webnovel

Pernikahan 1

Entah angin apa yang datang namun Dion Dan keluarga ya datang menjenguk Mirella dirumah sakit. Nampak wajah tak bersahabat Malvin menyambut mereka namun Mario Serta istrinya menyambut mereka dengan hangat, meski Tak sehangat dulu.

"Mira, maaf kan anak om ya, karena dia kamu jadi seperti ini" ucap Dion sambil mengengam tangan Mirella. " Saya tidak apa - apa Om, tidak usah khawatir" jawab Mirella lemah. "sayang,baik sekali hatimu" ucap Sinta istri Dion sambil mengusao kepala Mirella.

"mau apa kalian kesini, untuk menertawakan kondisi kakakku"kata Malvin ketus. "Alvin" tegur Mario pada anaknya . teguran sang papa membuat Malvin diam dan memandang luar melalui jendela. "sayang,kamu jangan khawatir semua pengobatan kamu , kami yang akan tanggung" kata Sinta lagi.

Satu jam telah berlalu hingga akhirnya Dion dan sang istri pamit pulang. saat ini Mirella diruang rawatnya diremani sang papa, karena Alvin juga mamanya harus pulang dulu. Mirella memandang sang papa yang sedang membaca Koran . Dengan mengumpulkan segenap kekuatan dalam hatinya Mirella mulai pembicaraan dengan sang papa.

"Papa" pangil Mirella lemah. Namun tidak seperti biasanya pangilan itu langsung direspon oleh sang papa. "kenapa? Haus?"Tanya sang papa namun dijawab dengan gelengan oleh Mirella.

"pa, maaf". satu kata yang meluncur dari bibir pucat Mirella. kata - kata yang tadi hendak diucapkan pada sang papa seperti tersangkut dileher. sang papa terkejut dengan permintaan maaf anaknya, namun sang papa hanya diam mendengarkan.

Mirella menghela napas berulang Kali dan kembali menatap sang papa. Mirella meraih tas tangannya yang diletakkan Malvin disamping tempat tidurnya. Mirella membukanya dan mengambil kartu sebuah bank, lalu menyerahkan kartu itu pada sang papa. "pin nya, 987654"kata Mirella singkat. sang papa melihat kartu ditangannya Dan memandang wajah sang putri. Putrinya nampak tersenyum dan itu semakin membuat dia bertanya apa maksud putrinya memberikannya kartu Atm juga pin nya. " untuk apa ini?" Tanya sang papa kemudian. Mirella tersenyum mendengar sang papa bertanya. " didalamnya ada tabungan Saya, tidak banyak tapi hanya itu yang bisa saya ganti untuk biaya pengobatan Saya sekarang ini, maaf ya selalu merepotkan" kata Mirella sambil tersenyum kepada sang papa.

Hati papanya tentu saja hancur, bagaimana mungkin sang putri memikirkan mengembalikan biaya pengobatan kepada dirinya, ayahnya sendiri. "apa Papa minta ganti?" suara yang papa nya keluarkan jelas terdengar parau. "tidak tahu, nanti kalau Saya sudah bisa bekerja lagi Saya akan menambahnya lagi, tolong harap dimaklumi" jawab Mirella lagi.

perkataan Mirella jelas semakin membuat hati sang ayah bertambah kecewa. Kenapa anaknya harus bersikap seperti itu. "Mira, kenapa kamu harus melakukan ini" kata Mario semakin terdengar semakin parau.

"Saya..."perkataan Mirella langsung dipotong oleh Mario..."Saya , Saya Saya, kenapa kamu seperti berbicara dengan orang asing , Mira ini papa, papa kamu " kata Mario tak lagi bisa menahan emosi.

"itu yang Saya inginkan, tapi anda benar Saya Tak berhak memangil anda papa, Saya terlalu memalukan untuk menjadi putri anda."Mirella berkata sambil mengusap air matanya..

"apa maksud kamu?" Tanya Mario semakin geram dengan sang putri.

"dulu waktu anda hanya memperbolehkan Saya memanggil papa jika Ada orang lain, Saya Tak mengerti kenapa anda inginkan itu, dulu saat anda memukul tangan ini, Saya tidak tahu Saya salah apa, hingga Saya mengerti, ketika anda menghanyutkan Saya disungai waktu itu, Saya mengerti....anda tak menginginkan saya". kata Mirella sambil menahan isak tangisnya dan menghapus airmatanya.

Mario terduduk dengan lesu setelah mendengar perkataan Mirella, kenangan itu muncul bagai film yang terus diputar dalam benaknya. 'Ya Tuhan....jahatnya aku pada putriku sehingga dia Tak berani memanggilku papa' batin Mario perih

"Saya hanya anak nakal yang selalu membuat orang tuanya susah, maaf....padahal Saya selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik untuk anda dan mama, namun ternyata...tidak bisa dan sekarang juga Saya semakin membuat anda kecewa, Saya minta maaf" ucap Mirella sambil terisak - isak.

Sang Papa hanya memandang sang putri dengan pilu, ia sungguh tak menyangka, perkataannya begitu melukai putrinya.

Next chapter