webnovel

SEORANG KENALAN {PART 1}

Kembali bunyi pintu diketuk. "Room service." Terdengar kembali suara seorang pria di balik pintu.

"Bentar." Ayudia segera bangkit dan memakai pakaian lalu membuka pintu kamar hotel.

Ayudia tertegun.

Ia mendapati seorang pegawai hotel yang membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Permisi, saya mengantarkan makanan, Bapak Fatir yang pesan." Waiter itu berkata seraya berjalan masuk ke dalam kamar, lelaki itu membawa dan meletakkan nampan itu di atas meja. "Permisi." Waiter itu pun pergi setelahnya.

Telepon kamar berdering. Dengan langkah gontai mendekati meja dan menjawabnya, "Halo."

"Yu, aku pesankan kamu sarapan. Aku lagi di coffee shop, pas sarapan tadi ketemu temen. Kamu makan, ya!" ucap Fatir dengan nada bicara yang ramah dan hangat.

"Oke." Ayudia menutup pembicaraan kemudian menutup gagang telepon.

Ayudia tersenyum senang karena ternyata dia tidak ditinggalkan. Ia segera menyantap sarapannya. Makanan itu sangat enak sebenarnya, tapi karena dia tadi malam meminum minuman beralkohol cukup banyak, perutnya terasa mual.

Ayudia memandang ke arah daun pintu saat terbuka. Fatir mendekati dirinya sambil tersenyum, mengecup pipinya kemudian mengusap kepalanya dengan lembut. Hatinya terasa menghangat mendapat perlakuan seperti itu. Ditambah lagi sebelumnya dia mengira dirinya telah ditinggalkan Fatir Pergi.

"Makan?" Ayudia menawarkan sarapan sambil tersenyum lebar. Dia merasa senang.

"Aku udah sarapan sama teman tadi," ucap Fatir sambil menyurungkan minuman saat melihat gadis itu kesulitan menelan makanannya. Ia terlihat seperti mau muntah. Dengan senang hati Ayudia menyambutnya.

Ayudia merasa canggung saat dia melihat Fatir menatapnya begitu lekat. "Kenapa? Kok ngeliatin aku gitu banget?" Dia jadi salah tingkah.

"Ayu, sudah berapa lama kamu bekerja seperti ini?" tanya Fatir sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Sudah dua tahun. Kenapa?"

"Pernahkah kamu berpikir untuk berhenti dari pekerjaan ini?" Lelaki itu bertanya sambil menyatukan ruas jarinya lalu menumpangkan kedua pahanya. Disandarkannya punggungnya kokoh pada sandaran kursi.

"Tentu saja aku mau, tapi kalau sekarang aku belum bisa. Walaupun sebenarnya aku pengen banget berhenti." Ayudia menarik napas dalam-dalam. "Aku harus menafkahi keluargaku. Aku cuma keluarga miskin dengan empat saudara," terangnya dengan perasaan sedih. Sekuatnya dia menahan air matanya agar tidak menetes.

"Mau enggak kamu nikah sama aku? Jadi istriku? Aku pasti bakal bertanggung jawab sama kamu dan keluarga kamu juga. Jadi kamu bisa berenti kerja kayak gini."

Next chapter