webnovel

Lima Ratus Yuan?

Editor: Wave Literature

Begitu Shen Hualian datang, ibunya berkata, "Aku ingin buang air kecil."

Ibunya lalu berkata lagi dengan terburu-buru. "Cepat."

Ayah Shen dan suami kakak iparnya pun segera keluar. Setelah itu, Shen Hualian segera mengambil baskom urin. Saat Zhu Haimei juga mengulurkan tangannya untuk membantu, wajah ibu mertuanya berubah menjadi suram. "Keluar."

Zhu Haimei tertegun sejenak. Shen Hualian pun segera berkata kepadanya. "Jika ibu menyuruhmu keluar, maka cepatlah pergi keluar."

Zhu Haimei kemudian bergegas keluar dan berdiri di dekat pintu. Ia pun meratapi nasibnya di dalam hati. 'Oh sang pemilik tubuh asli, mengapa kamu sangat bodoh? Tidak ada seorangpun yang menyukaimu. Karena kesan pertama orang-orang padamu itu sangat membekas, maka sepertinya tidak akan mudah untuk mengubahnya.'

Setelah selesai buang air kecil, suasana hati ibu mertuanya menjadi sangat nyaman.

Sekarang mereka semua sedang berdiri di depan ranjang pasien tempat ibu mertuanya dirawat. Sedangkan ayah Shen duduk di tepi ranjang pasien istrinya. "Istriku, bukankah Dokter sudah mengatakan jika digips, tulang kakimu mungkin tidak akan tumbuh dengan baik. Menurutku dioperasi saja, karena jika kita menundanya terlalu lama, akan mudah terjadi dislokasi pada tulang mu."

Ucapan tersebut membuat ibu mertua Zhu Haimei menjadi sedih. "Gips saja. Jika dioperasi membutuhkan uang berapa banyak?"

Zhu Haimei lalu berkata dari sampingnya. "Ibu tidak perlu mengkhawatirkan tentang biayanya. Uang bukan menjadi masalah. Jika Ibu mau dioperasi, kaki Ibu akan sembuh. Jika kaki Ibu hanya digips, maka pertumbuhan tulangnya akan buruk dan rentan terjadi dislokasi, bagaimana Bu?"

Wanita tua itu justru meraih benda apa saja yang ada di sampingnya dan melemparkannya ke arah Zhu Haimei. Kemudian, Zhu Haimei yang baru menyadari bahwa benda yang dilempar ibu mertuanya itu adalah sebuah cangkir, ia buru-buru menghindarinya. Lalu terdengar suara berisik dari cangkir dan air yang terjatuh ke lantai. "Dasar wanita kurang ajar! Kamu cuma tahu caranya menghabiskan uang anak laki-lakiku saja! Apa kamu pikir mendapatkan uang itu mudah?"

Mereka semua yang ada di sana tidak ada yang menduga bahwa ibu mertuanya akan mengambil cangkir dan melemparkannya kepada Zhu Haimei. Mereka semua menjadi terdiam setelah kejadian tersebut.

Tindakan ibu mertuanya tersebut membuat Zhu Haimei menjadi sangat marah. Ada apa dengan temperamen ibu dan anak ini? Ketika mereka sedang marah, mereka langsung melempar benda padanya. Seharusnya, ibu mertuanya tidak boleh bertindak seperti itu pada Zhu Haimei, karena bagaimanapun juga Zhu Haimei adalah menantunya. Amarah Zhu Haimei pun seketika menyeruak dalam tubuhnya, tetapi ia mencoba untuk bersabar. Ia lalu berkata dengan nada selembut mungkin. "Setiap orang memang tidak bisa mendapatkan uang dengan mudah, tetapi yang paling penting sekarang adalah menyembuhkan luka Ibu. Kami masih muda, jadi kami masih bisa bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi jika Ibu enggan merawat luka yang Ibu derita dengan baik, maka Ibu akan menyesal nantinya."

Shen Hualian lalu mencoba membujuk ibunya dan berkata, "Bu, apa yang Ibu lakukan? Meskipun dulu adik ipar punya kesalahan, tetapi bukankah sekarang ia cukup pintar?"

Begitu Zhu Haimei mendengar kakak iparnya membantunya berbicara pada ibu mertuanya, ia pun memandang kakak iparnya dengan tatapan heran. Apa kakak iparnya sudah melupakan kebenciannya terhadap Zhu Haimei yang dulu pernah meminta jam tangannya secara paksa?

