"Wah, kita sekelas," ucap Avira-san setelah mendengar cerita selama aku di sekolah tadi. "Tapi, kenapa kepala sekolah langsung menerimamu, ya?"
"A-Aku juga tidak tahu…" balasku mengelak.
Sebenarnya, aku memiliki asumsi kalau alasannya adalah supaya dia bisa dengan mudahnya menantangku bertarung sampai dia menang. Tapi, aku rasa asumsi ini tidak perlu diceritakan. Kalau kuceritakan, rasanya aku bersalah kepada calon murid yang mendaftar ke sana atau pindah ke sana.
Sekarang, kami sedang berjalan menuju asrama, tepatnya di perkotaan. Sebenarnya kami bisa saja langsung sampai di dekat asrama, kalau Avira-san tidak salah menaiki bus. Ditambah, Avira-san baru menyadari kalau dirinya salah menaiki bus setelah pemberhentian ketiga. Dan di daerah kami turun karena salah naik bus, tidak ada halte jadwal jalan menuju daerah asrama. Walau begitu, untungnya menurut Avira-san tempat kami turun dengan asrama tidak terlalu jauh… paling butuh 1 jam dengan jalan kaki.
"… A-Aku benar-benar minta maaf… Kita jadi harus berjalan kaki…"
"Sudah kubilang tidak apa-apa. Aku sudah biasa jalan kaki. Lagipula, dengan begini aku bisa bersama denganmu cukup lama."
Aku bisa melihat Avira-san mengalihkan pandangan dan menundukkan kepalanya. Kurasa, dia malu mendengar kalimatku tadi. Yah, memang itulah reaksi yang kuharapkan. Reaksi malunya itu terlihat cukup manis.
"Oh iya, Avira-san. Sepertinya, aku melupakan sesuatu…" Avira-san pun langsung melihat ke arahku dengan wajah tanda tanya. "Seragamku bagaimana?"
Seketika, aku melihat pupil mata Avira-san membesar, bahkan ekpresinya terlihat baru saja mendengar dunia akan hancur. Dia benar-benar terkejut diam. Walau aku menjetikkan jariku di depan wajahnya, dia tidak tidur juga. Ah, dia kan bukan dihipnotis. Pokoknya, dia terlihat terkejut.
"GOMENNASAIIII!!" ucap Avira-san ditambah menundukkan badan tiba-tiba, sampai membuatku terkejut dan hampir meloncat ke belakang. "Aku lupa bilang kalau kau harus memesan seragamnya di toko sekolah! Maaf!"
"Eh, ah… i-ini bukan salahmu… Aku juga salah karena lupa…"
Avira-san pun menundukkan kepala, tanda menyesal. "Ta-Tapi… gara-gara aku ceroboh lagi, waktu belajarmu akan terpotong atau bahkan tidak bisa mengikuti pelajaran, apalagi kau baru saja masuk… Jadi, kau tidak bisa menikmati pelajarannya dengan baik…"
Gawat, dia benar-benar terlihat murung sekali… rasanya kalau aku berpikir negatif berlebihan, dia bisa saja langsung bunuh diri gara-gara menyesal akan kecerobohannya itu. Aku tidak bisa membiarkannya!
"Ngo-Ngomong-ngomong, Avira-san! Soal jadwal belanja hari ini, biasanya kalian beli di toko mana?"
"… Kami… biasanya pergi ke toko yang berbeda-beda…" jawabnya masih menundukkan kepala dengan murung.
Sial, pertanyaan untuk mengalihkan kemurungannya gagal! Apa yang harus aku lakukan? Kalau misal ini adalah galge, mungkin akan muncul beberapa pilihan dan aku tinggal pilih salah satunya. Tapi, sayangnya itu tidak akan terjadi. Apa aku harus membuatnya sendiri? Tapi apa pilihannya, ya?
