webnovel

Bab 3 ( Menolak Tidur Denganmu )

"Tenanglah. Kita akan segera keluar jika kita sudah tiba di lantai 37. Aku sudah memesankan kamar hotel untukmu."

Monica langsung menatap pria itu dengan cepat.

"Kamar hotel? Kau bilang kamar?" tanya Monica yang entah mengapa merasa sangat tidak senang dengan kata-kata itu.

"Tentu saja. Memangnya kau ingin aku membawamu kemana dalam keadaan mabuk begini? Setidaknya kau akan aman di sini!" ujar pria itu membalas.

"Aman katamu?" Monica mencemooh kata-kata itu, "Kau bilang aku akan aman di sini? Di hotel ini?"

Monica mendadak tertawa. Ia memejap-mejapkan matanya. Berusaha untuk melihat lebih jelas sosok pria yang ada di depannya itu. Awalnya pria itu seperti seseorang yang tidak dikenalnya. Tapi kemudian pandangan matanya berubah. Sosoknya menjadi berbayang dan buram. Lalu di detik berikutnya ia melihat sosok yang sangat dikenalnya.

Sekali lagi ia mencoba memejamkan matanya kembali lalu kemudian membukanya lagi. Masih sosok yang sama dengan yang terakhir dia lihat. Ia maju mendekat kemudian menatap pria itu dengan tatapan yang diusahakannya setajam mungkin walaupun sulit, mengingat dirinya sudah sangat mabuk.

"Berani sekali kau mengatakan itu padaku," seru Monica kemudian.

Ia tertawa mengejek.

"Kau.. sudah tidur dengan wanita itu.. tapi sekarang kau ingin tidur denganku?" ujar Monica menahan marah, "Jangan harap!"

Pria itu menjadi bingung.

Wanita?

"Aku… tidak sebodoh itu! Kau!! Kau kira aku masih mau berhubungan denganmu? Bukankah sudah kukatakan aku tidak mau melihatmu lagi? Kau seharusnya menuruti kata-kataku dan menghilang dari penglihatanku. Aku tak perduli apapun yang akan kau lakukan. Sampai matipun aku tidak akan mau kembali padamu! Dan apa ini sekarang? Kau mengajakku check-in di kamar hotel?"

Monica tertawa dengan keras.

"Jangan pernah berharap! Kau adalah bajingan tengik yang paling tak bermoral yang pernah aku temui. Kau bisa saja berselingkuh… tapi kau.. beraninya kau berselingkuh dengan sahabatku sendiri? Beraninya kalian berbuat itu padaku. Kalian.. tega sekali kalian melakukan itu terhadapku di belakang. Jika saja.. jika saja aku tidak datang kemarin ke apartemen Sandra, aku tidak akan pernah tahu keburukan kalian. Kalian pasti menertawaiku di belakang. Kalian pasti berpikir aku adalah wanita paling bodoh di dunia. Pacarnya berselingkuh dan aku bahkan tidak menyadarinya?"

Monica membayangkan kembali hubungannya dengan Hendrik setelah mendengar semua kata-katanya sendiri. Ya, ia memang bodoh. Seharusnya sejak awal ia sudah menaruh curiga pada Hendrik. Sejak beberapa bulan yang lalu, gelagat Hendrik sudah mulai terlihat berbeda dan cukup banyak berubah. Dan ini baru disadarinya sekarang setelah apa yang sudah terjadi padanya.

Ia berusaha mempercayai Hendrik dengan meyakinkan dirinya bahwa Hendrik tidak mungkin akan mengkhianatinya. Tapi apa yang didapatnya sekarang? Semua adalah omong kosong. Seharusnya sejak awal ia lebih peka terhadap situasi yang terjadi antara dirinya dan Hendrik.

Entah sejak kapan, Hendrik mulai jarang terlihat perhatian padanya. Sikap manis dan lembutnya memang masih ada tapi itu sudah sangat berkurang jika dibandingkan dengan saat pertama kali mereka berpacaran. Awalnya Monica pikir ini adalah hal yang wajar mengingat mereka sudah berpacaran selama 4 tahun dan ini mungkin adalah titik jenuh bagi keduanya. Atau mungkin mengingat keduanya sudah saling cukup mengenal dan dewasa, kata-kata manis bukan lagi menjadi sesuatu hal yang diutamakan.

