webnovel

Bab 2 : Resurection 2 (Rev. I)

Terjadi penembakan di salah saru RSUD Jakarta yang menewaskan seorang dokter muda bernama Rey.

Setelah melakukan operasi, Rey dieksekusi mati oleh manusia misterius yang entah darimana dia melakukannya. Dan apa tujuannya. Kini Rey harus menerima takdir dan terjebak di alam baka.

***

"Hey, bisa kah kau memberi tau ku apa yang bisa kulakukan setelah ini?" Tanya Rey pada pria misterius dibalik cahaya itu.

"Tunggu lah sebentar lagi hingga energi kembali normal." jawab pria misterius itu.

"Hey, dari tiga jam lalu kau selalu bilang begitu!" Sahut Rey dengan nada kesal.

"Lagi pula, kau ini siapa? Malaikat?" lanjut Rey sambil menanyakan hal yang menggangu pikirannya.

"Baiklah..." Pria itu menjawab dengan cepat, karena Rey terlihat sudah sangat kesal.

"Eh..." potong Rey heran.

"Aku akan jawab. Yang pertama, perkenalkan aku adalah Niel, Salah satu malaikat penjaga di alam ini." jawab malaikat bernama Niel itu.

"Etetete... Mailaikat beneran? Niel?" Rey terkejut.

"Kenapa? Kau tidak pernah mendengarnya ya?" Tanya Niel.

"Tidak ada di Kitab Agama ku." jawabnya dengan wajah bingung, sambil menyilangkan tangannya dan salah satunya memegang dagunya yang tidak begitu lancip.

"Tentu saja, karena hanya sepuluh malaikat yang wajib diketahui." jawab Niel, dengan nada datar.

"Eh, kau benar. Lalu jika tadi yang pertama, apa yang kedua?"

"Yang kedua, kau salah tentang menunggu tiga jam. Lebih tepatnya ini sudah tujuh hari setelah kau berada disini." jawab Niel masih dengan nada datar.

"Buset. Cepet amat, ga berasa apa-apa." ujar Rey dalam hati dengan memasang wajah terkejutnya yang aneh sekaligus lucu.

"Tidak usah tercengang gitu dong. Biasa aja kali. Aku aja udah seribu tahun ga tidur." Potong Niel, merespon wajah Rey yang terkejut itu.

"Eh, bgsd... Seribu tahun ga tidur!" lagi lagi rey memasang ekspresi terkejutnya.

"Wajar aja sih, dia ini kan malaikat." lanjutnya masih berbicara dalam hati, dengan posisi memegang dagunya.

Rey, menyilangkan tangannya dan memejamkan matanya. Seperti sedang membayangkan sesuatu.

Tidak lama kemudian ruangan yang gelap ini tiba-tiba menjadi terang.

"Eh, menyala." Latah Rey, saat tiba-tiba ruangan menjadi terang. Dan tanpa sengaja kepalanya menoleh kearah Malaikat itu.

"Eh ganteng banget, cuk!!!" Rey terkejut melihat wajah tampan Malaikat itu, dengan tangan menunjuk kearah Niel dan raut wajah yang terkejut seratus persen.

"Mungkin seharusnya gelap-gelapan aja." Ujar Niel dengan wajah datar.

"Apakah semua malaikat memiliki wajah tampan?" tiba-tiba Rey bertanya hal bodoh.

"Tentu saja, kita kan pelayan Tuhan. Bahkan Izrail sekalipun." Jawabnya.

"Iz-izrail? Malaikat paling menakutkan itu?" Tanya Rey dengan nada tak santai alias ngegas.

"Siapa yang kau maksud?" suara merdu terdengar dari belakang Rey.

Mereka berdua menoleh kearah pintu di ruangan itu.

"Ah, sedang apa malaikat paling ditakuti manusia datang kemari, Izrail?" Tanya Niel sambil tersenyum setelah menyebutkan namanya.

"Mengunjungi orang yang minta di cabut nyawanya dua kali." sambil tersenyum kejam kearah Rey.

"Eh... Jangan, aku tidak mau mati lagi." Rey ketakutan setengah mati. Bahkan saking takutnya dia meneteskan banyak keringat.

"Hahaha... Aku kemari hanya ingin memberi tahu akan ada pasien baru untuk Niel. Ternyata masih ada Dokter Sial yang mati penasaran. Hahaha..." Kata malaikat maut itu sambil menenteng Sabitnya dan tertawa lepas.