Eto… pertama, menembak dia. Kedua, menciumnya. Ketiga, mengajaknya ke… Bentar!! Kenapa harus hal yang memalukan dan mesum pilihannya?!!! KENAPA DENGAN OTAKKU!!!?
"A-Ano… Rifki-kun…" panggil pelan Avira-san, berhasil mengalihkan perhatianku. "A-Apa kau su-suka… ma-makan jajanan atau makan siang saat istirahat di sekolah…?"
"Eh, ah… Sebenarnya aku lebih suka jajan, tapi kadang aku tidak jajan u-"
AH! Aku punya ide! Mungkin dengan pertanyaan ini, murungnya akan teralihkan menjadi marah malu-malu! Dan bisa juga menjadi candaan yang pas untuk menghilangkan rasa penyesalannya!
"Hehhh, kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu? Apa kau punya rencana membuatkan bekal makan siang untukku?"
"I-Iya…"
"Hahah, aku ber- HEHHHH?!"
Tunggu, aku tidak salah dengar kan?! Dia bilang 'iya', kan?! Atau mungkin bilang 'aku hanya ingin bertanya', tapi berkat efek kotoran telingaku jadi terdengar 'iya'?! Dan kenapa sikapnya terlihat malu-malu, padahal sebelumnya murung?!
"Ka-Kalau kau tidak keberatan… aku akan membuatkannya untukmu…" ucap Avira-san dengan wajah menunduk yang sudah merah, ditambah sikap malu-malu.
"A-Aku senang sekali! A-Aku akan menunggunya! Hm, aku tidak sabar segera bisa merasakan bekal makan siang darimu!"
"Syukurlah kalau kau senang… A-Aku akan membuatnya setiap hari…"
Se…Se-Setiap hari… setiap jam istirahat mulai dari nanti senin, aku memakan makanan buatan dari seorang gadis. Padahal, respon yang kubayangkan adalah dia marah karena kugoda seperti itu. Tapi, ternyata malah seperti ini… Dan jawabannya adalah… IMPIANNNNNKUUUUU!!!!
Aku tidak menyangka, aku bisa mendapatkan event seperti ini! Ahhh, enak sekali. Padahal selama ini, aku hanya bisa membayangkannya saja atau hanya bisa melihat hero utama dalam anime yang mengalami hal seperti itu. Tapi sekarang… aku bisa mengalaminya!!
*cklik
Seketika, kesenanganku teralihkan oleh suara memotret itu. Saat aku melihat pelakunya, dia adalah gadis yang tidak lama ini aku kenal bernama Cantika Gadis. Dia mengarahkan kamera handphonenya ke arah kami.
"Ah, maaf, aku mengganggu kalian. Lanjutkan saja acara pacaran kalian, anggap saja aku tidak ada."
"BUKAN BEGITU!!" elak kerasku. "Kenapa kau ada di sini?!"
"Aku baru dari toko untuk belanja makan malam. Kau kan sudah tahu kalau hari ini jadwalku membeli bahan makanan," balasnya sambil mengetik sesuatu di handphone. "Yosh, terkirim."
"Tunggu, tadi kau mengetik apa dan mengirim apa?" tanyaku.
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Kau lanjutkan saja bermesraan dengan Avira-chyan."
"Sudah kubilang, bukan begitu!!"
"Ehhh, tapi sepertinya Avira-chyan tidak keberatan dianggap seperti itu."
Aku pun langsung melihat ke arah Avira-san. Dia masih menundukkan kepala, tapi kali ini tubuhnya terlihat sedikit gemetar dan wajahnya merah sekali. Mungkin kepalanya mengeluarkan asap seperti di anime, karena saking malunya.
"Oh iya, biar aku bawa saja belanjaannya, sepertinya berat," tawarku mengalihkan rasa canggung ini.
