webnovel

Penemuan layar

Setelah dua hari menghilang dari rumah, Orang tua Beno, Pak Bagas dan Bu lasmi mulai khawatir akan keadaan Beno. Awalnya mereka pikir kalau Beno marah karena perihal makanan kemarin. Dan mungkin Beno menginap di rumah temannya, Indra. Tapi saat bertanya kepada orang tua Indra, mereka mengatakan bahwa Indra juga tak kunjung pulang setelah katanya akan pergi memancing dengan Beno.

Orang tua Beno juga orang tua Indra mulai resah akan keadaan putra mereka. Mengapa mereka belum kunjung pulang juga. Pak Bagas yang kesehariannya di laut juga tak pernah menemukan Beno maupun Indra di laut.

Hari mulai larut. Mereka akan mencoba mencarinya besok lagi. Pak Bagas sebagai nelayan, bersiap dengan jaring dan perahunya untuk pergi mencari ikan.

"Bu, Ayah pamit dulu. Sekalian mencari Beno juga. Nanti kalau ada apa-apa Ayah kabari. Ibu jaga diri baik-baik ya. Sekarang Beno tak ada untuk menjaga Ibu", pamit Pak Bagas.

Beno sebenarnya anak yang sangat perhatian kepada kedua orang tuanya. Hanya saja terkadang ia khilaf, kurang bersyukur akan kehidupannya kala itu. Bagaimana tidak, awalnya kehidupan mereka serba ada, kini semenjak Pak Bagas pensiun, kehidupan mereka berubah drastis. Jadi, mungkin Beno agak sulit menerima semua itu. Ditambah lagi, ia bingung dengan kuliahnya, yang semakin lama semakin banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan. Di satu sisi, dia mencoba memaksakan dirinya mengerti keadaan keluarganya, di sisi lain, dia juga ingin menyelesaikan pendidikannya. Rasa ingin menyalahkan sang Ayah selalu ada dalam benaknya. Mungkin karena itu juga Beno menjadi anak yang kurang bersyukur.

Pak Bagas pergi meninggalkan Bu Lasmi yang sedang sakit-sakitan seorang diri. Meninggalkan hangatnya bekas pelukan di tubuh Bu Lasmi. Pak Bagas begitu tulus mencintai Bu Lasmi.

Pak Bagas pergi menggunakan perahunya sendiri, ditemani beberapa orang teman. Mereka pun pergi ke tengah laut. Sebenarnya laut lepas berada jauh dari tempat Pak Bagas mencari ikan. Tapi siapa tahu mungkin disana ia bisa temukan Beno dan Indra.

Mereka melempar jaring ke laut. Meninggalkannya. Pindah ke laut bagian lain. Melempar jaring lagi. Begitu seterusnya. Karena mereka hanya membawa 3 buah jaring malam itu. Jadi mereka hanya melemparnya ke 3 bagian saja.

Sambil menunggu ikan tersangkut di jaringnya. Mereka beristirahat di tengah laut. Mereka selalu membawa bekal dari rumah. Jadi saat beristirahat mereka bisa memakannya.

Waktu untuk istirahat telah mereka habiskan. Mereka hendak pergi lagi menuju tempat mereka menaruh jaring yang pertama. Mereka menariknya. Dan 'WOW' jaring yang mereka lempar membuat banyak ikan terperangkap didalamnya.

Jaring kedua pun sama. Saat mereka angkat, itu begitu berat. Dan benar saja, banyak pula ikan yang mereka dapat.

Saat mereka menarik jaring ketiga. Oh,, itu sangatlah berat, lebih berat dari jaring pertama dan kedua. Mereka kesulitan menariknya. Namun, mereka terus berusaha. Dan akhirnya jaring pun terangkat juga. Tapi, yang tersangkut di jaring itu bukanlah ikan, melainkan potongan layar perahu.

"Layar milik siapa ini? ", tanya Pak Bagas kepada teman-temannya.

"Padahal tak pernah terdengar ada yang tenggelam atau kecelakaan lain disini", kata salah satu teman Pak Bagas.

Pak Bagas langsung teringat akan Beno. Jangan-jangan itu perahu yang Beno dan Indra gunakan waktu memancing.

"Ya sudah kita bawa saja dulu. Kita tanya orang-orang mungkin ada yang tahu ini milik siapa", kata Pak Bagas.

