webnovel

BERLIAN HITAM

BAB 5. BERLIAN HITAM

Waktu seakan terhenti, jantung Ayudia berdebar lebih kencang. "Astaga, Cakep bangeeeet!" jeritnya di dalam hati.

Pandangan Ayudia tertuju kepada seorang lelaki berambut ikal sebatas bahu yang bergerak tertiup angin. Ia memiliki senyuman menawan yang memikat hati. Lelaki itu tengah duduk di belakang seorang temannya. Mereka mengendarai sepeda motor.

Ayudia melambai pada lelaki yang menaiki sepeda motor di kejauhan. Dion pun menghentikan motornya di sisi jalan, dekat dengan tempat Ayudia berdiri menunggunya.

"Yu," sapa Dion sambil tersenyum.

"Hai." Ayudia mengangguk pelan juga sambil tersenyum. Namun, matanya tak dapat lepas dari teman Dion yang duduk di belakangnya.

"Dari mana, Yon?" tanya Ayudia.

"Dari rumah. Ini, aku mau kenalin temanku." Dion menunjuk ke arah Azka.

"Hai, Aku Azka." Lelaki itu mengulurkan tangannya. Dadanya berdebar cepat. Gadis yang selama ini dicarinya kini berada di depannya.

Ayudia pun menjabat tangan Azka, ia begitu terpana melihat wajah lelaki di depannya. Matanya sangat indah, kontur wajahnya tegas, ditambah lagi Ia memiliki senyuman yang mengguncangkan dunianya.

Tanpa Ayudia sadari ....

Dia menahan tangan Azka cukup lama, hingga tarikan tangan Azka menyentakan kesadarannya, pipinya merona. Sebuah senyuman canggung dan malu tersemat indah di bibirnya.

"Kita makan yuk?" ajak Ayudia bergantian menatap Dion dan Azka. Demi untuk menghilangkan suasana canggung, dia berinisiatif mencairkan suasana.

"Makasih. Udah tadi," tolak Azka sambil tersenyum manis. Ya, senyuman Azka sangat manis karena dia sangat bahagia.

Ayudia merasa seakan pedang tajam ditusukkan tepat di jantungnya. Senyuman Azka membuat jantungnya berdebar cepat. Tubuhnya terasa meleleh seumpama es krim di saat udara sedang panas.

"Ya ampuuuun cakepnyaaaaa!" Ia terus bergumam dalam hati tidak bisa berhenti mengagumi Azka.

"Ayu, aku pulang dulu, ya." Dion menaiki sepeda motor.

"Lah, sudah mau pulang? Baru juga ketemu," ucap Ayudia menyayangkan.

"Aku ke sini cuma mau kenalkan dia sama kamu," ucap Dion sambil melirik Azka. Sedangkan Azka hanya mampu tersenyum malu bercampur kesal. Ia merasa dikhianati dan dipermalukan oleh temannya sendiri di hadapan seorang gadis.

"Oh …. hahaha, gitu ya." Tawanya Ayudia pecah, dia merasa senang dan berbunga-bunga. "Ya udah kalo mau pulang." Ayudia tersenyum sambil mengangguk pelan. Dia pun tak ingin menahan mereka karena merasa tidak nyaman jika harus mengajak mereka berdua ke rumahnya. Malam sudah larut.

"Ya udah ... pulang dulu, ya!" Dion menjalankan motor.

"Iya … hati-hati." Ayudia melambaikan tangan pada mereka berdua.

Ayudia melangkah dengan ringan dan riang pulang ke rumah. Rumah yang disewanya di kota ini. Kembali terbayang wajah Azka sekelebat di pelupuk matanya. "Aaah!" gadis itu menggeleng kuat, menolak perasaan aneh yang tiba-tiba hadir dan melekat di dalam dadanya.

Sesampainya ia di kamar yang hanya berukuran 3x3m, Ayudia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pikirannya melambung jauh.

"Dua tahun aku menjalani hidup seperti ini. Bekerja sebagai pemandu lagu. Jalan hidup yang sungguh bertentangan dengan hati." Ayudia bersedih akan kehidupan yang dijalaninya.

Terkadang dia memberikan hasil kerjanya pada orang tuanya, untuk membantu perekonomian keluarganya tergolong sulit.

"Semoga Tuhan akan memberikan jalan yang lebih baik." Dia berdoa penuh harapan. Ayudia menghela napas panjang, berusaha melepaskan beban yang menghimpit dada.

Next chapter