webnovel

Bahkan Siswa Terbaik Juga Memiliki Hal Yang Tidak Mampu Dikuasai

Editor: Wave Literature

Hari telah berlalu dan Luzhou selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia baru kembali ke asrama jam 2 siang. Selain pergi makan siang ke kantin, ia juga mengunjungi Profesor Tang untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti. Rutinitasnya sama sekali tidak berubah. 

Sejak ia memasuki kampus, rutinitasnya menjadi teratur dan telah berlangsung selama setengah bulan. 

Semua ini adalah hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. 

Akhirnya, sebelum tanggal 15 Juni, Luzhou telah selesai mengedit makalahnya dan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Inggris. 

Beberapa hari yang lalu, ketika Luzhou berdiskusi dengan Profesor Tang, beliau menjadi tertarik dengan penelitian Luzhou saat beliau tahu kalau Luzhou sedang mempelajari "Fungsi Inversi Dan Turunan Fungsi Yang Diberi Koefisien Fourier Secara Parsial." Setelah penemuannya ditulis menjadi sebuah makalah, Profesor Tang akhirnya menunjukkan minat yang besar pada penelitian Luzhou dan mengatakan bahwa beliau bisa membantunya untuk merevisi makalahnya. 

Hal ini membuat Luzhou mempercayai Profesor Tang. 

Terlepas dari kepribadian yang baik dan ulasan yang bagus, ia telah menjadi profesor cukup lama dan telah menerbitkan lebih banyak makalah daripada yang pernah dibaca oleh Luzhou. Mereka ini siapa? Apakah maksudnya Profesor itu tetap membaca semua makalah, walaupun makalah itu ditulis oleh mahasiswa tingkat pertama?

Di beberapa universitas, ada mentor dengan kualifikasi rendah yang sering dianggap sebagai profesor. Mereka akan memandang mahasiswa berprestasi sebagai ancaman dan mencurangi penelitian para mahasiswa. 

Luzhou tidak tahu jika di Universitas Jinling ternyata juga memiliki sampah akademik. Tetapi ia yakin kalau Profesor Tang bukan orang yang seperti itu.

Dengan bantuan seorang mentor yang yang berpengalaman, makalahnya seharusnya memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk lulus. Dan dalam penyeleksian jurnal akademis, ia yakin bahwa Profesor Tang juga mampu memberikan saran yang berharga.

Karena itulah, Luzhou berniat untuk mengumpulkan makalahnya kepada Profesor Tang setelah mengikuti ujian matematika tingkat tinggi. 

Untuk saat ini, lebih baik Luzhou segera belajar.

Lagi pula, selain ujian matematika tingkat tinggi, ada juga ujian tentang garis besar sejarah modern. 

Yang paling menjengkelkan adalah, tahun ini tidak boleh melihat buku selama ujian!

Luzhou juga masih tidak mengerti apa gunanya mempelajari hal ini?

Bisakah ia naik tingkat jika ia mempelajari hal ini dengan baik? 

Meskipun Luzhou banyak mengeluh, tetapi ia masih harus mempelajarinya.

Bagaimanapun juga, hal itu bernilai dua poin yang memiliki dampak besar terhadap reputasinya.

Luzhou pun berusaha untuk sabar dan duduk di dalam kamar asrama yang kosong sambil memegang dan mempelajari sebuah buku. 

Hasilnya bisa dibayangkan.

Luzhou tidak bisa konsentrasi sama sekali!

Ia telah sepanjang pagi berada di dalam kamar asrama untuk membaca buku, akhirnya merasa pusing dan menyerah. Ia kemudian meletakkan buku tersebut di atas meja. 

Ketika orang lain sedang menikmati waktu luang, Luzhou mengeluarkan telepon selulernya sambil menatap langit-langit selama dua menit. 

Secara kebetulan, seseorang mengirimkan pesan padanya, ia bergegas membuka WeChatnya.

Chen Yushan: [Adik kelas, kenapa kamu hari ini tidak datang ke perpustakaan? Ada soal yang tidak aku mengerti. Bisakah kamu mengajariku?]

Chen Yushan: [Gambar]

Luzhou memikirkannya sejenak, kemudian ia mengetik pesan dan mengirimkannya pada Chen Yushan. 

[Aku sedang di asrama. Tunggu sebentar…]

Setelah memperbesar gambar soal latihan, Luzhou melihatnya dua kali lalu menaruh telepon selulernya di sampingnya. Ia kemudian berdiri sambil mendengus. 

Setelah itu, ia mengambil selembar kertas buram lalu mengambil pena untuk menulis. Dalam waktu kurang dari dua menit, ia telah menyelesaikan soal tersebut. 

Ia lalu mengambil telepon selulernya dan memfoto kertas buramnya. Setelah itu, ia mengirimkan foto tersebut pada Chen Yushan. Luzhou kemudian kembali membaca buku sejarah modern sambil berbaring.

Tentu saja matematika itu menarik!

Akhirnya Luzhou dapat menikmati waktu luangnya. Ia kemudian berhenti membaca buku dan mengambil telepon selulernya. 

Ia menemukan kalau teman sekamarnya memperbarui status di sosial media.

[Liurui: Aaa...aku belum belajar ulang sama sekali. Matematika tingkat atas itu benar-benar sulit! Sepertinya aku akan gagal lagi T.T]

"..."

