webnovel

Isi Kontrak Pernikahan

Pagi ini Lina bisa terbangun dengan mudah dari cengkeraman Reno, suaminya itu terlihat begitu pulas menikmati tidurnya ditengah guyuran hujan dipagi hari.

Lina saat ini tengah merias diri didepan cermin begitu ia selesai mandi pagi dengan air hangat. Cuaca Bandung yang dingin ditambah dengan hujan membuat cuacanya semakin menjadi,membuat Lina tak punya pilihan lain untuk mandi air hangat. Karena untuk menghangatkan badan terlebih dahulu dengan memasak itu tidak mungkin karena badannya yang terasa lengket akibat aktivitasnya semalam bersama Reno.

Lina selalu tersipu malu sendiri jika mengingat apa yang terjadi dimalam tadi, apalagi melihat tanda merah di sekujur tubuhnya membuat Lina semakin malu. Tanda merah yang Reno tinggalkan ditubuh Lina cukup banyak apalagi di bagian leher yang bisa dilihat dengan jelas oleh siapapun.

Awalnya Lina ingin menutupinya tapi dilihat dari banyaknya tanda merah itu membuatnya mengurungkan niatnya itu. Toh saat ini mereka hanya berdua dan tak akan kemana mana di cuaca hujan begini.

Begitu selesai merias diri Lina beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Karena walaupun villa ini memiliki pelayan tapi Reno hanya meminta pelayan atau pengurus villa masuk ketika mereka tak ada divilla dan itupun hanya untuk membereskan dan membersihkan villa. Untuk urusan masak Reno tak mau masakannya disiapkan oleh siapapun terkecuali oleh Lina istrinya.

Pagi ini Lina hanya memasak nasi goreng untuk mereka sarapan karena bahan masakan yang belum dikirim oleh pengurus villa mungkin karena cuaca yang tengah hujan. Tapi disamping itu dia juga membuat minuman bandrek untuk menghangatkan tubuh mereka dicuaca yang dingin seperti ini.

"Kak bangun..."Lina mengguncang tubuh Reno perlahan. Walaupun ia tau sang suami masih terlelap tidur tapi status yang mereka miliki sekarang berbeda dari sebelumnya jadi makan bersama itu adalah hal yang penting untuk Lina.

Ya dulu juga memang begitu tapi dulu jika Lina lapar ya Lina akan makan tanpa harus menunggu sang suami pulang atau bangun tidur. Lina memang selalu menemani Reno makan tapi hanya sekedar menemani duduk di meja makan bersama,Reno sibuk dengan makanannya dan Lina sibuk dengan dunianya.

"Kak.,ayo sarapan aku lapar."Lina menggoyangkan tubuh Reno sedikit kencang.

"Hmm kamu aja masih diketek aku..."Jawab Reno masih memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya pada bantal yang ia anggap itu Lina.

"Hey aku udah masak udah mandi juga tau..."Lina mencoba memencet hidung Reno gemas.

"Akh bohong..."Reno masih tak percaya karena ia belum sepenuhnya sadar dari alam mimpinya yang indah.

"Akhh..."protes Reno karena Lina mengeluarkan jurus andalannya yaitu cubitan.

Reno langsung bangun dari tidurnya dan kali ini ganti Lina yang berteriak karena tubuh Reno yang polos hampir terekspos semuanya.

"Tutup..."teriak Lina yang meminta Reno merapikan selimutnya.

"Kenapa kan udah liat juga semalam..."rayu Reno yang membuat Lina semakin erat menutup matanya.

"Oh iya dulu,siapa ya yang bilang sudah terbiasa melihat tubuhku yang indah ini..."Reno berbicara tepat ditelinga Lina yang kini terlihat wajahnya sudah merona merah karena malu.

"Akhh..."Lina mengerang sakit dan geli ketika Reno mencium telinga dan sedikit menggigitnya sebelum berlari ke kamar mandi dengan tubuh polosnya.

Sepanjang Reno membersihkan tubuhnya dia tak berhenti bernyanyi dan mengulas senyum diwajahnya karena perasaan yang ia rasakan saat ini sangatlah kebahagiaan yang begitu besar.

