webnovel

21. Senam 5 Jari

Gelora πŸ’— SMA

"Poo ... kok, aku jadi penasaran, ya ...'' Tiba-tiba Randy mengambil kondom itu dari tanganku.

''Penasaran kenapa?'' tanyaku heran.

''Aku pengen tahu, gimana cara memakainya?'' Randy memperhatikan bungkusan kondom itu, ''Poo ... apa kamu tahu caranya?'' imbuh dia dengan nada yang super kepo.

''Aku tidak tahu,'' timpalku tegas.

''Poo ... apakah kamu tidak ingin tahu bagaimana cara memakai kondom yang benar?'' Randy sepertinya sangat berambisi dengan keingintahuannya itu.

''Apakah itu penting, Ran?''

''Gak juga, sih ... tapi siapa tahu suatu saat nanti kita memerlukan benda imut ini.''

''Sungguh, kamu ingin tahu, Ran?''

''Iya." Randy menggangguk dengan semangat.

''Lihat di youtube aja!'' ujarku.

''Thats right, good idea!'' timpal Randy. Kemudian cowok berkulit putih ini langsung mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Selanjutnya dia membuka aplikasi youtube dan mulai searching 'cara memakai kondom yang benar', lalu ...

''Nah ... ini nih, video cara memakai kondom, kita tonton bareng, yuk!'' ajak Randy sembari memutarkan video itu dan memperlihatkannya kepadaku.

Dengan khusyuk aku dan dia menonton video tutorial tersebut dari awal hingga selesai. Randy nampak antusias sekali menontonnya, aku lihat dia juga sesekali mengangguk-anggukan kepalanya seolah memahami betul apa yang ditontonnya itu.

Setelah menonton video, aku dan Randy saling berpandangan, kemudian kami kompak mengerutkan jidat dan mengangkat bahu kami masing-masing. Entah, apa yang ada di pikiran Randy sekarang. Tetiba dengan sigap Randy merobek bungkusan kondom itu dan mengeluarkan isinya.

''Apa yang akan kamu lakukan, Ran?'' ucapku keheranan.

''Aku mau pratekin, Poo ...'' akuan Randy antara jujur dan polos beda tipis.

''What!'' Aku mendelikan mataku karena tidak percaya. Aku tidak yakin kalau dia akan berbuat senekat itu.

''Hehehe ....'' Randy tersungging memperlihatkan senyuman konyolnya.

''Jangan bercanda, Ran!''

''Aku serius, Poo ... aku mau coba!'' Randy mulai membuka resleting celana seragam sekolahnya. Sumpah aku jadi super deg-degan, antara rasa penasaran dan keheranan bergabung jadi satu untuk menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Randy. Apakah sesuai dengan ekspektasiku atau hanya berhenti sampai di situ karena Randy pasti tidak mempunyai nyali lebih.

Perlahan namun pasti, Randy melepaskan celana abu-abunya, kemudian tanpa segan dia melorotkan celana dalamnya dan menjuntailah basoka tempurnya yang masih setengah ereksi. Oh eM Jie ... jantungku terasa mau copot kala menyaksikan pemandangan yang mendebarkan ini, mataku tak berhenti berkedip saat melihat bentuk burung kutilang Randy yang tercipta nyaris sempurna. Kepalanya merona dan tersunat ketat. Bekas khitanan di leher burung-nya sangat rapi. Batangnya tebal dengan hiasan urat-urat yang halus berwarna hijau kebiruan. Rambut-rambut kemaluannya juga sudah tumbuh subur dan lebat bagai hutan savana. Serta buah pelirnya yang berwarna coklat kemerahan itu nampak menggantung indah seperti dua bola bekel yang diselimuti ukiran batik asimetris. Menakjubkan! Satu kata buat alat kejantanan dia.

''Poo ... kita shake the banana bareng, yuk!'' kata Randy enteng tanpa beban. Tangannya sibuk mengurut-urut batang burung-nya sendiri hingga perkakas pribadinya itu mengembang dan mulai mengeras.

''Aku tidak percaya kamu bakal segila ini, Ran ...'' ungkapku menilai kenekatan Randy.

''Hahaha ...'' Randy tertawa iblis, "ayolah, Poo ... buka celanamu, kita senam lima jari bareng!'' lanjutnya dengan sertaan senyum yang menggoda.

Aku tidak menjawab apa pun, aku hanya memutar bola mataku sambil sesekali meringai geli.

''Poo ... buka celanamu, please!'' pinta Randy lagi.

