webnovel

Tua, Jelek, dan Botak (2)

Editor: Wave Literature

Youman yang Kejam: Syukurlah, kau baik-baik saja!

Musuh PamanTampan: Hei!

Musuh Paman Tampan: Bibi, apa kau baik-baik saja?

Youman yang kejam: An an, apa kau baik-baik saja?

"...."

Xia Wanan yang baru akan menjawab, 'Tidak begitu baik' tidak jadi dia lakukan. Setelah asisten Zhang menutup teleponnya lalu memanggil atasannya dan bersiap mengatakan sesuatu pada Han Jingnian, secara tidak sengaja dia melihat layar ponsel Xia Wanan. Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya sambil tersenyum canggung, "Nyonya muda, nama grupmu begitu menarik..."

Xia Wanan terkejut. Awalnya dia ingin mengetik untuk membalas pesan teman-temannya. Karena terkejut, tanpa ragu dia segera menekan tombol kunci layar untuk menutup grup WeChat-nya.

Asisten Zhang bermaksud melihat kembali layar ponsel Xia Wanan. Haruskah dia melihat lebih jelas lagi nama grup itu?

Ketika Xia Wanan masih berpikir, asisten Zhang tiba-tiba tertawa sambil berkata, "Tendang Kejam Laki-laki Tampan ... Kata-kata itu ditujukkan untuk siapa?"

Xia Wanan menggenggam kedua tangannya. Rasanya Xia Wanan ingin melemparkan ponselnya ke wajah asisten Zhang.

Apakah asisten Zhang adalah orang yang akan mati jika tidak mengatakan kalimat barusan keras-keras? 

Xia Wanan menjawab pertanyaan asisten Zhang dengan senyum sopan untuk menutupi kecanggungannya. Ia berkata asal, "Itu untuk seorang laki-laki yang tidak tahu malu. Dia tidur dengan seorang wanita dan membuat wanita itu terlihat buruk. Sebutan untuk laki-laki itu adalah orang yang suka mengambil celana tapi tidak mengakuinya."

Xia Wanan merasa salah bicara dan berpikir kalau kata-katanya terlalu mengacu pada Han Jingnian. Lalu dia segera menambahkan kalimat, "Laki-laki itu sudah tua, jelek, dan botak. Tapi … tapi karena dia terlalu menyebalkan, jadi aku menyebutnya dengan orang tampan. "

"Laki-laki seperti itu benar-benar tidak bisa disebut sebagai seorang pria. Tipikal laki-laki sampah!" Asisten Zhang merasa menyesal membuat Xia Wanan menceritakan soal orang itu.

Asisten Zhang lah membuat Xia Wanan diam-diam berkeringat dingin, karena merasa berbicara yang seharusnya tidak dia katakan. Lalu Xia Wanan menganggukkan kepala dan mengiakan tanpa berkata apapun lagi setelahnya.

Asisten Zhang baru ingat kalau dia mau berkata sesuatu pada Han Jingnian tentang masalah bisnis. Dia segera memanggil Han Jingnian, barulah asisten Zhang mulai mengatakan masalah bisnis yang dia terima melalui telepon tadi.

Xia Wanan tidak bicara apapun ketika asisten Zhang dan Han Jingnian membicarakan masalah bisnis.

Karena tadi asisten Zhang sempat tidak sengaja melihat nama grup di ponselnya, Xia Wanan jadi tidak berani membuka ponselnya lagi.

Mereka membicarakan tentang masalah bisnis dan hal itu tidak membuat Xia Wanan tertarik mendengarkannya. Xia Wanan hanya menatap Han Jingnian yang terpantul melalui kaca spion. Setelah itu dia menyandarkan kepalanya ke jendela mobil dan tertidur.

Ketika mereka selesai membicarakan bisnis, Han Jingnian menatap asistennya. Saat itu, dia tidak sengaja melirik ke bagian samping asisten Zhang, dan Han Jingnian terkejut melihat Xia Wanan sedang duduk diam di samping asistennya, seolah-olah tidak ada yang duduk di sana. Jika dia tidak melihat bayangan tubuh Xia Wanan dari jendela mobil, maka Han Jingnian akan mengira kalau tempat duduk itu kosong seperti biasanya.

Xia Wanan sudah tertidur. Rambutnya yang panjang tergerai menutupi sebagian wajahnya. Han Jingnian hanya dapat melihat hidung mancungnya yang tidak tertutup oleh rambut.

Warna kulit hidungnya sangat putih. Sehingga di dalam mobil yang gelap, hidungnya terlihat seperti cahaya putih.

"Direktur Han?" Asisten Zhang tetap fokus mengemudi dan tidak melihat situasi di kursi belakang. Karena Han Jingnian berhenti bicara, dia pun memanggil untuk mengingatkannya.

Lamunan Han Jingnian buyar karena panggilan asistennya. Dia berkedip beberapa kali dan menatap kembali layar laptop-nya, lantas melanjutkan pembahasan yang sedang dibicarakan.

"Nyonya muda? Nyonya muda?"

Asisten Zhang membangunkan Xia Wanan.

Xia Wanan membuka matanya di tengah kegelapan, lalu bertanya, "Apa sudah sampai?" Setelahnya dia keluar dari mobil.

Next chapter