Luzhou ingin membantu temannya. Namun, setelah merenung tentang kebaikan dan keharmonisan sosial, pada akhirnya ia hanya menekan tombol suka untuk tampilan tersebut dan dengan cepat melewatinya. 

Ia kembali menelusuri satu per satu status teman-temannya. Ia merasa seperti sedang membaca pamflet.

Tak terasa, waktu telah berlalu cukup lama.

Lalu, tiba-tiba pintu kamar asrama terbuka. Rupanya ada Shishang yang sedang berjalan masuk dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Ia masuk sambil membawa bola basket. 

"Apakah kamu habis jatuh ke selokan?" Tanya Luzhou sambil menatap Shishang.

"Selokan apa. Aku habis bermain basket! Pada akhir bulan ini akan diadakan pertandingan antar jurusan. Ketika ujian Bahasa Inggris berakhir, ketua jurusan akan mengadakan pelatihan." Jawab Shishang lalu duduk di atas kursi. Ia kemudian membuka botol minum air mineral, lalu meminumnya. Ia menghela nafas sejenak lalu berkata, "Senior yang berada di tingkat dua itu terlalu tinggi. Ia bisa menjadi tiang listrik." 

"Kamu tidak belajar ulang lagi?"

"Mempelajari ulang apa? Aku telah mempelajarinya sepanjang waktu. 90 poin itu tidak realistis, 80 poin itu masih belum mencukupi, tetapi 70 poin masih bisa didapatkan. Jika ingin mendapatkan nilai tinggi, itu semua tergantung dari keringanan yang diberikan oleh profesor Tang!" Ujar Shishang sambil mengipasi dirinya dengan buku pelajaran. Ia kembali berkata, "Selain itu, matematika itu tidak sepenting bola basket." 

"Hanya bisa mendapatkan beberapa nilai saja dari olahraga." Luzhou sudah tidak bisa lagi mengejeknya.

"Luzhou." Ujar Shishang sembari memandang Luzhou dengan tatapan serius. 

Hal tersebut membuat Luzhou merasa tidak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Luzhou.

"Apakah di sepanjang hidupmu, kamu hanya memikirkan nilai saja?" Shishang bertanya dengan serius. 

"Memangnya ada apa lagi?"

"Apakah kamu tidak menginginkan seorang pacar?" Tanya Shishang lagi.

"Mungkin…."

Sejauh ini Luzhou tidak merasa lapar, ia hanya merasa haus. Dan menurut sudut pandangnya yang rasional, dengan kondisi ekonominya, ia mengakui bahwa ia tidak memiliki cukup biaya untuk berpacaran.

Luzhou adalah orang yang tidak suka merepotkan orang lain. Sekalipun ia percaya bahwa ia akan menjadi kaya suatu hari nanti, tetapi ia tidak ingin merepotkan masa muda orang lain.

Tentu saja, ini karena Luzhou belum bertemu dengan seseorang yang membuatnya jatuh cinta. 

Apa yang akan terjadi suatu hari nanti?

"Apanya yang mungkin? Luzhou, sebagai seorang ketua kamar asrama, aku seharusnya mengajarimu beberapa hal tentang pengalaman hidup." Ujar Shishang sambil memegang bagian belakang kursi. Lalu dengan berat hati ia berkata, "Bayangkan jika kamu menggiring bola ke garis lemparan bebas dan kamu menghadapi serangan dari dua orang yang bertubuh besar. Tiba-tiba ada lay up tiga langkah dan tembakan bola. Lalu, kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?"

"Aku… tidak bisa menembak bola."

Dilihat dari tinggi badan Luzhou, sebenarnya bermain basket bukan suatu masalah baginya. Tetapi ia masih belum bisa menembakkan bola. Jika ingin berusaha untuk menembakkan bola ke atas, ia takut mengalami cedera kepala.

"Menembak bola, terus menembak bola saja! Lakukan tembakan bola tiga langkah (three point shoot)." Ujar Shishang dengan penuh harapan. Ia kemudian kembali berkata, "Pikirkanlah sekali lagi!"

Menembak bola itu masih bisa dilakukan.

Sembari berpikir Luzhou berkata, "Apakah bolanya masuk?"

"Terlalu mudah! Terlalu sederhana!" Ujar Shishang seraya menepuk pahanya. Lalu nada bicaranya menjadi lebih menggebu-gebu. "Ada yang menyoraki! Pikirkanlah bola yang melayang, pikirkanlah para pemandu sorak yang memberikanmu sorakkan. Pikirkanlah kaki-kaki panjang yang berada di bawah rok mini. Mereka menyebut namamu dengan penuh semangat sampai wajah mereka menjadi merah."

"Berhenti, berhenti dulu!" Ujar Luzhou sembari mengerutkan alisnya dan menghentikan fantasi Shishang. "Apakah di jurusan kita… ada mahasiswi?"

Jangan katakan jika jurusan kita tidak memiliki mahasiswi.

Tidak ada lagi kesempatan kedua.

"..."

Kamar asrama kemudian menjadi hening.

Terkadang, ketika seseorang bisa membuat orang lain terdiam, mungkin orang itu adalah seorang jenius.

Shishang menghela nafas lalu sambil menatap langit-langit ia berkata, "Aku dan kamu tidak sependapat."

Luzhou lalu menghela napas, lalu mengatakan dalam hati bahwa ia sebenarnya bersependapat dengan Shishang.

Next chapter