Wang Chunlai, suami dari kakak iparnya juga menyetujui ucapan Zhu Haimei. "Aku pikir ucapan Adik ipar ada benarnya, Bu. Bukankah biayanya cuma lima atau enam ratus yuan saja? Aku akan menanggung dua ratus yuan nya."

Menantu laki-laki keluarga Shen tersebut memang menantu yang baik. Ketika ibu mertuanya dirawat di rumah sakit, ia rela mengeluarkan uangnya. Dan saat Zhu Haimei menatap Shen Hualian, ekspresi wajah Shen Hualian benar-benar terlihat puas.

Tetapi, yang Shen Hualian pikirkan adalah, suaminya ini sedang membuat bangga dirinya di depan keluarga ibunya. Sebenarnya, di rumah mereka hanya ada uang sebesar dua ratus yuan. Saat memikirkan tentang hal itu, suasana hatinya berubah menjadi suram. Uang dua ratus yuan tersebut harus digunakan untuk membeli pestisida, pupuk, dan membiayai biaya sekolah dan pakaian sekolah dua anaknya yang masih kecil. Uang tersebut tidak akan cukup untuk membiayai biaya operasi ibunya. Akan tetapi, saat melihat ibunya yang terbaring di tempat tidur, Shen Huanlian merasa sangat sedih. "Tetapi, bukankah Adik ipar mengatakan bahwa ia yang akan membiayainya?" Setelah berpikir sejenak, Shen Hualian pun menoleh pada Zhu Haimei.

Zhu Haimei tidak mengabaikan pandangan dari kakak iparnya tersebut. Masalah uang lima atau enam ratus yuan ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan masalah kaki ibu mertuanya yang akan digunakan untuk berjalan seumur hidup. Namun, setelah ia dimarahi oleh ibu mertuanya, tiba-tiba Zhu Haimei terdiam dan tidak berani membicarakan tentang hal tersebut.

Sebenarnya, ibu mertuanya sangat mengerti apa yang dikatakan oleh Dokter. Karena ada tulang yang patah, maka kakinya tidak mungkin bisa pulih sepenuhnya jika hanya digips. Tulangnya yang patah hanya bisa diperbaiki dengan menggunakan pelat baja yang dipasangkan saat melakukan operasi.

Sebelum ibu mertuanya siuman, Dokter tidak khawatir mengenai dislokasi pada kaki ibu mertuanya, tetapi karena sekarang sudah siuman, ibu mertuanya harus segera dioperasi agar tidak tidak terjadi dislokasi pada kakinya. Jika itu sampai terjadi, maka akan sulit untuk melakukan operasi.

Zhu Haimei bukanlah orang yang bodoh. Ia memahami maksud tatapan Shen Hualian itu dengan jelas. Zhu Haimei lalu mengambil satu ikat uang dari dalam saku pakaiannya. Meskipun ia membawa semua uangnya yang berjumlah dua ribu yuan, tetapi ia tidak mengikatnya menjadi satu. Satu ikat uang yang dikeluarkannya berjumlah sekitar lima ratus yuan.

Semua orang merasa terkejut saat melihat seikat uang tersebut.

"Aku tidak tinggal dan makan dengan gratis di kota Jiang. Ini adalah uang yang aku dapatkan dari bekerja paruh waktu. Aku tahu aku dulu sering membuat kesal kalian, tetapi masalah itu dan masalah ini adalah dua hal yang berbeda." Jika setelah ini ibu mertuanya masih menolaknya, maka Zhu Haimei tidak bisa berbuat apapun lagi. Zhu Haimei lalu berkata, "Jika Dongyuan ada di sini, ia pasti akan bersikeras menyuruh Ibu operasi. Ibu adalah orang tua, jadi bisakah Ibu tidak menyulitkan anak-anak Ibu?"

Ibu mertuanya menjadi sangat marah bahkan hampir pingsan karena ucapan Zhu Haimei barusan. 'Apa maksudnya ia menyulitkan anak-anaknya?' Pikir ibu mertuanya dalam hati. Penampilan Zhu Haimei sudah terlihat berubah, tetapi kenapa cara bicaranya masih sama?