"Dengan senang hati aku menerima tawaranmu itu." Gadis-chan pun memberiku kantong plastik isi bahan makan malam. "Akhirnya aku bisa memainkan handphoneku dengan nyaman!" Dia pun kembali fokus ke handphonenya sambil berjalan melewati kami.
Dengan kantong plastik berisi bahan makan malam di tangan, aku pun berjalan menyusul Gadis-chan. Namun, aku langsung menghentikan langkah dan berbalik setelah sadar satu orang lagi tidak mengikutinya.
"Avira-san, mau sampai kapan kau diam di sana?" tanyaku menyadarkannya.
"Ah, iya! Aku akan ke sana!"
Kami pun berjalan pulang menuju asrama yang kuanggap mansion. Kita harus berjalan cukup jauh menuju halte dan harus menunggu beberapa menit. Suasana di tempat pemberhentian bus ini sepi sekali, hanya ada kami bertiga saja. Maka dari itu, untuk menghilangkan rasa bosan, aku membaca jadwal bus yang berhenti di sini.
"Ki-chi," panggil Gadis-chan yang berada di sampingku. "Besok kau pasti nganggur, kan?"
"I-Iya… Memangnya kenapa?"
"Besok… kita kencan!"
***
Pagi hari pun tiba. Aku sudah membuka mataku, tapi aku tidak langsung bangun. Selain untuk mengumpulkan nyawaku, aku juga harus memikirkan baik-baik ajakan 'kencan' dari Gadis-chan. Aku benar-benar terkejut dibuatnya, bahkan hampir saja saat mendengar pernyataan itu aku loncat-loncat kaya orang gila. Sayangnya, aku langsung tersadar mengingat sifat yang dia keluarkan saat pertama kali kita bertemu.
Dari yang aku alami, dia sifatnya jahil. Yah, mungkin saja dia hanya bercanda soal mengajakku kencan. Tapi, mungkin saja maksudnya menemani dia jalan-jalan untuk membeli sesuatu, dan aku dibutuhkan untuk membawakan barangnya. Jadi, dia mengucapkan 'kencan' agar aku termotivasi untuk ikut dan membawa barang belanjaannya. Selain pikiran itu… bisa saja dia benar-benar ingin kencan denganku…
"Selamat pagi, Tuan. Ini air minumnya," ucap Allyn sambil menyodorkan gelas berisi air putih. "Setelah bangun di pagi hari, bagusnya meminum air putih."
"Pagi, Allyn." Aku pun bangun, memposisikan duduk. "Terima kasih." Aku pun menerima gelas berisi air putih dari tangan Allyn.
Memang benar, setelah bangun dari tidur di pagi hari bagusnya meminum air putih. Selain itu, sebelum tidur pun bagusnya meminum air putih. Namun, perlu diingat jangan langsung tidur setelah minum air putih, tunggulah sekitar 10 me-
"Brusshhh!" Aku menyemburkan air minumnya. "Uhuk! Uhuk…! Ke-Kenapa kau ada di sini, Allyn?! Dan tadi kau memanggilku 'Tuan'?!"
"Tentu saja karena aku harus membangunkanmu," jawabnya dengan wajah datar. "Sudah jadi kewajibanku sebagai maid-mu untuk membangunkan tuannya setiap pagi."
"… HEHHHH?! A-Aku jadi tuan-mu?! Dan kau jadi maid-ku?! Sejak kapan?!"
"Sejak detik ini, Tuan."
Aku benar-benar bingung. Lagi-lagi aku mendapatkan hal yang aku sukai, tapi kenapa harus secara mendadak? Aku kan jadi tidak bisa langsung senang dan harus mengalami 'terkejut' dulu. Yah, walau biasanya aku melihat situasi ini di anime, tepatnya sang hero-nya. Tapi, ternyata kalau aku yang mengalaminya, tetap saja jadi 'terkejut'.
"Tuan, semuanya sudah menunggumu."
"Eh, ah, maaf." Aku pun langsung bangkit. "Ayo, kita pergi."