"Masak apa..."tanya Reno begitu sampai dimeja makan.

Tak ada jawaban dari Lina yang tengah sibuk menyiapkan nasi untuk dirinya dengan ekspresi datar wajahnya yang selalu ceria hilang karena ulah Reno tadi.

"Yang..."sapa Reno berkali-kali tapi hasilnya tetap nihil tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Lina.

Sampai sarapan usai Reno tetap di acuhkan jadi ia memutuskan untuk mengecek handphonenya sebentar takut ada hal penting menyangkut perusahaannya.

Cukup lama Reno berkutat dengan handphonenya dihalaman belakang, hampir setengah jam Reno memeriksa setiap laporan yang ia terima lewat email dari Leo. Reno tak bermaksud mengabaikan Lina dan kembali mengacaukan mood istrinya yang sudah tak baik,jadi ia putuskan untuk kembali menghampiri Lina begitu ia selesai mengecek semua email yang ia terima.

"Hari ini kamu gak boleh melakukan kegiatan lain selain berduaan sama aku..."Reno mematikan televisi yang tengah ditonton oleh istrinya.

Reno langsung mendekap tubuh Lina erat dari samping karena Lina tengah duduk di sofa tv.

"Masa gitu aja marah sih..."Reno Membawa Lina kedalam pangkuannya memeluk pinggang istrinya erat.

"Malu tau aku ini malu..."jawab Lina dengan menundukkan wajahnya.

"Kamu akan melihat bentuk tubuh polos ku setiap hari sayang..."Reno mengangkat wajah istrinya dan mengecup bibir Lina sekali.

"Kamu hanya boleh merasa malu kali ini saja selanjutnya dilarang..."Reno menciumi bibir Lina lembut dan menuntut bahkan dia mempererat pelukan di pinggangnya.

Perlahan Lina mulai membalas ciuman suaminya dengan mengalungkan tangannya ke leher Reno. Cukup lama pemandangan indah itu tercipta dari kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu. Apalagi Reno yang memperlakukan Lina dengan sangat lembut membuat ciuman mereka terlihat begitu romantis.

"Sekarang aku ingin kamu menceritakan semuanya tentang kamu dari yang baik sampai yang memalukan, semuanya harus kamu ceritakan..."pinta Reno begitu melepaskan pagutan bibirnya dan mengusap bibir Lina yang basah dengan tangannya.

Lina tersenyum senang karena suaminya memintanya secara langsung untuk mengetahui jalan hidupnya yang selama ini hanya ia bisa bagi dengan Evan.

Lina kembali mengecup bibir Reno sekilas sebelum ia turun dari pangkuan suaminya dan duduk kembali disamping Reno.

"Aku Lina Astuti,aku lahir dari hasil hubungan gelap antara ibuku dan laki laki yang aku tau bernama Dennis. Ya orang bilang sih ayah biologisku itu seorang pria mapan yang dulunya jadi majikan ditempat ibuku bekerja..." Lina menceritakan semuanya dari awal.

"Ya dulu ayahku pernah bekerja diluar kota sebagai buruh pabrik tapi karena penghasilan yang tidak mencukupi ibuku bekerja sebagai seorang pembantu dirumah besar yang berada di kompleks perumahan dekat rumah..."sambung Lina.

"Singkat cerita ibuku hamil dan majikannya yang menjadi ayah biologis aku pergi entah kemana, disaat ia tau ibuku hamil. Ayah yang merasa ikut bersalah dan merasa ikut andil dengan memberi celah istrinya untuk berselingkuh akhirnya dengan lapang dada menerima kehamilan istrinya yang tengah mengandung anak orang lain..."