''Tidak, Ran ...''

''Ayolah, Poo ... temani aku shake the banana!''

Aku terdiam, aku hanya memperhatikan wajah Randy yang kemerahan karena sudah dilanda rasa horny. Jujur Aku tidak yakin mengapa Randy jadi sembrono begini.

''Ayo, Poo ... kita senam lima jari bareng. Percayalah shake the banana bareng tidak akan membuatmu jadi gay.''

Randy terus membujuk dan merayuku, dan ucapan yang terakhir itu benar-benar membuatku jadi luluh. Aku jadi tidak ragu untuk menuruti permintaannya. Dan seperti sedang terhipnotis aku diam-diam membuka celana panjangku dan melorotkan cancutku. Jreng ... Burung pelatukku berdiri seperti tongkat security.

''Wow ... anjriit angrybird-mu jumbo juga, Poo ...'' kata Randy memuji penampakan burung-ku.

Aku cukup tersenyum tanpa arti. Dengan sedikit malu-malu aku memegangi alat vitalku ini dan perlahan mengurutnya maju mundur.

''Poo ... bantu pasangkan kondomnya, burung-ku udah tegang berat, nih!'' titah Randy dan entah mengapa aku jadi menurut begitu saja. Tanpa rasa canggung aku menyarungkan kondom ke batang pisang Randy yang sudah berdenyut-denyut hangat dengan tekstur yang padat seperti kayu mahoni.

Aku meragakan tutorial pemasangan kondom sesuai dengan apa yang aku tonton di youtube tadi. Dan prefect. Senjata persenggamaan Randy sudah terselubungi dengan karet lateks tersebut. Randy nampak tersenyum puas. Dia mulai mengocok-ngocok burung-nya dengan gerakan naik turun seperti gerakan jet pump.

''Ough ... ah ... ah ...'' Randy mulai merancau dengan desahannya yang liar memecahkan keheningan ruang kamarku.

Tak mau kalah dengan Randy, aku pun terus mengurut-urut benda kelelakianku ini hingga aku mendapatkan serangan impuls kenikmatan yang menggelora.

''Ough... ah... ah...'' Suaraku tertahan karena nafasku yang mulai tersengal-sengal, kembang kempis seperti habis berlari marathon.

''Ough ... anjriiit .... nge-shake pakai kondom ternyata enak juga ya, Poo ... aackhhhhh ...'' rancau Randy seiring dengan kocokan tangannya di permukaan batang kejantanannya.

''Hehehe ...'' Aku meringis manjah sembari melulurkan cairan pelicin ke atas batang dedek imutku. Kemudian aku meratakan ke seluruh benda bulat panjang ini dan mengocoknya dengan ritme teratur dan berulang-ulang. Aachhh ... enak!

Aku dan Randy terus berpacu dalam olah raga lima jari ini guna mencapai puncak orgasme yang kita inginkan. Desahan demi desahan kerap kita lontarkan dari mulut-mulut kami untuk mengiringi gerakan erotis dalam teknik ber-masturbasi. Ach ... ahhh ... nikmat!

''Poo ... aku sudah tidak kuat ... aku akan ejakulasi, Poo ... aaachhh ...'' rancau Randy tak beraturan.

''Ya ... aku juga mau keluar nih, Ran ... ough ...''

Tubuhku dan tubuh Randy meregang dahsyat, getar-getar kenikmatan itu menjalar dari skrotum terus merangkak naik menuju ujung lubang mulut mungil si burung hingga memancarkan cairan resedu kental yang putih.

Croot ... Croot ... Croot!

Aku dan Randy bersamaan dalam meraih gemilang kenikmatan hakiki.

Lahar putih yang aku pancarkan berhamburan dan berceceran di lantai kamar. Hal ini berbeda dengan kondisi lahar putih milik Randy, karena Randy mengenakan kondom saat ber-onana-onani-keke sehingga magma putih-nya masih tertampung baik di ujung kondom.

Aku dan Randy tersenyum puas. Lalu kami berdua menjatuhkan diri di atas kasur dan terlentang bebas untuk melepas rasa kebahagiaan. Aackhh ... lega!

Satu pertanyaan yang muncul dari batinku, apakah berolahraga lima jari bareng seperti ini sudah termasuk kegiatan homoseksual? Jika benar ... apakah aku dan Randy sama-sama memiliki orientasi seksual yang melenceng? Biarlah ini jadi PR kita bersama.

Next chapter