Mereka pun membawa potongan layar itu. Lalu kembali ke daratan untuk membagi-bagi ikan hasil tangkapan mereka. Bagian kali ini, mereka mendapat banyak ikan untuk bisa dijual. Dan potongan layar yang mereka temukan dibawa oleh Pak Bagas.

" Bu! Ayah pulang", kata Pak Bagas sambil menunggu Bu Lasmi membukakan pintu.

Bu Lasmi membukakan pintu untuk Pak Bagas dan berkata, " Wahh... banyak sekali ikannya Yah". " Sebentar, tapi apa itu?", tambahnya sambil menunjuk ke arah tangan kanan Pak Bagas.

" Ini potongan layar, benda ini tersangkut di jaring Ayah. Tadinya ayah kira akan dapat ikan banyak karena jaringnya berat. Tapi ternyata, potongan layar ini", jelas Pak Bagas sembari menaruhnya di samping pintu depannya.

Pak Bagas masuk ke rumah, memberikan ikan hasil tangkapannya kepada Bu Lasmi untuk dijual ke pasar. Pak Bagas merebahkan dirinya di lantai. Sangatlah sejuk. Hingga ia pun terlelap.

~~~

"Ayah!!! Tolong aku!!", jeritan itu terdengar oleh Pak Bagas namun entah dari mana.

" Siapa itu? ", tanya Pak Bagas penasaran.

"Aku Beno ayah, tolong aku!!", teriaknya lagi.

Itu adalah suara Beno yang menjerit minta tolong.

" Ben, kamu dimana, nak? ", tanya Pak Bagas.

Tiba-tiba saja Pak Bagas melihat ada seseorang dikurung dan diarak menuju lautan. Dan sepertinya itu Beno. Pak Bagas berusaha mengejarnya. Namun Pak Bagas kesulitan untuk berlari. Sehingga mereka telah terlanjur membawa Beno ke dalam Kapal besar. Jauh. Pergi jauh. Pak Bagas hanya bisa menangis kala itu.

~~~

"Yah! Bangun Ayah!!", kata Bu Lasmi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Bagas yang tertidur di lantai.

Pak Bagas terkejut hingga ia terbangun. "Apa Bu? ", tanyanya.

" Ayah kenapa manggil-manggil Beno ? ", tanya balik Bu Lasmi yang mendengar teriakan Pak Bagas hingga membuat Bu Lasmi yang sedang memasak segera menghampiri ke tempat Pak Bagas tertidur.

" Tidak apa-apa Bu, oh iya ayah lupa, ayah akan menemui Pak Aiman, ayahnya Indra", ucap Pak Bagas sambil bergegas keluar rumah lalu membawa potongan layar di samping pintu.

~~~

"Permisi, Assalamualaikum", kata Pak Bagas.

Pak Aiman yang sedang duduk di kursi rotan teras rumahnya, kemudian berdiri dan berjalan membukakan pagar besi setinggi 1 meter yang membatasi rumahnya.

"Masuk, Pak Bagas", ucap Pa Aiman.

Pak Aiman duduk di kursi rotan itu kembali. Dan mempersilakan Pak Bagas untuk duduk juga.

"Ada apa, Pak?", tanya Pak Aiman.

"Ini lho, Pak. Saya menemukan potongan layar ini, apakah ini milik Bapak? ", jelas Pak Bagas sambil menunjukkan potongan layar yang ia temukan.

"Lha iya ini milik saya, dimana Bapak menemukannya? ", tanya Pak Aiman setengah terkejut.

"Saya menemukannya saat melaut, benda ini tersangkut di jaring saya", jelas Pak Bagas lagi.

Pak Aiman memperhatikan benda yang dibawa Pak Bagas lalu berkata, "Ini layar dari perahu yang digunakan Indra memancing dua hari yang lalu,".

Dari perkataan itu, Pak Bagas terkejut. Karena Indra kan pergi memancing dengan Beno. Apa benar firasatnya, kalau memang terjadi apa-apa dengan Beno.

Pak Bagas tak bisa berkata-kata lagi mulai dari sana. Ia hanya pergi pamit pada Pak Aiman. Ia akan pulang memberitahukan perihal hal yang ia dengar dari Pak Aiman kepada Bu Lasmi.

Ia pulang dengan perasaan sedih. Entah bagaimana ia akan memberitahukannya kepada Bu Lasmi. Karena ia tahu Bu Lasmi pasti akan sangat sedih

Next chapter