikan ular yang menari-nari riang mengejar mangsanya, berputar dengan arah yang membingungkan, kadang ke kiri, ke kanan, ke bawah, ke atas, lalu bergerak bersamaan ke arah tertentu hingga sebuah batu permata merah muncul di tengah-tengah kotak. Ia menekan batu permata itu, kotak itu membuka dengan cara yang sangat unik—Bukan seperti kotak pada umumnya yang terbuka dari atas. Kotak ini terbuka pertama dari depan, beberapa pola balok bergerak maju mundur soeolah-olah mencocokkan suatu kombinasi lain. Sebuah garis lurus membagi bagian depan kotak itu, dilanjutkan dengan suara 'klik'. Sisi depan kotak itu terbelah dua, membuka secara perlahan dan memperlihatkan sebuah kombinasi lagi. Milena nyaris berteriak dengan kegilaan kombinasi pada kotak itu. Kenapa tidak menggunakan kotak biasa saja dan memantrainya? Seberapa pentingkah isi dari kotak itu?

Next chapter