Shen Hualian kemudian menatap wajah ibunya yang pucat. Ia merasa bahwa cara bicara Zhu Haimei sangat kaku. Akan tetapi karena takut mereka berdua bertengkar, ia pun mencoba membujuk sang ibu. "Bu, jangan keras kepala seperti ini. Menurutku, apa yang dikatakan oleh Adik ipar itu benar. Selain itu, bukankah di masa depan, Dongyuan dan Xijin masih harus menunjukkan anak-anak mereka pada Ibu?"

Setelah mendengar ucapan anaknya barusan, hati wanita paruh baya itu pun tergerak. Benar, kalau ia lumpuh, bagaimana ia bisa melihat cucu-cucunya?

Begitu Wang Chunlai melihat perubahan sikap ibu mertuanya, ia dengan cepat berkata, "Kalau begitu, aku akan pergi untuk memberitahu Dokter."

Wanita paruh baya itu pun mengangguk. Ia pikir ucapan anaknya itu benar dan tidak menolaknya lagi. Wang Chunlai lalu melangkahkan kakinya pergi keluar, dan mereka semua pun menghela nafas lega.

Ternyata suami kakak ipar Zhu Haimei adalah menantu yang lumayan.

Ketika ibu mertuanya bersiap untuk pergi ke ruang operasi, mereka berempat duduk di kursi tunggu yang ada di luar.

Zhu Haimei lalu mengobrol dengan kakak iparnya.

Sejujurnya, Shen Hualian merasa malu pada Zhu Haimei karena Zhu Haimei yang membayar seluruh biaya operasi ibunya. Ketika ia mengobrol dengan Zhu Haimei, ia mencoba untuk menyenangkan hatinya.

"Adik ipar, pekerjaan apa yang kamu lakukan hingga bisa mendapatkan banyak uang?"

"Hanya melakukan pekerjaan sambilan yang cukup melelahkan. Kalau tidak seperti itu, aku juga tidak akan bisa menurunkan berat badanku, kan?"

"Benar. Awalnya aku sampai tidak bisa mengenalimu." Meskipun Shen Hualian dan Shen Dongyuan adalah saudara kandung, tetapi mereka berdua tidak memiliki kemiripan sedikitpun. Shen Hualian memiliki wajah bulat dan suka tertawa. Meskipun usianya sudah tiga puluh tahun, wajahnya tetap terlihat imut saat tertawa, tidak seperti wajah Shen Dongyuan yang panjang dan besar. Apalagi ketika Shen Dongyuan marah, wajahnya menjadi sama panjangnya dengan wajah keledai.

"Pekerjaan apa yang Kakak ipar kerjakan sekarang?"

Shen Hualian menghela nafas lalu menjawab, "Pekerjaan apa? Suamiku bukan seorang pengrajin. Pendapatan keluarga kami bergantung pada tanah seluas empat ribu hingga lima ribu meter persegi. Selain itu, kami menjual buah persik dari seratus pohon buah persik kuning yang ada di bukit, tapi karena setiap rumah memiliki pohon persik, kami tidak bisa menghasilkan banyak uang dari menjual buah persik itu."

"Persik kuning? Bukankah buah persik kuning kalengan sangat laris dipasaran?"

Shen Hualian lalu terkejut setelah mendengar ucapan Zhu Haimei barusan. "Aku tahu jika Hawberry bisa dibuat menjadi makanan kaleng, tapi apa benar buah persik kuning juga bisa?"

Zhu Haimei bahkan lebih terkejut lagi saat mendengar ucapan Shen Hualian. "Kakak ipar tidak tahu?"

Ketika Wang Chunlai mendengar pembicaraan mereka, ia pun pergi menghampiri mereka dan berkata, "Apa kamu bisa membuatnya, Adik ipar? Bagaimana caranya?"

Zhu Haimei bukan orang yang bodoh, tentu saja ia bisa membuatnya. Akan tetapi, ia tidak bisa mengatakannya begitu saja. "Aku pernah mencoba membuatnya, tapi aku harus mempelajari lagi bagaimana cara membuatnya." Jika ia bisa, ia akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk mulai berbisnis lagi.

Wang Chunlai juga tidak bodoh. Ekspresi wajahnya terlihat sangat bersemangat. "Adik ipar, aku akan mengirimkan sekeranjang buah persik saat pulang nanti, jadi silahkan kamu mencobanya."

Next chapter