"… Aku masih bisa tahan dengan semua perdebatan kita dengan nada tinggimu Arthur. Tapi seluruh kekuatan dan kesabaranku langsung lenyap hanya dengan satu bentakanmu. Pernahkah kau sedikit berpikir tentang perasaanku setiap kali kau mengangkat suara? Wanita mana yang tahan dibentak?"
Dengan nada begitu tertahan Earl berkata hingga terdengar lirih dan parau bersamaan. Seluruh kekuatannya hilang dan semangat hidupnya seperti hancur. Earl mungkin tidak akan mempermasalahkan jika orang lain yang membentaknya.
Tapi Arthur adalah suaminya. Pria yang menjadi tumpuan hidup, bahkan tempat bagi jiwa dan raganya yang rapuh ini. Keheningan yang menjalar bagai menampakkan kesombongan waktu yang berlalu. Arthur diam mendengarkan dan menenangkan Earl sambil menciumi pundak istrinya yang terbuka.
"… Jangan membentakku lagi." Arthur mengangguk pelan dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Aku bersumpah."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com