Lan Qianyu masuk ke kamar kecil sebentar, kemudian dia berbaring di atas ranjang dan tidur. Dia sama sekali tidak memedulikan Ye Yan.
Ye Yan pun berdiri dan keluar dari kamar.
Mendengar suara pintu kamar yang ditutup, Lan Qianyu membuka matanya dan memandang ke arah pot bunga besar yang diletakkan di sebuah sudut. Hatinya pun menjadi kacau, di telinganya terus bergema suara Xiao Han…
"Qianyu tidak mungkin menyukaimu. Seandainya dia menikah denganmu, itu juga dilakukannya demi anaknya. Orang yang ada di hatinya adalah aku, selamanya akan begitu."
Lan Qianyu mengira dia telah merelakan cintanya kepada Xiao Han. Tetapi hari ini ketika dia mendengar suaranya, hatinya masih terasa kacau. Sampai saat ini pikirannya masih dipenuhi oleh bayangannya.
Perkataannya itu seperti sebuah belenggu yang menekan tubuhnya dan membuatnya sesak nafas. Dia mau tidak mau harus mengakui bahwa pernikahannya dengan Ye Yan semata-mata dilakukannya hanya demi anaknya. Orang yang ada di dalam hatinya adalah Xiao Han, sampai saat ini masih tetap sama…
**
Entah kenapa Ye Yan murka, di dalam dadanya seperti ada api yang berkobar-kobar dengan ganas. Dia pun melampiaskan kemarahannya kepada pelayan, bahkan barang-barang di atas meja kerjanya pun semua dihempaskannya ke lantai.
Dia masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia tidak tahu mengapa dia menjadi begitu murka, sepertinya dia telah diperlakukan dengan sangat tidak adil, dan perlakuan tidak adil itu semua datangnya dari Lan Qianyu. Perempuan sialan itu membuatnya marah sampai seperti ini, dan setelah itu dia masih bisa tidur dengan tenang…
Semakin memikirkannya, Ye Yan semakin kesal. Dia berlari kembali ke kamar dengan amarah yang membuncah lalu menarik selimut Lan Qianyu dengan kasar, "Bangun!"
"Apa yang kau lakukan?" Lan Qianyu memelototinya dengan kesal, "Apa yang akan kau lakukan?"
Ye Yan menerjang bagaikan hewan buas dan memeluk Lan Qianyu lalu menciumnya dengan beringas. Lan Qianyu melawannya sekuat tenaga, namun Ye Yan sangat kuat sehingga Lan Qianyu sama sekali tidak berkutik dibuatnya. Kedua tangannya memukuli punggung Ye Yan dengan kuat, tetapi Ye Yan sama sekali tidak bereaksi. Dia lalu menggigit bibir Ye Yan sehingga darah pun mengalir keluar dari mulutnya. Tetapi Ye Yan terus menciumnya seolah-olah dia tidak bisa merasakan sakit…
Lama-kelamaan Lan Qianyu tidak lagi memberikan perlawanan. Dia tahu kalau dia tidak akan bisa menang melawannya. Dia pun berbaring tanpa bergerak dan membiarkan Ye Yan menciumnya. Namun sepasang matanya yang jernih terbuka lebar dan memandang pria itu dengan pandangan benci serta jijik.
Ye Yan sama sekali tidak melihatnya, dia terus menciumnya dengan buas…
"Ah…" Lan Qianyu kesakitan sampai air matanya pun nyaris keluar.
Ye Yan melonggarkan mulutnya lalu menatap Lan Qianyu sambil mencibir, "Sakit ya? Kalau sakit baru betul, ini adalah hukuman karena kau memikirkan pria lain."
"Brengsek…" Lan Qianyu memelototinya sambil menggertakkan gigi. Dia sangat ingin mencekiknya sampai mati. Bajingan ini, kenapa selalu bersikap tidak masuk akal? Lan Qianyu membencinya setengah mati…
"Terus saja memaki…" Ye Yan menggigit bibir Lan Qianyu.
"Jangan…" Seluruh tubuh Lan Qianyu menegang, dia pun mencoba sekali lagi untuk melawan, namun usahanya itu tetap tidak ada hasilnya.
Semakin dia memberontak, Ye Yan semakin bersemangat, gerakannya pun semakin tak terkendali…
"Jangan, kumohon padamu, tidak boleh…" Lan Qianyu hampir menangis, dia sangat ketakutan dengan perasaan tidak senonoh yang asing ini, tubuhnya pun secara tidak sadar bereaksi, wajahnya memerah bagaikan api yang meletup-letup nan menggoda.
"Tenanglah, aku tidak masuk…" Perasaan Ye Yan sudah sepenuhnya terbakar dan menyala-nyala, suaranya menjadi serak dan dalam. Dia tersenyum puas, "Lihat, kamu memang mempunyai perasaan kepadaku, tubuhmu jauh lebih jujur daripada mulut mungilmu itu…"
"Kau bajingan, lepaskan aku…" Lan Qianyu berseru memakinya karena merasa terhina.
Ye Yan sama sekali mengacuhkannya, dia mencengkeram kedua pergelangan tangan Lan Qianyu dengan satu tangannya.
"Kau, kau mau apa?" Lan Qianyu melihatnya dengan panik…