webnovel

Chapter 378 - Kebenaran Mengenai Ibu Yuuna

"Jadi Shirou-kun dan yang lain, sedang melakukan pertemuan yang penting. Dan kita dilarang untuk ikut pertemuan itu, karena kita bukanlah anggota dari Ala Alba? Tak masalah buatku karena aku pasti akan merasa bosan kalau disuruh untuk mengikuti pertemuan semacam itu!" Yuuna Akashi saat ini sedang bersantai di area resort yang ada di dalam Diorama Sihir milik Shirou. Bersama dengan Makie, Akira dan Ako. Karena mereka berempat disuruh menunggu di dalam diorama sihir itu oleh Mana. "Berada di dalam resort sihir yang sangat mewah seperti ini jauh lebih menyenangkan daripada harus mengikuti pertemuan yang membosankan seperti para anggota Ala Alba itu!"

"Ahahahaha kau benar sekali Yuuna, berada di dalam resort ini terasa jauh lebih baik daripada berada di dalam kediaman Emiya yang super luas dan berbentuk seperti rumah ala Jepang yang kuno!" Kata Makie yang berbaring di atas handuk tepat di sebelah Yuuna sambil mengenakan bikini one piece berwarna pink. "Tempat ini terasa seperti surga kalau dibandingkan dengan kediaman Emiya!"

"Sigh, kalian berdua itu terlalu santai, tapi aku juga tidak bisa mengatai kalian berdua karena aku juga merasakan kesenangan yang luar biasa di tempat ini. Sudah lama sekali aku tidak merasa sesantai ini! Suasana di Mundus Magicus yang berbahaya selalu membuat diriku merasa tidak tenang," Kata Akira sambil menghela nafasnya dalam-dalam. "Makie kau juga merasakan hal yang sama bukan?"

Makie sama sekali tidak dapat menjawab pertanyaannya Akira, sebab saat ini Makie sudah tertidur dengan lelap di atas hammock. Udara yang hangat dan angin yang sepoi-sepoi membuat Makie menjadi mengantuk sehingga ia jadi tertidur.

***

"Aaah, Makie tertidur," Kata Yuuna dengan yang merasa agak jijik melihat air liur yang mengalir keluar dari mulutnya Makie. "Wajar sih, mengingat udaranya hangat dan angin yang sepoi-sepoi bisa membuat orang menjadi mengantuk. Kita biarkan saja dia tertidur di situ, karena aku sama sekali tidak mau mengganggu Makie."

"Banyak yang bilang kalau orang yang jalan pikirannya tidak rumit dan santai seperti Makie mudah sekali tertidur. Tampaknya kata-kata itu bukanlah hanya bualan belaka," Kata Akira yang tersenyum ketika ia melihat Makie yang menunjukkan wajah yang terlihat damai. "Apalagi orang seperti Makie yang jarang sekali menggunakan otaknya untuk menjadi lebih baik dalam pelajaran."

"A-Akira kau secara tidak langsung mengata-ngatai dan menganggap kalau Makie itu bodoh. Dimana itu adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dibantah sebab Iq Makie memang sedikit lebih rendah dari Iq manusia normal. Mungkin itulah alasan kenapa kedua orang tuanya menyekolahkan Makie di Mahora, sebab di perguruan Mahora semua siswa dipastikan akan lulus berkat sistem eskalator yang ada di perguruan Mahora."

Ako sama sekali tidak suka dengan ucapannya Akira terhadap teman sekamarnya. Tapi pada kenyataannya Makie memanglah sangat bodoh dan Ako tidak bisa tidak mengakui kalau tingkat kepandai Makie memang berada di bawah rata-rata manusia pada umumnya.

"Yah, yang setidaknya Makie memiliki bakat olahraga yang luarbiasa, kuharap Makie bisa mencapai cita-cita untuk menjadi guru olahraga di masa depan," Kata Yuuna. "Sebab menjadi guru olahraga adalah impian Makie semenjak ia kecil."

"Guru olahraga, ya? Kurasa dia bisa mencapai impian itu. Selama Makie bisa lulus tes teori dimana teori adalah sesuatu yang ia tidak sukai sebab kemampuan menghapal Makie sangatlah buruk," Kata Akira yang merasa agak kuatir dengan masa depan Makie.

***

"Jadi kau ada di dalam Diorama sihir ini rupanya! Apa kau tahu kesulitan yang kami berdua alami ketika kami berniat untuk mencari dirimu Yuuna Akashi!"

Takane dan Mei yang mengenakan seragam sekolah mereka terlihat kesal dengan Yuuna. Sebab mereka berdua mendapatkan misi dari Takamichi untuk memberitahukan hal apa yang terjadi kepada Yuuko Akashi yang adalah ibunya Yuuna sepuluh tahun sebelumnya. Tapi mereka berdua tidak dapat menemukan Yuuna dimanapun di dalam kediaman Emiya yang sangat luas dan setelah mencari lebih dari dua jam mereka baru tahu dari Mana kalau Yuuna berada di dalam diorama sihir milik Shirou.

"Ah, Takane dan Mei ada apa kalian berdua mencariku?" Tanya Yuuna dengan santai.