Walaupun Hendrik juga telah beberapa kali melupakan janji mereka atau bahkan datang terlambat sehingga Monica harus rela menunggunya lama, Monica sama sekali tidak pernah sekalipun menaruh curiga bahwa mungkin saja saat itu ia sedang bersama dengan wanita lain.

Ia tetap mempercayai bahwa mungkin saat itu Hendrik sedang sangat sibuk karena harus menangani beberapa proyek besar yang mengharuskannya untuk tetap fokus. Sehingga walaupun Hendrik juga suka lupa untuk membalas pesannya Monica tetap memakluminya dan sama sekali tidak mempermasalahkannya.

Tapi ternyata semua pemikirannya itu adalah sebuah kesalahan dan kekeliruan yang sangat fatal bagi dirinya sendiri. Dan ia sangat menyesalinya itu sekarang.

Nasi sudah menjadi bubur. Dan waktu tidak dapat diputar kembali.

Apapun itu yang terjadi dulu semuanya kini telah berlalu. Ia tidak dapat melakukan apapun lagi untuk masalahnya itu. Semua telah berakhir dan Monica sangat berharap ia dapat dengan segera menyembuhkan luka hatinya itu.

"Kau sepertinya sudah diluar kendali," pria itu berbisik di samping Monica.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku sangat yakin pria yang kau sebut itu adalah pria yang sangat buruk. Jadi karena itu kau minum begitu banyak seolah kiamat akan datang dan kau tidak punya kesempatan lagi untuk minum?" lanjut pria itu.

***

Monica berdiri sempoyongan. Matanya semakin terasa berat. Ia hampir saja jatuh jika pria yang ada di sampingnya itu tidak menopangnya dengan kedua tangan. Monica meronta.

"Aku bilang jangan sentuh aku. Aku tidak mau kau memegangku dengan tangan kotormu itu. Aku benar-benar benci padamu. Dan aku…"

Tanpa sadar air mata Monica mengalir tanpa bisa dibendungnya. Hatinya benar-benar terasa sakit. Ia tidak menyangka kalau rasa sakitnya akan sangat menyakitkan seperti ini. Seolah ada banyak duri yang menancap dalam uluh hatinya.

Tepat ketika pintu lift terbuka, pria itu langsung membopong Monica keluar. Monica yang masih menangis bersungutan, terus berceloteh menyuarakan pikiran dan hatinya.

"Apa kau melakukan ini.. karena Sandra lebih cantik dariku? Ah, dia memang punya payudara yang lebih besar dariku dan kakinya lebih ramping dariku. Karena itu?" Monica terkekeh.

Laki-laki itu tidak mengubrisnya.

"Apa karena aku terlalu cerewet?" tanya Monica sekali lagi.

"Aahh.." Monica tiba-tiba teringat sesuatu, "Pasti karena aku menolak tidur denganmu sebelum kita menikah. Iya 'kan? Cih, laki-laki memang semua itu busuk. Dipikirannya hanya ada pikiran kotor. Kau tidak lebih baik dari seekor binatang. Tak bermoral dan tak setia. Anjing saja bisa setia. Tapi kau?"

Monica menertawakan leluconnya sendiri. Sesaat kemudian ia terdiam. Tepat ketika keduanya telah sampai di depan pintu kamar dan masuk ke dalam, Monica meraih kerah pria yang bersamanya itu.

Kedua tangannya menepuk wajah pria itu dengan cukup keras. Ia tersenyum lebar sehingga membuat lesung pipi diwajahnya terlihat semakin jelas. Monica mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu. Laalu dengan satu gerakan pasti ia menarik pria itu, memejamkan mata lalu mendekatkan bibirnya ke bibir pria itu. Pria itu terbelalak dan tak kuasa untuk menghindar.

***

Monica mengeliat di balik selimut besar yang hampir menutupi seluruh tubuhnya di atas tempat tidur. Rasa kantuk yang sangat membuatnya sulit untuk membuka mata atau bahkan menggerakkan salah satu diantaranya.

Ia bergerak sedikit ke samping. Mencoba menyadarkan diri. Tapi yang didapatkannya justru rasa sakit yang luar biasa di bagian kepala lalu menjalar ke sekujur tubuhnya. Disentuhnya keningnya perlahan lalu melakukan pijatan pelan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakannya.

***

Next chapter