"Oh kalau begitu aku akan segera selesaikan konseling yang satu ini." jawab Niel, dengan wajah tersenyum bahagia.

"Kalau begitu sampai ketemu nanti. Dan kamu, suatu saat aku akan mengambil lagi nyawa mu itu dilain waktu... Hahaha..." Izroil kemudian pergi meninggalkan mereka berdua dan masih menikmati lawakannya yang ditujukan kepada Rey.

Mereka melihat malaikat maut itu pergi sampai benar-benar menghilang dari pandangan.

"Baiklah, ini penawarannya." tiba-tiba Niel memecahkan suasana yang kelam.

"Eh penawaran." Rey merespon bingung.

"Takdirmu belum selesai sampai disini. Kamu akan dihidupkan kembali tapi sayangnya tidak akan aku hidupkan di bumi." Kata Niel menjelaskan penawarannya.

"Kami memiliki sembilan puluh sembilan dunia paralel. Atau dengan kata lain. Ini adalah kehidupan kedua sebelum kalian menikmati kehidupan abadi disurga."

"Kau, diberi kesempatan untuk menjadi orang baik yang bisa menempati surga."

"Apa kau bersedia menerima takdir ini?" Lanjut Niel, dan menanyakan pilihan pada Rey.

"Jika tidak?" Tanya Rey, sambil memperhatikan betul penawaran itu.

"Kau akan menikmati siksa kubur untuk pembersihan semua dosa-dosamu didunia." Jawab Niel tanpa berfikir sambil menunjukan tangannya kearah kumpulan orang-orang yang mengalami siksa kubur.

"Eh...." Rey lompat ketakutan dan bersujud untuk minta diberi kesempatan kedua.

"Kalau begitu. Aku akan menjamin kau memiliki bakat untuk menjadi orang hebat didunia itu. Dan untuk semua pertanyaan yang tidak bisa kita lakukan disini. Aku akan memberikan ini." Niel memberikan sebuah Handphone pada Rey.

"Disitu ada video DEMO singkat tentang dunia yang akan kau tuju. Dengan alat itu kau juga bisa bertanya langsung atau via email kepada saya. Tapi kau tidak akan bisa menghubungi siapapun selain saya."

"Apakah bisa dipakai internet?" Tanya Rey.

"Tidak bisa, disana tidak ada jaringan internet. Tapi sebagai gantinya. Semua benda dan makhluk yang ada dibumi akan dijadikan kamus besar didalam HP itu."

"Seperti Ensiklopedia?" potong Rey.

"Yup... Baiklah, tamuku segera datang. Sekarang waktunya kau pergi. Pintunya disana." Sambil menunjuk kearah pintu.

"Baiklah kalau begitu aku akan melihat detilnya disana." Rey pun beranjak dari kursinya dan berjalan kearah pintu dengan tenang.

"Aku pergi..." ujar Rey, sambil membuka pintu dan berjalan tegak.

"Itu pintu kearah Siksa Kubur Bego!" ujar Niel sambil menengguk tehnya.

"Panas-panas..." Rey berlari kembali dari pintu itu dengan pantat terbakar. Dan langsung berlari kearah pintu satunya. Dan tiba-tiba saja dia berteriak.

"Aaaaaaa...."

"Sepertinya aku lupa bilang hati-hati saat melangkah." Ujar Niel sambil mengisi ulang cangkir kosongnya.

***

Rey, berada ditengah hutan. Tertidur ditanah dengan pakaian yang robek. Ya tentu saja, karena dia baru saja jatuh dari langit dan menghantam beberapa dahan pohon yang besar-besar itu.

"Rrggh.." Rey, mengerang kesakitan dan perlahan kedua matanya terbuka.

Melihat sekelilingnya adalah hutan membuat dia bergegas bangkit dan melihat situasi sekitar.

"Sepertinya ini dunia paralel itu ya." Kata Rey berbicara sendiri.

"Sepertinya ini adalah dunia yang menyenangkan." lanjutnya sambil memunculkan senyuman dari bibirnya.

Rey pun berlari lurus mengikuti jalan setapak mencoba menemukan pemukiman untuk mencari informasi dan tempat berlindung sementara. Dengan wajah senang ia tetap berlari walaupun kelelahan. Keringatnya bercucuran dari sela-sela kulit. Membasahi seluruh tubuh seperti pria yang sedang melakukan fitnes di Gym.

Inilah kehidupan kedua yang diberikan Tuhan.

***

Next chapter