"Takahata-Sensei memerintahkanku dan Mei untuk memberitahukan sesuatu yang seharusnya sudah diberitahukan kepada dirimu sejak lama, Yuna Akashi," Jawab Takane yang tidak terlalu suka dengan gaya santainya Yuuna. "Sesuatu yang disembunyikan oleh ayahmu Akashi Hakase selama sepuluh tahun terakhir."

"Sesuatu yang seharusnya diberitahukan kepadaku sejak lama yang disembunyikan oleh ayahku selama sepuluh tahun terakhir? Apakah soal ayahku yang seorang penyihir? Kalau soal itu sih, aku sudah mengetahuinya dari Shirou-kun," Kata Yuuna yang merasa penasaran apa yang sebenarnya disembunyikan oleh ayahnya.

"Tidak bukan itu, hal yang disembunyikan oleh ayahmu adalah mengenai bagaimana ibumu, Yuko Akashi yang merupakan salah satu guru penyihir terbaik di Mahora bisa tewas ketika ia menjalankan sebuah misi di Mundus Magicus. Hal yang disembunyikan selama sepuluh tahun agar tidak membuat dirimu sedih sampai-sampai ingatan dirimu soal sihir juga dihapus oleh Akashi Hakase."

***

Yuuna sudah tahu kalau ada sebagian kecil dari ingatan di dalam kepalanya yang dihapus oleh seseorang berdasarkan analisa struktur yang Shirou lakukan kepada dirinya. Tapi baru sekarang ia tahu dengan jelas ingatan apa yang dihilangkan dari dalam kepalanya.

"Menghapus ingatanku agar aku lupa soal sihir dan juga menyimpan detail penting soal bagaimana Mama bisa mati dariku? Yah itu adalah hal yang akan dilakukan oleh setiap Papa yang merasa sayang kepada anaknya agar anaknya tidak merasa menderita. Tindakan Papa yang seperti itu bisa kumaklumi," Kata Yuuna yang tidak menyadari kalau ada air mata yang sudah mengalir di pipinya. "Tapi yang aku ingin tahu saat ini ialah bagaimana sebenarnya Mama bisa meninggal."

Air mata yang mengalir di pipi Yuuna membuat Ako dan Akira merasa kuatir dengan keadaan mental Yuuna. Tapi sayangnya tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulut keduanya, karena mereka berdua tidak tahu kata-kata apa yang harus mereka ucapkan untuk bisa menghibur Yuuna.

"Ibumu meninggal bukan karena kecelakaan saat menjalankan misi, tapi karena sesuatu yang disengaja oleh pemerintah Megalomesembria. Karena ibumu Yuuko Akashi mengetahui rahasia besar yang disembunyikan oleh Megalomesembria yang saat ini pemerintahannya sudah dihancurkan oleh satu orang saja, yaitu Archer," Kata Takane yang menjelaskan alasan kenapa Yuuko bisa meninggal kepada Yuuna. "Dengan kata lain ibumu dibunuh oleh pemerintah Megalosemembria yang ingin menguasai Dunia lama dan juga Mundus Magicus. Dan karena pihak Mahora tidak punya bukti yang kuat soal pembunuhan yang dilakukan oleh Megalomesembria. Pihak Mahora hanya bisa diam saja tanpa bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keadilan terkait pembunuhan ibumu. Megalomesembria adalah negara terbesar di Mundus Magicus, tapi sayangnya pemerintahannya korup dan jahat. Ditambah ambisi gila dari pemerintah Megalomesembria yang ingin menguasai Mundus Vetus dan Mundus Magicus membuat banyak sekali konflik baik di Mundus Vetus dan juga di Mundus Magicus. Aku merasa malu dengan negara yang menjadi tempat kelahiranku memiliki pemerintahan yang busuk, korup dan gila kekuasaan."

***

"Aku sudah merasa puas dengan mengetahui bagaimana Mamaku bisa meninggal. Aku juga tidak memiliki keinginan untuk membalas dendam terhadap Megalomesembria, sebab saat ini dendamku sudah dibalas oleh orang lain bukan? Aku jadi tidak perlu melakukan apapun. Lagipula Papa selalu bilang kalau menyimpan dendam adalah hal yang dapat menghancurkanku dan membuatku jadi gila. Jadi aku tidak mau menyimpan dendam kepada siapapun."

Yuuna menangis sambil berlutut, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya agar wajahnya yang sedih tidak terlihat oleh siapapun.

Akira dan Ako ikut berlutut dan memeluk tubuh Yuuna. Sebab mereka berdua hanya pelukan hangat kepada Yuuna untuk membuat Yuuna merasa lebih tenang.

Takane menghela nafasnya ketika ia melihat Yuuna menangis, ia paling tidak suka melihat orang lain menangis di hadapan dirinya. Sebab Takane memiliki keyakinan kalau tangisan seseorang akan membuat dirinya menjadi lemah. Ditambah Takane juga menganggap kalau tugas dari Takamichi hanyalah sesuatu yang akan membuang waktu berharga yang ia miliki.

Berbeda dengan Takane yang agak egois dan berdarah dingin, Mei yang lebih peka dan berperasaan ikut menangis setelah ia melihat reaksi Yuuna. Sebab Mei bisa merasakan kesedihan mendalam yang Yuuna rasakan.

Next chapter