***
Aku sudah memakai kemeja biru gelap tanpa dikancing memperlihatkan kaos putih, celana abu-abu gelap panjang, dan jam tangan di lengan kiri. Aku juga tidak lupa membawa dompet berisi banyak sekali uang. Untuk mengatasi situasi 'membayar' saat kencan ini. Aku sering melihat di anime dan pernah mengalaminya. Laki-laki-lah yang biasa membayar segala sesuatu selama jalan bersama perempuan. Maka dari itu, aku sering menabung uang.
Sekarang aku berada di depan toko pakaian. Di sinilah, tempat janjian aku dan Gadis-chan bertemu. Walau sebenarnya, kami bisa saja langsung pergi bersama setelah sarapan. Tapi, ini permintaan dari Gadis-chan dengan alasan 'agar terasa seperti kencan sesungguhnya'.
"Maaf membuatmu menunggu, Ki-chi!"
Aku pun langsung melihat seorang gadis yang dikenal bernama Cantika Gadis, berlari kecil menghampiriku dengan pakaian pertama kali kita bertemu. Tidak lupa, handphone di tangan.
"Ah, iya, tidak apa-apa," balasku. "Jadi, kita akan ke mana?"
"Hehhh, apakah pantas menanyakan hal itu kepada perempuan yang kau kencani? Seharusnya kau yang menentukannya," jawabnya sambil memainkan handphone-nya.
"Kau kan yang mengajakku. Selain itu, aku kan tidak tahu di mana saja tempat-tempat seperti game center, tempat makan, dan lainnya."
"Oh iya, kau kan berasal dari negara lain dan tidak pernah kencan sebelumnya," ucap Gadis-chan masih memainkan handphone-nya. "Baiklah, anggap saja ini sebagai latihan kencamu. Kau harus mengingat baik-baik pelajaran kencan ini dan cari sendiri informasi yang dibutuhkan saat berkencan. Agar saat kencan lagi nanti, kau tidak menjadi pria payah."
Akhirnya, kencan kami pun berjalan. Namun, sayangnya tidak seperti yang aku bayangkan. Memang benar kami jalan bersebelahan, tapi dia fokus ke handphone-nya. Saat aku mengobrol dengannya, dia tetap fokus ke handphone-nya. Bahkan aku harus menjadi penjaganya, supaya dia tidak menabrak atau terjadi hal yang buruk selama dia memainkan handphone-nya. Namun, di balik itu semua aku mengaguminya. Dia bisa mengobrol denganku tanpa kesalahan, terus nyambung. Padahal dia terus-terusan memainkan handphone-nya. Mungkin tingkat konsentrasinya tinggi.
Akhirnya, sore hari pun tiba. Inilah akhir dari kencan kami… Walau sebenarnya, aku tidak bisa menganggap ini kencan…
"Nah, sekarang kau sudah mendapatkan pengalaman kencan. Jadikan ini pembelajaran agar bisa tingkatkan lagi peran laki-lakimu selama kencan."
"A-Ah… iya… terima kasih."
Aku tidak tahu bagian mana yang bisa dijadikan pembelajaran. Kami hanya jalan bersama, mengobrol, dan makan bersama. Bisa saja jadi pembelajaran walau hanya melakukan itu, tapi kalau dia tidak konsentrasi dengan handphonenya! Tidak ada sensasinya!!
Walau begitu, aku bisa mengingat tempat-tempat yang mungkin cocok untuk kencanku selanjutnya. Selain itu, uangku tidak terlalu banyak dikeluarkan karena kami tidak membeli apapun, selain membeli makan siang dan peralatan sekolahku.
"Nah, sekarang aku akan membicarakan tujuanku melakukan ini." Gadis-chan menyimpan handphone-nya di saku jaketnya. "Aku akan membantumu menciptakan harem yang kau inginkan."
"HEHHHHH?!!!"