"Tapi yang aneh ibu yang membenciku dan ayah yang sangat menyayangiku,aku tau ibu membenciku karena penyesalannya yang begitu dalam, penyesalan karena telah mengkhianati cinta dari pria sebaik ayah. Jadi alasan aku tak mau mempunyai hubungan lain dibelakang kakak atau siapapun yang menjadi pasanganku adalah itu. selingkuh itu memang hal yang menyenangkan diawal karena kita mendapatkan sesuatu hal yang baru diluar pasangan kita,tapi sejauh yang aku tau perselingkuhan itu selalu berakhir lebih menyedihkan dan lebih membuat kita merasa menderita dibanding saat kita hanya merasa bosan kepada pasangan kita..."Reno belum bisa memberi komentar tapi dia semakin terpesona dengan istrinya karena sikap yang mereka hampir sama. Belajar dari cerita masa lalu walaupun masa lalu itu bukan milik kita.

"sedari dulu Aku selalu yakin perasaan yang aku miliki itu sudah lebih dari cukup untuk selalu membuat kita terikat, Karena cinta yang tulus itu selalu berbuah sesuatu hal yang manis walaupun harus melewati jalan yang panjang dan hari ini adalah buktinya..."entah Lina sadar atau tidak dengan perkataannya yang membuat Reno bukan sekedar berkomentar tapi...

"Kak..."Reno menyerang Lina dengan ciuman yang terasa berbeda dari sebelumnya bahkan kini Reno menidurkan Lina disofa yang mereka duduki sambil tangannya terus menggerayangi tubuh istrinya dan bibir yang terus menempel dibibir Lina walaupun Lina tak memberi respon bahkan terkesan menolak.

"Kak cer..."Lina mencoba protes ditengah perlakuan Reno yang penuh hasrat itu.

"Kak cerita ku belum selesai..."Lina menahan bibir Rebo yang kembali ingin memagut bibirnya.

"Saat ini Aku gak mau mendengar hal yang menyedihkan,disaat aku telah mendengar pengakuan cinta yang begitu besar dari istriku..."Reno kembali menciumi setiap inci tubuh Lina walaupun Lina masih memberi penolakan.

Lina sebenarnya tidak begitu sadar akan apa yang ia katakan hingga bisa membangunkan hasrat suaminya yang terlihat sangat bahagia dan tidak sabaran.

"Kak biark..."ucapan Lina terpotong karena bibir Reno yang kembali mencium bibirnya.

"Bukankah kamu bilang cinta itu akan menghasilkan sesuatu yang manis dan cintaku akan melahirkan sesuatu yang lucu dan menggemaskan..." entahlah perasaan Reno ketika mendengar kata kata Lina tadi menghadirkan sebuah penyesalan atau kebahagiaan tapi yang pasti dia ingin cinta yang ia miliki menghasilkan sesuatu yang lebih besar dari cinta yang Lina miliki. Yaitu seorang anak.

"iya tapikan bisa nanti setelah ak..."Lina berkata sedikit tertahan karena ulah Reno yang mulai menciumi setiap inci bagian sensitifnya.

"Ya tapi aku ingin dia tumbuh lebih cepat disini..."Reno mencium perut datar Lina dengan lembut.

"Aku masih memiliki banyak waktu untuk mendengarkan kisahmu,tapi sekarang waktuku untuk menumbuhkan hasil dari cintamu yang terbalas..."Kata kata Reno berhasil menghipnotis Lina jadi dia bisa dengan mudah meloloskan baju yang dikenakan sang istri menyisakan bra yang sudah tidak pada tempatnya menunggu untuk dilepaskan.

Lina yang sudah terbuai dengan kata kata manis Reno yang selalu ia dengar belakangan ini membuatnya secara alami mengikuti permainan Reno yang memiliki harapan besar untuk mempunyai seorang anak.

* * * *

"Besok kita pulang ya..."Reno mencium pucuk kepala Lina.

"Iya tapi jangan pagi pagi..."rengek Lina manja karena badannya yang sudah terasa sangat lelah karena ulah Reno seharian ini.

"Iya kita pulang setelah kamu siap dan aku puas..."kata kata Reno sukses membuat Lina mendaratkan sebuah cubitan keras didadanya.

Ya karena seharian ini Reno terus saja mengerjai Lina sampai dipagi buta ini pun mereka baru saja selesai melakukannya. Entah untuk yang ke berapa kali.

Tapi hanya dengan waktu sehari pula Lina menceritakan semua kisah hidupnya kepada Reno.

Next chapter